Part 19 Alam Baka

597 83 8
                                    

Alam baka hanya tempat yang bisa kita kunjungi kala meninggal. Namun, hal itu tidak berlaku bagi diriku selama ini. Sungguh, aku tidak mengganggap peristiwa ini sebagai candaan belaka. Ini benar-benar terjadi pada kehidupanku yang telah menjadi seorang indigo.

Awal mula hal ini dapat terjadi saat aku mulai beranjak remaja. Rohku seakan melayang dan lepas dari tubuh yang terbaring di tempat tidur. Aneh memang, tetapi itu yang terjadi. Layaknya orang yang lagi berjalan-jalan, aku mengitari sebuah jalan yang panjang sekali.

"Di sini hanya ada mereka yang sudah meninggal. Jarang ada manusia sepertimu berada di sini," kata seseorang di sampingku.

Aku berada di hutan belantara yang berkabut, dingin dan penglihatan terbatas. Dinginnya hutan ini lebih dingin dari suhu di lemari es atau pada musim hujan. Rasanya menusuk tulang dan nyeri ketika diriku bangun nantinya.

Sebagian besar mereka yang sudah meninggal masih berada di hutan ini karena ada hal yang tidak bisa mereka selesaikan saat menjelang kematiannya. Jangan dibayangkan wajah mereka itu bersih. Ada beberapa dari mereka memiliki tubuh yang sudah tidak bagus lagi. Kalian bisa berpikir sendiri mengapa sampai seperti itu.

Jalan yang aku lalui ditumbuhi pepohonan yang menjulang sangat tinggi bahkan tidak bisa dilihat ke atas. Sesekali mereka menatapku penuh kebingungan, tetapi tidak pernah bertanya.

"Jika mereka sudah siap untuk pergi dari sini, mereka akan melewati sebuah jembatan," kata seseorang lagi di sampingku.

Aku tidak banyak bicara dan hanya menjadi pendengar yang baik. Di sini bukan hak aku untuk berbicara banyak. Setelah melewati hutan, kami berhenti di tepi jembatan yang sangat panjang seakan tidak terbatas.

Jika kalian penggemar drama korea "Hotel Del Luna" kalian bakal tahu jika orang yang sudah meninggal akan diantar ke jembatan tersebut. Cerita semacam itu memang ada dan aku menjadi saksi nyata. Namun, yang membedakan adalah di sisi kanan dan kiri jembatan ada penjaga yang sangat tinggi, memakai penutup kepala yang menutupi wajahnya sambil membawa tongkat.

"Batas kalian hanya sampai di sini. Ini bukan hak kalian bisa melewatinya."

Suara penjaga itu begitu berat dan tegas ketika mengatakannya, mereka tidak mengijinkanku untuk bisa jalan menuju jembatan itu. Jadi aku hanya bisa melihat dari pinggir saja.

Dari pinggir, aku bisa melihat bawah jembatan. Jangan bayangkan jika di bawah tersebut dialiri sungai yang jernih. Dari sisi kiri terdapat hutan yang gelap dan berkabut, tetapi semakin ke kanan pemandangannya sangat indah. Ada sebuah taman dengan bunga yang bermekaran dan sebuah kolam yang aku tidak tahu akan ke mana aliran air itu. Mungkin orang awam tidak akan percaya dengan perkataanku.

"Pulanglah ... sudah waktunya kamu pergi dari sini. Kau bisa berkunjung lagi nantinya."

Penjaga sisi jembatan itu memperingatkanku untuk segera pergi. Memang di alam baka aku hanya sebentar, tetapi tidak di dunia nyata. Aku yang tertidur pukul sepuluh malam baru terbangun tujuh jam kemudian.

Sudah beberapa kali diriku berjalan-jalan menyusuri hutan tersebut kadang juga mengantarkan mereka yang tersesat yang ingin 'menyeberang'.

Kalian ingin mengetahuinya? Di sini aku akan menceritakan ketika diriku mengantarkan dua kakak adik yang masih kecil untuk bisa 'pulang' ke dunianya.

Kisah ini dimulai waktu aku kos di kota Malang. Ada sebuah lemari yang terletak di salah satu kamar kos lantai atas dan aku bisa melihat dari lantai bawah.

Tiap pagi dan sore, arwah kakak adik itu menampakkan diri. Mereka bermain, berlarian dan naik turun tangga. Mungkin bagi orang awam tidak terganggu, tetapi hal itu mengusikku. Pertama-tama aku tidak ingin bertanya, akan tetapi lama-lama sungguh membuat penasaran.

"Kalian sudah lama tinggal di sini?"

Aku bertanya waktu keadaan kos sedang sepi. Mereka berdiri di depan kamarku sambil bergandengan tangan.

"Iya sudah lama sekali. Di sini rumah kami dulu."

"Bukan maksudku ... apa kalian tinggal di dalam lemari itu?"

Sejenak mereka diam, menundukkan kepala kemudian menggangguk.

"Hana, tahu?"

Bagaimana aku tidak tahu jika mereka berada di lemari? Saat itu aku penasaran ada suara langkah kaki yang terus berderap di sore hari sehingga diriku naik ke lantai atas. Kebetulan waktu itu pekerja kos sedang membersihkan kamar kosong yang ada lemari itu. Dari penglihatan ini ada kakak adik berada di dalamnya. Mereka seakan bermain petak umpet.

"Iya tentu saja aku tahu. Mengapa kalian bersembunyi di lemari? Kalian bermain?"

Mereka menggeleng dengan menatapku.

"Kami terkunci di lemari. Tidak ada yang mengetahui kematian kami sehingga kami kehabisan napas."

Secara jujur, mereka tidak terkunci melainkan sengaja di kunci oleh seseorang ( aku pikir itu ayahnya ). Mereka sebenarnya ingin mengatakan, tetapi terlalu takut. Dari tatapan mereka dapat kulihat jika sebenarnya mereka korban dari kekejian sang ayah. Ayahnya menyiksa, memukul dan menyeret mereka dari lantai bawah menuju atas. Ironis nasib kedua adik kakak tersebut.

"Apa yang ingin kalian pinta dariku?" tanyaku pada mereka.

"Kami sudah lama menunggu seseorang yang bisa memulangkan kami, Hana."

Mereka sudah sangat lama sekali berada di sana. Namun, lemari yang berada di kamar itu bukan yang dulu lagi. Hanya saja mereka memilih tempat itu karena di sanalah mereka menghembuskan napas terakhir.

Permintaan sederhana yang ingin diwujudkan olehku walau harus membutuhkan waktu lama. Selama beberapa bulan aku hanya berdoa saja sesuai keyakinan untuk bisa membebaskan mereka dari dunia ini.

Malam itu aku mengantarkan mereka ke jembatan, di sana mereka tampak bercahaya, putih dan bersih. Tidak ada lagi wajah pucat pasi.

"Terima kasih, Hana."

Kalimat terakhir yang mereka lontarkan saat berbalik arah menuju jembatan. Mereka melambaikan tangan dengan senyuman hangat dan berlalu dari hadapanku melewati kabut yang tebal.

Dulu aku tidak menyukai kemampuan ini. Namun, kelamaan baru kusadari jika hal yang kumiliki dapat membantu mereka yang tersesat.

=Bersambung=

Cerita ini sudah pernah aku tulis makanya aku repost ulang lagi karena kemarin malam kedua adik kakak itu datang dalam mimpiku. Mereka tampak bahagia sekali di sebuah taman yang indah dengan harum bunga. Mereka tidak berkata apapun, tetapi dalam mimpi itu aku tahu jika mereka sudah bahagia sekarang.

Interview With "Them"  ( Update Tiap Saat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang