Sebuah mobil sport hitam bertitel Lamborghini mendarat bebas di halaman kampus elit yang berdiri sekitar 74 tahun yang lalu.Seorang lelaki tampan keluar, merapikan jaket yang dikenakannya serta membenahi letak kacamata hitam yang menutupi matanya. Pesona yang sungguh diidamkan gadis manapun. Kedatangannya sontak membawa kerumunan massa para gadis yang haus lelaki tampan bergulir ke arahnya.
Bak artis yang rupawan, sejangkah keluar dari mobil saja aroma parfumnya menguar kemana-mana. Membuat para gadis tersebut berteriak histeris sampai nyaria pingsan.
"Mau kencan denganku?"
Seorang mahasiswi datang dan dengan berani menawarkan lelaki itu dating bersamanya. Cantik, sudah pasti.
"Sayangnya.."
Ia mengamati si mahasiswi dari bawah sampai atas.
"Kau bukan tipeku."
Lanjutnya kemudian yang membuat gadis pemberani itu patah hati.
Tak terbilang, berapa banyak wanita telah jatuh pada pesona pangeran tampan terpopuler di kampus elit tersebut. Dalam sehari pun, ia mengencani tiga sampai lima gadis secara bergiliran. Namun, hal lain yang membuat para gadis sakit hati sekaligus 'kagum' dalam satu waktu adalah lelaki itu sungguh menawan. Dengan modal tampang dan uang, ia bebas memilih kriteria gadis yang ingin dikencaninya. Yang jelas, gadis itu sudah pasti bukan sembarangan.
Pertama,
"Kau tidak cukup cantik."
Kedua,
"Apa kau mengoleskan kapur di wajahmu? Kulitmu tidak secerah masa depanku."
Ketiga,
"Apa kau menyimpan banyak pakaian bekas di almarimu?"
Keempat,
"Berapa isi dompetmu?"
Dan masih banyak lagi.
Kecantikan. Warna kulit. Fashion. Dan kekayaan. Mereka semua adalah empat hal penting paling prioritas yang digunakan lelaki itu sebagai acuan memilih wanita.
"Hei! Taeyong! Kapan kau sampai??"
Tampak seorang laki-laki seumuran dengan postur tinggi menjulang. Pakaiannya casual, serta model rambut yang tertata rapi dengan poni menyamping. Ia datang setengah berlari menuju ke seseorang yang disapanya.
"Aku sudah karatan menunggumu di depan ruangan Prof. Ji! Kalau sampai kau telat, bisa habis nasib kita."
"Tenanglah, Jo.. Minum dulu."
Jawab laki-laki bernama Taeyong begitu tenang tiada beban. Orang-orang yang tadinya mengerumini Taeyong, perlahan mulai membubarkan diri.
"Wah.. sepertinya kau berulah lagi."
"Mereka yang menganggap diri mereka sendiri 'layak' untukku adalah yang berulah. Aku tidak salah kan jika menolaknya?"
"Dasar. Kau tidak pernah berubah. Ayo!"
"Kemana?"
"Ke Profesor Ji. Apa kau lupa? Kau harus mengurus skripsimu."
"Hh.. siapa peduli.."
Taeyong memutar malas kedua bola matanya dan lebih memilih masuk ke mobil sportnya tadi.
"Lee playboy Taeyong! Kau mau kemana lagi?"
"Clubbing. Ikut?"
Johnny berdecak heran. Tak lama kemudian, senyum semangat keluar dari bibirnya. Ia pun mengikuti Taeyong masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manly Mate ✔
Short Story#54 in Short Story [11012019] #180 in Short Story [09112018] #192 in Short Story [06112018] Lee Taeyong, yang notabene-nya cowok keren dan playboy satu kampus harus dijodohin sama cewek manly, sombong, dan dingin yang dipungut mamanya dari jalanan...