10. Merkurius - "Tahun Baru di Paris"

21 2 0
                                    

Hidup bersama dihari ini, kita harus belajar dari masalalu. Hari esok 31 Desember 2018 adalah hari perlombaan. Lomba itu akan dilaksanakan senin, malam ini aku bersiap-siap menyiapkan semuanya. Mulai dari 3 pakaian yang akan kubawa, celana, dompet, dan lainnya yang menurutku penting.

Keesokan harinya, Ella bilang dia ingin mengantarkanku ke bandara, aku menyetujuinya.

Senin pagi ini, aku lepas landas ke Paris, lomba masih diadakan malam ini jam 7 malam. Aku sampai di Paris sekitar pukul 11 siang, dan berjanji untuk menrmui Dinda di depan Hotel Gavarni Paris. Dia datang lebih dulu, berdiri di dekat pintu masuk hotel.

Aku menghampirinya.
"Maaf ya udah lama nunggu, hee..." Aku bersalaman dengannya. Dia mengiyakan dan hanya tersenyum. Sudah lama aku tak melihat senyumannya itu, rindu yang ada dibenakku, kami terlihat cukup canggung.

Kami masuk kedalam hotel, memesan kamar dan ada. Ya kau benar, aku akan sekamar dengannya, ya seperti dulu lagi. Saat ku memesan hotel, ternyata resepsionisnya orang Indonesia juga.
"Orang Indonesia ya? Dari mana?" Tanya dia, kulihat dari papan namanya, dia bernama Nofisa.
"Iya nih, dari Jakarta..." Jawabku.
"Suami istri? Atau pacaran?" Dia memberikan kunci kamar hotel.
"Temen doang kok." Jawabku santai.
"Temen? Tapi sekamer? Butuh pengaman gak?" Dia sedikit menertawai kami.
"Kagak lah kak, aku cuma temen dia doang, gak bakal lakuin aneh-aneh, udah yok, makasih kak." Dia menarik tanganku dan berjalan menuju kamar.

Aku merapihkan barang bawaanku, seperri biasa dia berdiri didepan kaca merapihkan rambutnya.
"Apa kabar Zaid?" Tanya dia menatapku melalui cermin.
"Baik kok, kamu sendiri apa kabar?" Aku menghampiri dan berdiri disampingnya.
"Gak kangen apa?" Dinda memelukku, aku merasakan rasa nyaman yang dulu sempat hilang. "Berubah kamu penampilannya, kok kamu jadi lebih tinggi aku ya?" Dia mengukur tinggiku didepan cermin, menyandarkan kepalanya dipundakku.
"Kangen kok, kamu juga berubah itu penampilan rambutnya beda." Aku mengusap kepalanya.
"Ya cuma rambut ini, gimana kuliah disana?" Aku dengannya duduk dipinggir kasur, menceritakan kuliah kami masing-masing.

Aku masih ingin terus berbincang dengannya, untuk meluapkan kerinduan ini. Sosok yang selama ini aku rindukan, dia berada didepanku, meskipun hanya beberapa hari kami di Paris, namun aku tak akan menyia-nyiakan waktu ini.

Dia mengajakku untum berkeliling sekitar Menara Eiffel ya sekedar duduk dibangku taman, melanjutkan pembicaraan. Sempat berfoto-foto juga disana, kami melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Seine. Dia menggenggam tanganku, bergandengan, sudah lama aku tak menyentuh tangan mungilnya itu. Saat itu waktu menunjukan pukul 3 di Paris

Aku memakai jaket hitam, celana dan syal biru yang dia belikan sewaktu di Rusia, sedangkan dia memakai topi berwarna merah, kemeja merah serta celana panjang hitam. Diatas jembatan ini, aku kembali mengobrol dengannya, mengenai persiapan lomba. Aku dan dia akan menunjukan yang terbaik, meskipun kalah itu tak mengapa itu bukanlah akhir.

Kembali ke hotel untuk menikmati makanan, perut kami sudah bernyanyi merdu meminta jatah. Selesai makan dia mandi, aku hanya menunggu diluar kamar, dia melarangku masuk kekamar, begitu juga sebaliknya.

...

Perlombaan cerdas cermat sains itu menurutku terlalu susah, ada hal yang kami tak tau, banyak yang lebih pintar daripada kami, apalagi aku tak terlalu pandai bahasa inggris cuma bisa dikit-dikit. Meskipun akhirnya, kami hanya bisa mendapatkan juara ke-6 tapi itu lumayan. Hadiahnya juga bisa dibilang cukup besar, aku dan Dinda mendapat $50.000, atau sekitar 650 juta! Ya tinggal dibagi dua aja, mungkin 300 juta masing-masing, yang 50 juta nya ingin kami sumbangkan sebagai rasa syukur, uang itu kami terima dalam bentuk sebuah kartu rekening bank.

Tengah malam yang indah lu lalui bersamanya melihat kembang api malam tahun baru ini disekitar taman menara eiffel. Jika tahun baru kemarin kita hanya berada di taman dekat rumah, namun kini kita berada di Paris! Aku sungguh tak menyangka. Dipenuhi banyak orang, duduk diatas rerumputan, langit terlihat sangat cerah dihiasi kembang api yang berwarna-warni. Beberapa pasang muda-mudi disana juga melakukan kencan bersama, namun tidak dengan Dinda, dia sedikit mengeluhkan pusing mungkin karena suasananya yang cukup dingin. Setelah melihat sebentar pertunjukan kembang apo tahun baru, aku dan dia kembali ke hotel jam setengah satu malam untuk beristirahat.

Polaris Cinta Kehidupan (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang