38

889 143 22
                                    

Taeyong menerawang angkasa, menikmati bintang-bintang yang tersembunyi di balik awan hitam. Kesunyian melanda pikirannya, bayang-bayang Sohyun yang menguras air mata tak dapat ia hilangkan. Apa yang bisa ia perbuat agar gadis itu tidak menangis?

Kenyataan menamparnya keras. Tak ada kesempatan bagi Taeyong untuk mengangkat gadis itu dari keterjatuhannya. Keluarganya telah membeci Sohyun. Tinggal Taeyong yang tersisa.

Taeyong menyapu rambutnya ke belakang, ia memegang keningnya yang berdenyut.

Kenapa jadi begini, sih?

Bahkan untuk memejamkan mata pun Taeyong tak bisa. Memikirkan gadis itu sepanjang malam membuatnya semakin bertekad untuk bergerak, meskipun melawan kehendak keluarganya. Taeyong sangat yakin, kejadian yang melanda keluarganya dan juga Canopus adalah bukan kesalahan Sohyun.

Keesokan paginya, keadaan tidak jauh berbeda. Tak ada sarapan pagi. Keluarga Lee sibuk dalam kesendiriannya. Kehancuran mereka benar-benar di ambang batas. Apabila Taeyong tak berhasil menyelamatkan Canopus, keluarga Lee sungguh akan menemukan jalan akhir.

"Taeyong!"

Teriak papanya dari arah belakang.

Taeyong baru saja akan berangkat ke kantor pagi itu.

"Iya, Pa?"

"Kau mau ke kantor?"

"Iya. Tapi Taeyong masih belum terpikirkan cara untuk menyelamatkan nasib perusahaan Papa."

Ujar Taeyong dengan ekspresi pasrah dan lelah.

"Kita masih punya harapan."

"Maksud Papa?"

..........................

Mereka sampai di halaman luas sebuah rumah besar yang letaknya sekitar 20 menit dari kantor Taeyong. Selesai memarkirkan mobilnya, Taeyong dan Tuan Lee berjalan masuk melalui suatu pintu yang maha mewah. Tingginya melebihi 2 meter, serta dilapisi oleh ukiran-ukiran rumit namun artistik.

Sejenak, mereka terkagum pada rumah tersebut hingga akhirnya mereka mengikuti para tamu undangan lain untuk masuk lebih dalam.

Semua serba luarbiasa, mulai dari lampu, dekorasi, ubin, tempat duduk, makanan dan minuman, pemilik rumah itu tahu cara mendesain ruangan untuk sebuah acara pesta.

"Pa, apa yang kita lakukan disini?"

"Bukankah seharusnya kita mencari solusi untuk membangun keuangan kantor kita? Kenapa malah buang-buang waktu disini?"

"Sst.. tenang dulu, Taeyong. Keuangan kita bergantung pada pemilik pesta ini."

"Maksudnya? Papa ngomong yang jelas dong!"

"Perbaiki dulu penampilanmu. Sebentar lagi, gadis itu datang. Dia pemimpin baru Metropoliz yang akan diresmikan hari ini. Kita bisa meyakinkannya untuk kembali menyusun kerjasama dengan perusahaan kita, Metropoliz adalah investor modal terbesar kita!"

"Siapa, Pa? Gadis siapa?"

Baru saja Taeyong menutup mulutnya, dari arah tangga turunlah seorang wanita lengkap dengan pakaian pestanya yang tampak mahal. Sepatu dan pernak-pernik yang dikenakannya berkelas. Sangat terlihat, betapa kayanya keluarga gadis tersebut dibandingkan dengan keluarganya.

Tapi, tunggu. Gadis itu...

Taeyong mengenalinya!

Manly Mate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang