42

962 139 15
                                    

Suara helaan nafas terdengar. Di sebuah atap gedung rumah sakit, dua orang sedang bercengkrama. Tampaknya mengingat kembali masa yang telah lalu dan kini mengendap jadi butiran kenangan dalam pikiran keduanya. Di satu sisi, terlihat sebuah wajah kebahagiaan. Sedangkan di sisi lain, terlihat sebuah wajah kecewa namun puas dalam waktu bersamaan.

Kim Sohyun meremas kuat pegangan tangannya pada tiang besi pembatas. Di bawah sana, ia melihat banyak lampu berkelap-kelip. Hembusan angin yang meniup helai rambutnya menjadikan Sohyun merasakan ketenangan yang benar-benar menjadi situasi favoritnya. Matanya meneliti lurus. Bibirnya tersenyum..

Jaehyun tak lepas pengamatan pada gadis yang ada di sebelahnya itu. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Ia tak ingin Sohyun melihat keringat dingin yang ada di sana, menyadari betapa Jaehyun sekarang gugup berhadapan dengan Sohyun. Tetapi hal tersebut menjadi tak wajar. Bagaimana ia bisa gugup seperti kali pertama ia jatuh cinta pada gadis itu, tepat di saat Jaehyun berniat meninggalkannya?

Tentu saja. Berat meninggalkan seseorang yang telah lama membekas indah di hati kita. Rasa tak ikhlas pastilah ada, tetapi bagi Jaehyun, sekali kagi, kebahagiaan Sohyun adalah hal prioritas.

"Aku senang kau bahagia, Sohyun."

Sohyun sekarang membalas tatapan Jaehyun. Kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Ya.. semua berkatmu."

"Semoga anak itu tidak akan pernah menyakitimu. Aku sangat khawatir.. kau-"

"Percayalah. Taeyong sudah berubah. Dia benar-benar mencintaiku sekarang.."

Balas Sohyun.

Jaehyun mengerutkan dahi ketika melihat pipi Sohyun yang memerah. Tidak tau apa yang gadis itu pikirkan, Jaehyun gemas melihatnya.

Persetan dengan tidak bisa move on sekarang. Jaehyun yakin, suatu saat akan datang seorang bidadari yang mampu menggantikan posisi Sohyun. Lagipula, Sohyun sudah menemukan malaikat penjaganya yang baru.

"Di sini dingin. Sebaiknya kau kembali ke kamar Taeyong. Dia pasti mencarimu."

Sohyun menepuk jidatnya.

"Ah! Kau benar! Dia bisa ngambek kalau aku tidak balik-balik!"

Sohyun buru-buru menggerakkan kaki jenjangnya menuju tangga. Namun, Jaehyun menahan lengannya.

"Tunggu!"

Sohyun menyipitkan mata bulatnya. Dirinya bertanya-tanya, ada perlu apa lagi?

"Iya?"

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungimu, Sohyun. Tidak peduli rintangan besar apa yang aku hadapi, aku janji akan membantumu terbebas dari ibu dan kakak tirimu itu."

Pandangan Sohyun berubah sayu. Tak ia sadari bahwa Jaehyun akan setulus itu. Sungguh sangat disayangkan, hati gadis itu telah berpihak ke lelaki lain. Satu hal yang Sohyun syukuri, Jaehyun adalah pria baik yang rela melepasnya demi kebahagiaannya. Untuk itu, Sohyun pun berharap semoga Jaehyun menemukan gadis yang lebih baik dari dirinya.

Sohyun berhambur memeluk lelaki itu. Menyampaikan terima kasihnya yang terdalam. Memberikan kehangatannya yang terakhir sampai menusuk ke dasar hati Jung Jaehyun. Membuat pria itu merasakan jejak pelukan terakhir Sohyun yang akan membekas sampai kapan pun.

"Aku sangat berterima kasih padamu, Jae.. Kau pria yang sangat baik. Terima kasih banyak.."

Jaehyun ingin memeluk Sohyun selama yang ia mau. Namun, bayangan Taeyong yang tengah menunggu Sohyun di atas ranjangnya membuat Jaehyun mengambil keputusan. Sudah cukup. Sohyun bukan lagi haknya, ia bukan lagi miliknya. Jaehyun harus menyudahi ini semua sebelum perasaan sakitnya semakin dalam.

Manly Mate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang