Awal Musim Panas I

645 31 1
                                    


Semilir angin pagi menerpa wajah tiap-tiap orang yang bepergian saat ini. Hilir mudik pejalan kaki di trotoar jalan memulai aktifitas kota yang padat. Cahaya kuning sudah berpendar sejak jam 6 lalu, bulan juni musim panas telah datang menyapa kembali.

Bagi sebagian orang; terutama orang kaya, musim panas banyak dimanfaatkan untuk berlibur ke kota-kota indah di belahan Amerika lainnya atu bahkan pergi menjelajahi dunia ke negara tropis. Tapi untuk seorang mahasiswa beasiswa seperti Haura, ia lebih memilih kerja part time untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama berada di negeri orang. Memang benar, ada subsidi dari pemerintah untuk menunjang kehidupannya di sana tapi tak menjamin itu semua dapat mencukupi, mengingat hobinya yang suka membaca dan sering membeli buku-buku fiksi maupun nonfiksi.

Namanya Haura Saida Zahirah, seorang mahasiswa bisnis di Harvard University asal Indonesia. Ia hidup sendirian di negeri Paman Sam ini, karena beasiswa yang didapatkan dari pemerintah, ia dapat menyelesaikan studi pasca sarjananya di Harvard University ini. Umurnya masih 23 tahun, baru 1 tahun ini dia berada di Amerika dan tahun depan ia akan kembali ketanah kelahirannya untuk mengabdi, memajukan ekonomi negeri, dan meningkatkan kualitas perekonomian. Itulah harapan pemerintah bagi para generasi muda penerusbangsa yang berprestasi seperti Haura.

Bunga Lily putih yang tumbuh di sekitar pekarangan rumah atau di taman kota menambah kesan cantik pada setiap musim panas, tapi Haura tak memiliki waktu untuk mengagumi kuasa Tuhan yang sangat indah itu. Masih banyak hal yang harus ia kerjakan, apalagi mengingat waktu bekerjanya akan dimulai dalam 5 menit lagi tetapi dia masih dalam perjalanan yang lumayan jauh.

Bukan apa-apa, ia kesiangan berangkat kerja karena harus membantu tetangga flatnya tadi. Seorang nenek tua yang berasal dari Bosnia, muntah-muntah sejak jam 4 pagi saat Haura baru selesai menunaikan sholat subuh. Setelah diperiksakan, ternyata Nenek Aminah terkena demam akibat perubahan cuaca yang memang lebih panas daripada musim panas tahun kemarin.

Nenek Aminah adalah seorang muslim, dia tinggal sendirian karena suaminya sudah meninggal dan sesekali anaknya yang tinggal di luar kota datang. Anaknya ada 2, perempuan semua jadi mengikuti kemana perginya sang suami. Nenek Aminah tak mau ikut salah satu dari mereka, karena beliau juga masih punya usaha menjahit baju-baju muslim pesanan dari orang-orang muslim di negeri minoritas ini.

Haura melangkahkan kakinya lebih cepat lagi, tempat kerjanya adalah sebuah kedai eskrim yang cukup terkenal, di musim panas seperti ini pasti akan sangat ramai, jadi sebelum kedai buka para pekerja harus sudah menyiapkan segala hal yang akan dihidangkan kepada pelanggan.

Dengan langkah tergesa, akhirnya Haura sampai di tempat kerjanya, dengan catatan keterlambatan 2 menit. Kedai baru di buka pintunya, tetapi di dalam sudah rapi menandakan aktifitas jual beli siap dimulai.

"Kau kenapa terlambat?" Tanya pemilik kedai kepada Haura, beliau adalah seorang Katolik sejati, setiap minggu selalu ke gereja, membalas jasa Tuhan Isa yang telah merelakan nyawanya untuk di salib demi menebus dosa umat-umatnya.

"Sorry sir, nenek aminah muntah-muntah aku harus mengantarkannya ke dokter terlebih dahulu kasihan dia sendirian" jawab Haura begitu tenang, ia tahu bosnya tidak akan marah jika jawabanya dapat dinalar dengan logika.

"Oh nenek penjahit itu, kenapa dia? Terkena demam perubahan musim lagi?"

"Benar sir"

"Semoga Tuhan segera memberi kesembuhan, ya sudah silahkan bekerja" Betulkan, bosnya tidak akan marah dan malah mendoakan Nenek Aminah.

"Aamiin, terimakasih sir"
Haura langsung melesat ke arah loker untuk meletakan tasnya. Hanya membawa sepasang mukena dan dompet saja. Setelah itu, ia langsung standbay di belakang mini bar karena tugasnya adalah meracik eskrim dan langsung memberikannya kepada pelanggan.

Ada 4 minibar di sini, dan 2 pekerja lainnya yang bertugas mengangkut eskrim apalabila telah habis dan merangkap membersihkan lantai apabila ada anak-anak yang menumpahkan eskrimnya ke lantai keramik warna putih itu.

Dari 6 pekerja di sini, 3 perempuan dan 3 laki-laki. Hanya Haura yang berkerudung. Ya, dialah seorang muslim sejati yang tetap memegang teguh agama yang telah melekat di hatinya sejak ia lahir. Walaupun sudah di negara orang, yang mayoritas non islam, tapi ajaran ibunya tak pernah ia tinggalkan. Meskipun begitu, ia tetap akrab dengan teman-temannya di sini. Bukankah kita hidup untuk saling berdampingan dan saling menghormati? Bukankah dalam islam mengajarkan kasih sayang dan kelembutan kepada sesama manusia? Agama tidak bisa dipaksakan, karena agama datangnya dari lubuk hati yang terdalam bukan dari perkataan iya atau bukan.

Seiring bertambahnya detik, sinar matahari juga semakin tinggi. Pendingin ruanganpun sudah mulai menandakan ketidak mampuannya untuk mendinginkan kedai ini. Pelanggan sudah mulai hilir mudik memesan eskrim berbagai varian untuk menyegarkan tenggorokan mereka. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kecil yang sedang menikmati libur musim panasnya.

"Satu cup besar eskrim vanila" kata seorang anak kecil yang rambutnya dikuncir dua. Matanya bulat, rambutnya bergelombang, hidungnya mancung, kulitnya putih dan iris matanya berwarna biru. Benar-benar khas ciri orang Barat.

"Special for you, cantik" kata Haura setelah menyelesaikan racikan eskrimnya dan menyerahkan kepada anak kecil di depannya.

"Cantik? What is that?"

"Cantik is a simillar meaning from beautifull. Cantik is indonesian language" jawab Haura sambil tersenyum manis. Anak itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.

"Thanks" dan pergi meninggalkan kedai eskrim.

"Haura, kau tak panas memakai kain penutup itu?" Tanya Elizha, seorang karyawan di sana juga yang menjadi teman Haura dari 3 hari yang lalu saat awal musim panas berlangsung.

"Kain penutup ini namanya kerudung" katanya sambil memegang kerudung warna biru cerahnya. Benar-benar cerah, secerah langit siang hari ini. "Sebagai seorang muslimah yang sudah baligh, perempuan wajib mengenakan ini. Ini digunakan untuk melindungi mereka dari orang yang hendak berniat jahat. Dengan kain ini juga, seorang muslimah mudah dikenali oleh muslim lainnya"

"Melindungi yang bagiamana maksudmu?" Ternyata Elizha belum puas dengan jawaban Haura.

"Kau tahu kan, kenapa banyak pelecehan seksual di bumi ini? Itu karena banyak perempuan mengumbar auratnya. Banyak perempuan yang dengan senang hati memamerkan bentuk tubuh mereka, itulah yang membangun hasrat seorang laki-laki untuk melakukan tindakan nista" Haura diam, dia memang terlalu sensitif untuk membahas hal tentang ini. Ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum melanjutkannya perkataannya. "Lalu, setelah hal itu terjadi, siapa yang akan dirugikan? Perempuan kan?"

"Sudahlah Elizha, kau pasti paham dengan apa yang aku bicarakan" Haura tersenyum lagi. Hanya senyum yang bisa menutupi rasa sakit yang menganga lagi di hatinya saat ini.

***

Bab pertama cerita ke 3 ku, semoga suka :-)

Zakiya ZS

[ZSS 3] Cinta di Langit Amerika (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang