16. penasaran

9.2K 1.3K 252
                                    

Eta kenapa kran airnya pas bener posisinya di tengah situ yakkk, pikiran tante Lane kan jadi mikir yg iya2 😆😅

Farah POV

Aku sampai di rumah ketika jam menunjukkan pukul 7 malam, perutku keroncongan karena belum terisi dari siang.

Rencananya setelah keluar dari kantor bang Fahmi, aku mau mampir ke rumah makan padang dulu sebelum meluncur ke arah kantorku, tetapi Reynold menelpon, memintaku cepat-cepat balik ke kantor karena tidak sabar untuk melihat draft desain bang Fahmi.

Sesampainya di kantor, salahku juga malah menunda untuk memesan makanan, aku pikir nantilah mungkin jam 3 aku turun ke bawah untuk mencari makanan kalau Reynold selesai memilih desain yang dia suka, tetapi sampai habis maghrib pun, manusia yang sudah positif tobat tapi masih tersisa sifat rempongnya itu bingung memilih desain mana yang bagus dan sesuai untuk rumah singgah bagi anak-anak jalanan.

Alhasil perutku ini hanya terisi kopi cappuccino instan yang di buatkan oleh Reynold.

Tanganku membuka kulkas dan meraih bungkusan sosis beku dari freezer lalu merendam sosisnya dengan air hangat biar esnya cepat lumer dan dapat aku goreng secepatnya.

Lalu membuka kulkas lagi, mengambil 2 telur sekaligus.

Bikin telur orak-arik enak juga nih, pikirku. Praktis dan cepat, perutku sudah tidak bisa di kompromiin lagi kalau memasak makanan yang membutuhkan proses lama.

Tak butuh waktu lama masakan yang ku buat sudah jadi, aku melirik kamar ayah yang lampunya tidak menyala, mungkin ayah sudah tidur duluan.

Terdengar suara langkah berasal dari tangga, bang Fahmi muncul di dapur dengan rambut basah dan hanya memakai celana pendek tak lama kemudian, memperlihatkan perutnya yang rata tanpa lemak. Bikin aku iri setiap kali melihatnya.

Bang Fahmi itu sangat beruntung, walaupun dia makan banyak, tapi tubuhnya mempunyai metabolisme yang cepat menyerap apa yang di asup, lain denganku, baru baca doa mau makan aja udah jadi lemak.

"Asekk, makanannya udah jadi, tau aja abang lapar dek"

Bang Fahmi duduk di kursi bar, menarik piring yang berisikan telur orak-arik dan sosis goreng yang sudah aku iris kecil-kecil, tanpa komando dan seenak jidatnya bang Fahmi melahap makan malamku dengan rakus.

Lahhh??

Mataku nanar menatap hidangan telur orak-arik dan sosis yang sudah berpindah ke dalam perut bang Fahmi.

"Nasibku begini banget ya Tuhan, punya abang suka nyuruh-nyuruh dan congoknya minta ampun" Kataku pelan sambil meneguk air liurku dengan wajah melas, berdiri tidak jauh dari meja bar.

*rakus

"Kenapa dek? Mau? Bikin lagi lah, masih banyak kan telur sama sosisnya? Kemarin abang udah belanja" Katanya dengan wajah tidak berdosa.

Aku kembali membuka kulkas dan mengambil telurnya lagi, bungkusan sosisnya masih ada di atas papan talenan, belum sempat aku masukkan ke dalam freezer.

Dalam diam aku kembali memasak telur orak-ariknya, udah gak punya tenaga lagi untuk sekedar membentak bang Fahmi karena sudah seenaknya memakan makan malamku tanpa rasa bersalah.

Aku mengambil duduk di depan bang fahmi di meja bar begitu makananku siap.

Kurasakan bang Fahmi menatapku lekat, piring di depannya sudah kosong mengkilap tanpa sisa.

Lalu dia berdiri, aku meliriknya sekilas, bang Fahmi mengambil 2 mug dari laci lemari dapur, mulutku sibuk mengunyah sosis yang baru aku suap ke dalam mulut, entah apa yang di lakukannya, peduli amat, rasa dongkol membuatku mati rasa.

crush typeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang