30. menebus rasa bersalah

10K 1.5K 471
                                    

Sumringah ya skrg senyumnya, udah dpt nyium neng Parah eaaaa 😆
Mata tante salfok liat bulu2 yg baru numbuh di dadamu Chris 🙈🙈😂

Farah POV

Aku menghirup nafas panjang untuk menguatkan diriku.

Tanganku bergerak mengetuk pintu apartment Chris.

Kemarin lusa itu, aku sengaja tidak mengabarkan dia untuk menjemputku. Seperti yang aku bilang, aku meminta Reynold untuk mengantarkanku kembali ke rumah.

Bukan karena tidak mau naik motor, tapi karena mendekapnya dari belakang dan menghirup aroma tubuhnya yang segar membuatku kesusahan untuk bernafas. Belum lagi ketika Chris menciumku dengan alasan biar aku tidak pucat.

Ihh, alasan apa itu?

Tapi anehnya kemarin itu aku cuma bisa bengong dengan wajah yang benar-benar panas.

Duhh, memikirkannya saja bikin aku jadi salah tingkah terus-terusan.

Semalam bang Fahmi bilang, kemarin Chris tidak masuk karena sakit. Awalnya aku pikir ini hanya akal-akalan bang Fahmi lagi.

Bang Fahmi bercerita, seharusnya kalau sudah jam 12 siang, Chris keluar kantor untuk mengunjungi salah satu yayasannya, tetapi karena ingin menjemputku lagi, dia tidak pergi ke yayasannya.

Sampai malam Chris menunggu kabar dariku di kantornya. Bang Fahmi menelpon menanyakan keberadaanku yang sudah sampai di rumah sejak sore. Akhirnya Chris pulang dan dia kehujanan di tengah jalan, aku merasa bersalah, jaketnya kan masih sama aku.

Udah tidak mengabarkannya untuk tidak menjemputku, terus dia pulang dalam keadaan hujan. Sepertinya masuk akal kalau kemarin dia sakit dan tidak bekerja.

Jadi pagi ini aku berniat untuk mengembalikan jaket miliknya dan membawakan bubur nasi buatanku menebus rasa bersalah.

Aku kembali mengetuk pintunya.

Apa sakitnya parah ya sampai Chris tidak bisa turun dari ranjangnya? Pikirku, karena cukup lama aku berdiri di depan pintunya sejak ketukan pertama.

Tanganku mengambang di udara ketika pintu yang hendak aku ketuk lagi terbuka lebar, memunculkan sosok Chris yang terlihat sedikit berantakan dengan jenggotnya yang kembali tumbuh memenuhi rahangnya.

Wajahnya terlihat sedikit terkejut.

"Ada apa?" Tanyanya dengan suara parau.

"Boleh masuk?" Aku balik bertanya sambil tersenyum. Chris terlihat pucat. Sepertinya dia masih demam, Chris memakai sweater model turtle neck, sehingga terlihat kalau dia benar-benar sakit.

Chris membuka pintunya lebih lebar mempersilahkan aku masuk.

"Kamu udah sarapan?" Tanyaku lagi mengikuti langkahnya menuju ruang TV.
Menghadapi orang yang lagi sakit, rasanya tidak enak manggilnya elu-elu'an.

"Kamu ngapain ke sini?" Suaranya masih terdengar parau dan tidak menjawab pertanyaanku. Chris mengambil duduk dengan perlahan di atas sofa.

"Mau balikin jaketnya sama bawain kamu bubur nih, di makan ya" Kataku yang masih berdiri.

"Taruh aja di situ, aku malas makan, mulutku gak enak, pait" Jawabnya sambil bersedekap dan memejamkan matanya.

"Yahh, di makan dong buburnya, ini aku yang bikinin lho, spesial buat kamu" Kataku.

Matanya kembali terbuka dan menegakkan punggungnya.

"Kamu yang bikin? Ya udah sini aku makan" Suara Chris terdengar riang dengan mata berbinar.

crush typeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang