Part 7 Hantu Toilet

1.2K 268 18
                                    

Ini tempat yang menyeramkan jika berada di tempat sekolah atau kerja. Tempat yang sebisa mungkin aku hindari kecuali kalau benar-benar tak bisa di tahan. Ada dua toilet yang membuat bulu kuduk merinding. Ada yang pernah mengatakan kepadaku apa benar mereka yang tak tampak dapat melihat kita waktu mandi? Kenyataan di toilet memang ada tetapi 'mereka' tidak sampai melihat kita mandi. 'Mereka' hanya berdiam di satu tempat saja. Bisa di depan cermin, bisa mendiami salah satu bilik toilet yang tak terpakai atau di depan pintu masuk.

Di sini aku akan cerita beberapa toilet yang menjadi penunggu. Ada yang menyebalkan dan ada yang sangat mengganggu.

1. Toilet di tempat kerja yang pertama.

Sesudah berhenti kerja di Gresik, aku dapat kerja di Margomulyo ( kalau orang Surabaya pasti tahu ). Setiap orang pasti akan ke toilet jika kebelet buang air, kan? Nah kebetulan hari pertama masuk, aku tidak bisa menahannya jadi terpaksa ke sana. Hal yang menjadi pikiranku saat itu apakah 'penghuninya' menyeramkan atau biasa saja? Mataku sampai melihat berbagai penjuru waktu masuk. Tidak ada penampakan. Lega seketika tetapi tak berlangsung lama.

"Kamu orang baru?"

Baru saja kakiku melangkah masuk karena sudah tidak tahan, ada suara perempuan yang menyapa. Aku abaikan sebentar dan suara itu muncul lagi.

"Aku sudah lama di sini."

Dia seakan mengakrabkan diri. Namun, aku tak melihat penampakan di depan mata.

"Kamu mencariku?"

Dia tahu kalau aku sedang mencarinya.

"Aku di sini."

Suaranya dekat sekali tetapi penampakan tubuhnya tidak bisa aku lihat. Jelas aku merinding sekaligus ingin tahu.

"Aku di atas."

Mataku menangkap sesosok mbak kunti dengan santainya duduk di atas pintu toilet yang tak terpakai paling pojok. Jadi di sini ada lima toilet. Tiga berada di posisi kanan. Dua di posisi kiri. Nah dia ada di toilet yang ada di posisi kiri. Kakinya menggelantung dengan rambut yang tergerai panjang bak rapunzel. Dia tertawa dan sesekali bersenandung tidak jelas.

"Kamu takut?"

Sudah tahu masih tanya, itulah yang ada di pikiranku saat itu. Bukan takut karena dia akan mengintip ( untung atasnya tidak terbuka ) tetapi nyanyian dan tawanya yang selalu membuat merinding. Jadi tiap ke toilet, dia pasti ada dan tidak pernah berpindah tempat. Menyebalkan jika aku harus ke sana.

"Kamu meninggal karena apa?"

Aku yang ingin tahu bertanya kepadanya.

"Dibunuh pacarku." Dengan santainya dia berkata seperti itu.

"Lelaki sama saja. Aku sayang sama dia. Dia tidak sayang sama aku."

Aku baru menyadari jika dia meninggal bukan beberapa tahun, tetapi dari penglihatanku  dia baru pergi dari dunia ini sekitar dua atau tiga tahun lalu.

"Kamu menyesal?"

Dia menjawab dengan tertawa melengking sambil memainkan rambutnya yang panjang. Akhirnya aku keluar dengan menutup telinga karena tawanya itu.

Sebelum aku pindah kerja, penunggu kamar mandi itu masih ada. Entah dia tak pergi meski sudah diusir. Mungkin dia merasa nyaman di sana.

2. Toilet di tempat ke dua.

Nah ini yang benar-benar menakutkan sekali. Rasanya jika bisa aku akan menahan buang air kecil di rumah saja. Banyak segelintir staff yang sudah melihat mereka di siang atau sore hari. Biasanya staff wanita akan meminta temannya untuk menemani.

"Kalau ke toilet barengan saja, Hana. Jangan sendirian."

Aku mengiyakan saja. Kupikir mereka sama seperti di tempat lain. Kenyataannya salah besar, kawan. Untuk pertama kalinya aku ke toilet mengajak teman kerja setelah melihat mereka yang menyeramkan.

"Kamu tidak takut sendirian ke sana?"

Awalnya aku tidak tahu yang membuat mereka takut. Akhirnya dengan memberanikan diri, kakiku melangkah masuk dengan santai. Memang sih, pertama kali masuk ada sesuatu yang aneh. Udaranya terkesan dingin dan suram. Padahal banyak lampu yang menyinari.

Saat tanganku memegang handle pintu ada hembusan di telinga atau lebih tepatnya udara yang dikeluarkan dari napas seseorang. Aku memalingkan wajah melihat apakah ada orang selain diriku di sini? Tidak ada seorangpun.

Ya, sudahlah mungkin hanya perasaanku saja. Namun, lambat laun peristiwa aneh semakin kurasakan. Memang tidak ada penampakan salah satu dari mereka. Eksistensi yang mereka tunjukan berupa suara dan gertakan. Keran air di wastafel tiba-tiba mengalir sendiri, pintu yang tertutup tanpa ada angin dan suara geraman yang menyerupai kemarahan.

Di salah satu toilet aku merasakan kehadiran dia. Aku tidak tahu pasti dia itu wanita atau pria. Karena penasaran aku melihat ke bawah. Di balik pintu yang tertutup ada sepasang kaki penuh luka dan berdarah. Waktu mencoba membuka pintu ternyata tidak bisa. Seakan pintu itu terkunci dari dalam. Sekali lagi aku melihat ke bawah dan kaki itu menghilang. Tak lama kemudian pintu itu terbuka dengan sendirinya. Tidak seorangpun di dalam toilet. Aku keluar dengan mempercepat langkah kaki.

"Ada apa, Hana?" Salah satu rekanku bertanya melihat betapa pucatnya wajah ini.

"Bu, temani aku ke toilet, yuk." Aku mengajak teman ke sana lagi.

"Kamu takut, ya, Hana?"

Aku menggangguk saja.

"Kamu melihat sepasang kaki?" Rekan kerjaku menatapku penasaran.

"Loh, Mbak tahu?" Aku agak terkejut sebab rekan kerjaku tahu mengenai penampakan menuju kamar mandi.

"Semua pegawai lama di sini sudah tahu, Hana."

Otomatis tubuhku langsung merinding. Sampai detik ini aku tak bisa mengetahui kaki itu milik siapa. Sekarang kalau ke toilet pasti ramai-ramai. Jika terpaksa sendirian aku akan berkata dalam hati jangan membuatku takut dan meminta ijin masuk sambil mulut komat-kamit berdoa.

Bagaimana pengalaman kalian berada di toilet umum?

Sebenarnya kemarin mau di update tetapi kehabisan kuota. Jadinya sekarang, ya.

Selamat membaca readers Hana.

Surabaya, 10 Maret 2019

Interview With "Them"  ( Update Tiap Saat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang