Aku memiliki alasan tersendiri tidak menyukai benda antik dalam jenis apapun termasuk kursi goyang. Pertama kali melihat benda itu saat Kakek membelinya di toko barang antik. Harganya memang tidak mahal, tetapi sudah membuat jantung berdetak cepat. Kursi yang terbuat dari kayu jati dan alas duduknya dibentuk dari anyaman bambu. Unik, kata Kakek kala itu. Menurutku seram dan bergidik.
Kursi itu diletakkan di depan televisi agar bia digunakan untuk duduk santai. Bukannya santai yang kudapat kala mendudukinya melainkan ada sesuatu yang terasa aneh. Namun, aku tidak bisa melihat kala itu.
"Enak duduk di sana, Hana?"
Aku hanya bisa berdehem saat kakak bertanya. Tepat ketika duduk, serasa ada yang ganjil. Aku merasa dipangku oleh sesosok yang tidak tampak. Kalian tahu bagaimana rasanya bukan? Pasti kalian pernah merasakan dipangku oleh ibu atau ayah. Nah seperti itulah yang kualami ketika duduk di kursi goyang.
Bulu kuduk langsung merinding, rasa dingin menjalar dan bisikan halus terdengar dekat sekali untuk menyuruhku menyingkir. Aku pun beranjak dan lebih memilih duduk di lantai daripada di sana.
"Kakak mau coba."
Saat kakak duduk tidak terjadi apa pun dan menurutnya nyaman sambil menonton televisi. Kakak memang tidak bisa melihat atau merasakan sehingga ia tidak mengalami kejadian yang kualami.
Malam hari ketika semua orang tertidur, aku mendengar suara kursi itu berdecit seakan ada seseorang yang mau duduk. Karena penasaran aku mengintip dan dugaanku benar. Kursi itu bergoyang dengan sendirinya. Aku tidak bisa melihat jelas sosok yang duduk karena lampu dimatikan oleh Mama tiap malam.
Kadang berhenti lalu bergoyang lagi, aku merasa sosok itu tahu jika aku mengintipnya. Saat aku menutup pintu, kursinya bergoyang. Saat kuintip lagi, kursinya berhenti. Oke fix memang ada penunggunya. Jadi sepanjang malam, telinga ini harus mendengar suara kursi yang bergoyang. Kalau kalian memiliki benda tersebut, pasti tahu jika kita menggoyangkannya ada suara yang dihasilkan.
Beberapa bulan tidurku tidak cukup tenang, terusik oleh suara kursi yang berderit. Baru dua atau tiga bulan aku melihat sosoknya yang jelas. Kadang kursi itu ditempati oleh anak kecil dan nenek bungkuk. Mereka muncul menjelang malam ketika kami tertidur. Mereka memang tidak serta merta menjahili, tetapi gangguan yang ditimbulkan tiap malam itu yang kerap mengusik pendengaran.
"Tidak perlu takut dengan kami, Nak."
"Kami merasa nyaman di sini."
Itulah perkataan nenek yang duduk di kursi goyang ketika aku melewatinya. Mau tidak mau diriku harus melewatinya ketika hendak ke kamar mandi. Untunglah aku hanya di rumah saat liburan kuliah saja. Kursi goyang itu masih ada hingga sekarang di rumah lama kami. Entahlah apa yang terjadi dengan kursi tersebut. Aku tidak tahu karena sejak pindah ke Surabaya, kami jarang ke sana.
*****
Peristiwa ini dialami oleh mama sendiri sebelum pindah ke Surabaya. Waktu nenek meninggal otomatis kakek pulang ke rumah desa ikut paman yang di sana. Sebelumnya mereka tinggal bersama kami di kota. Sejak kakek di desa, hanya tinggal mama dan kakak pertama yang berada di rumah besar. Aku dan kakak kedua berada di Malang waktu itu.
Mama bercerita malam itu dan tepat malam Jumat, mama sendirian di rumah karena kakak pertama membeli lauk di luar. Ketika itu mama sedang duduk menonton televisi. Menurutnya, ada sesuatu yang aneh dari arah dapur. Seperti ada seseorang yang bercakap-cakap padahal tidak ada siapa pun. Lalu kursi goyang yang awalnya diam secara tiba-tiba bergerak.
Mama sudah ketakutan setengah mati dan waktu beranjak mematikan televisi, mama melihat penampakan bapak dan anak jaman dulu sedang belarian di dalam rumah. Siapa yang tidak takut diperlihatkan secara nyata dan jelas seperti itu?
Mama langsung lari membuka pintu dan menunggu kakak di luar. Meski digigit nyamuk tidak masalah bagi mama asal tidak masuk. Saat kakak pulang dari membeli lauk, mama bercerita. Namun, tidak percaya. Memang kakak pertamaku belum bisa mempercayai semacam itu.
Hingga sekarang rumah kami masih ada. Kami tidak tinggal di sana lagi karena sudah dijual. Kadang menurut tetangga yang masih berhubungan dengan mama. Rumah kami itu gelap, suram, ditumbuhi banyak rumput liar dan menakutkan. Suatu hari nanti mungkin kami akan melihat kembali rumah itu dari luar.
=Bersambung=
Surabaya, 06 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Interview With "Them" ( Update Tiap Saat )
ParanormalIni adalah sequel dari "Hana's Indigo" dengan sentuhan cerita yang berbeda. Namun tetap berdasarkan kisah nyata di dalamnya. Saya membuat cerita dengan dibumbui kisah lain yang tidak didapat di buku cetak dan benar-benar berbeda. Ini tentang kisah...