Panas surya yang menyengat mengakhiri acara relaksasi antara Sohyun dan Taeyong di tepi pantai. Walaupun angin laut bertiup kencang bersamaan dengan datangnya gulungan ombak, waktu lah yang berperan membatasi kesibukan mereka. Kaki Sohyun yang ternyata tak hanya lecet, tetapi tungkainya juga terkilir mengakibatkan Taeyong harus menggendongnya sampai ke dalam mobil. Mereka tampak santai, saat duduk di dalam mobil pun mereka sempat tertawa dan berbicara.
Sungguh, kejadian kucing dan tikus yang pernah melekat pada keduanya kini tak ada apa-apanya. Semenjak kata 'teman' diucap, Sohyun dan Taeyong semakin lekat. Mereka bahkan tak segan menceritakan masalah pribadi yang menurut mereka sangat memalukan.
"Serius kau pernah mengigau di kelas?"
"Iya. Dan ketika bangun, aku mengira dosenku adalah tukang copet. Jadi, aku tak sengaja menonjoknya."
"Kau parah."
Seperti yang sudah diceritakan di awal, sejelek apapun sifat Taeyong, sebandel apapun, image-nya di mata para gadis tak pernah tergores. Taeyong selalu dipandang sebagai sosok pangeran berkuda putih dengan segala kesempurnaannya. Setiap kali ia melintas, gadis-gadis itu menyerbunya karena mereka tahu bahwa Taeyong pasti tengah mencari seorang cinderella untuk dikencaninya sepulang kuliah atau di malam hari.
Kesepakatan Sohyun dengan Mama Taeyong pun menelurkan hasil. Putra tampannya memiliki banyak perubahan sejak bergaul dan dikawal oleh Kim Sohyun. Bahkan beberapa minggu ini Taeyong jarang minum-minum di club malam. Entah karena pria Lee itu bosan, atau disibukkan dengan rencananya memisahkan Jaehyun dari Sohyun. Dirinya juga tak terlihat dekat dengan perempuan yang berbeda setiap harinya. Yang ada, pria itu berada 24 jam penuh di sekitar Sohyun.
"Kita ke rumah sakit dulu, ya? Lukamu harus ditangani dokter."
Ajakan Taeyong kedengarannya yang terbaik. Namun, hati Sohyun sedari tadi berubah tidak tenang. Pikirannya menginginkan agar ia dan Taeyong segera pulang. Meski sudah memaksa agar pria itu tidak berlebihan, Sohyun kalah. Taeyong jauh lebih kepala batu dibandingkan dirinya.
"Kita ambil jalan pintas."
Dada Sohyun meletup-letup. Apa perlu mereka mmotong jalan? Melalui jalanan yang lebih sepi dan jauh dari keramaian. Rasanya... mengerikan. Apalagi, gadis tomboy itu pernah mendengar rumor kalau jalanan yang kini mereka lalui seringkali menjadi latar kejadian berbagai motif kejahatan.
"Sebaiknya, kita putar balik. Lewat jalan biasanya saja.."
"Kenapa? Kan biar cepat sampai."
"Disini berbahaya, katanya sering terjadi kejahatan."
"Tidak usah takut, kan ada aku."
Baiklah, ada Lee Taeyong bersamanya. Apa yang harus ditakutkan Sohyun? Ia juga mahir bela diri. Mereka hanya perlu berpikir positif saja dan melintasi jalanan tersebut dengan penuh kehati-hatian.
Cieettt.
Hampir saja Sohyun menabrakkan hidung dan dahinya ke dashbor mobil. Perilaku Taeyong tak pernah berubah, ia selalu mengerem tiba-tiba sampai rasanya Sohyun ingin kabur dan pingsan di kamarnya.
"Hati-hati.. jangan mengebut!"
"Itu.."
Mengikuti kemana netra pria Lee menatap, gadis berbibir mungil itu mengerjap kaget. Di depan mobil mereka, segerombolan orang menghadang dan memblokade jalan. Sohyun mulai cemas, ia mengenal satu per satu orang berpakaian hitam tersebut.
"Itu anak buah kakak tiriku.."
"Ha? Siapa?"
Belum sempat merespon, kaca jendela mobil mereka digedor-gedor. Sohyun menahan Taeyong agar tidak meladeni mereka dan meminta pria itu agar segera memundurkan mobilnya lalu melarikan diri. Tetapi, bagi seorang Lee Taeyong, itu namanya loser!
KAMU SEDANG MEMBACA
Manly Mate ✔
Historia Corta#54 in Short Story [11012019] #180 in Short Story [09112018] #192 in Short Story [06112018] Lee Taeyong, yang notabene-nya cowok keren dan playboy satu kampus harus dijodohin sama cewek manly, sombong, dan dingin yang dipungut mamanya dari jalanan...