Ramadhan Berkah

111 15 3
                                    

Sejauh apapun kita pergi, kampung halaman tetaplah yang paling dicintai.

***

Tepat pukul tiga waktu setempat, Haura kembali bangun dan melaksanakan sholat malam. Angin panas kembali berdesir hingga membuka jendela kamar Haura yang lupa tak dikunci olehnya. Setelah melepas mukena dan merapikan sajadah, Haura memandang ke luar tepatnya kepada keindahan malam kota ini. Sungguh nikmat Allah yang sangat luar biasa memberikan kesempatan bagi Haura untuk kembali berjumpa dengan bulan Ramadhan penuh berkah ini. Haura sudah membulatkan tekad bahwa ia akan benar-benar fokus menjalani puasa tanpa gangguan pekerjaan ataupun kesibukan duniawi lainnya.

Haura memandang ke arah langit, nampak bintang fajar yang sangat terang diantara bintang-bintang lainnya. Bintang itu mengedipakn sinarnya seakan-akan memberikan semangat untuk Haura dan memberitahu Haura bahwa ia bisa ia tidak sendirian ia punya Allah SWT yang selalu ada menemani dan melindunginya. Haura menyunggingkan senyum. Ia memang sangat suka sekali melihat bintang, terlihat menakjubkan dan istimewa. Haura melihat ke arah jam dinding di kamarnya, sebentar lagi waktu imsak Haura cepat-cepat makan sahur supaya dia kuat menjalani puasa pertama di musim panas ini.

Paginya, Haura langsung bergegas ke kedai eskrim ia akan mengundurkan diri dari pekerjaannya itu. Ia tahu bahwa hari ini sebenarnya adalah hari yang sibuk sebab ada banyak eskrim yang harus dibuat. Tapi ia sudah membulatkan tekad bahwa ia akan fokus menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini dan pastinya bosnya yang baik hati itu akab mengizinkan apalagi bosnya itu seorang Kristen yang taat beragama dan menjunjung tinggi toleransi atar umat beragama.

Haura memilih berangkat sangat pagi dan langsung menemui bosnya hal itu dilakukan agar ia tidak merasa sungkan kepada teman-temannya yang sudah memulai pekerjaann nantinya. Haura langsung mendatangi bosnya dan mengutarakan keinginannya, dan Alhamdulillah dengan segala kerendahan hati bosnya mengizinkan Haura berhenti lebih cepat sebulan dari perjanjian awal. Saat keluar dari ruangan bosnya, Haura bertemu Ostin di pintu kedai.

"Haura, pagi sekali kau datang," sapa Ostin dan berhenti sejenak.

"Ya Ostin, aku sudah mengundurkan diri dari pekerjaan ini aku akan fokus beribadah pada bulan Ramadhan," jawab Haura memberi tahu pengunduran dirinya.

"Mengundurkan diri? Yang benar saja," kaget Ostin.

"Dalam kalender islam, bulan ini sudah memasuki bulan Ramadhan di mana kami umat islam diwajibkan berpuasa selama satu bulan dan juga memperbanyak amalan-amalan baik yang lainnya juga. Dan aku hanya ingin fokus menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim tanpa harus dibebankan oleh urusan duniawi," jelas Haura memberi pengertian.

"Puasa satu bulan saat sedang musim panas begini?" Lagi-lagi lelaki itu tidak percaya. "Apa itu tidak memberatkan kaum kalian?"

Haura tersenyum tipis, ia memaklumi jika lelaki di hadapannya tidak tahu sebab dia bukanlah orang islam. "Itulah tantangan yang harus kami hadapi, sebab jika kami dapat menjalankan dengan baik maka kami lulus dari ujian itu dan kami akan ditinggikan derajatnya dan kami dijanjikan surga di akhirat kelak."

"Apakah surga itu benar-benar ada?"

"Tentu saja. Bukankah kau tahu bahwa kehidupan di dunia hanya sementara dan akhirat selamanya. Sama seperti di dunia, kau menjadi orang baik dan hidup bahagia atau kau jadi orang jahat dan hidup di penjara. Seperti itu perumpamaannya, maaf aku bukan seorang yang ahli agaman jika kau mau lebih tau kau bisa datang ke masjid tempat beribadah umat islam," Haura tersenyum simpul. Ini yang ia sesalkan, ia teramat ingin berdakwah namun ilmu agamanya belumlah mumpuni. "Aku permisi dulu ya, sampaikan salamku kepada teman-teman yang lain."

***

Terik matahari semakin membakar semangat para pencari dollar untuk makan anak, isteri, dan keluarganya. Kali ini Haura sedang berada di dalam taksi ia hendak menuju kantor KBRI. Sudah lama ia tak berkunjung ke sana, terakhir mungkin saat peringatan maulid Nabi kala itu.

Ramadhan di kota ini memang benar-benar tidak terasa, tidak seperti di kampungnya yang setiap hari akan mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dari setiap masjid ataupun mushola 24 jam tanpa henti. Sedangkan di sini, hanyalah kesibukan dunia yang terlihat dan kehampaan hati yang dirasa.

Astaghfirullohal'adziim....

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, Haura akhirnya sampai di gedung KBRI yang di depannya berkibar bendera merah putih kebanggaan bangsa Indonesia. Haura berdiri lalu hormat kepada bendera itu, rasanya ia sangat rindu kepada tanah air tercinta. Setelah dirasa cukup, Haura lalu memasuki kantor KBRI itu dengan langkah biasa.

"Assalamu'alaikum," salam Haura saat bertemu dengan Pak Aris staff keamanan kantor. Pak Arif ini asalnya dari  Magetan, Jawa Timur.

"Wa'alaikumsalam, Masya Allah Mbak Haura, mari silahkan duduk," Pak Aris mempersilahkan Haura duduk. "Apa kabar Mbak, sudah lama kita gak ketemu."

"Alhamdulillah Pak, Saya sehat. Bapak sendiri bagaimana? Oh ya kok sepi ya?" Tanya Haura sambil melihat ke arah kanan dan kiri berharap menemukan seseorang.

"Inikan hari pertama puasa Mbak, jadi kantor libur di sini hanya ada saya sama Pak Heru tapi dia lagi izin ke luar tadi," jelas Pak Aris.

"Wah, jadi Saya salah hari dong Pak. Saya malah gak tahu kalau di sini libur juga, persis kaya di negara kita."

"Iya Mbak, biar gimanapun kita tetep pake adat negara kita. Oh ya Mbak, tapi nanti malam kita akan mengadakan buka bersama seluruh staff kantor. Mbak Haura di sini aja biar bisa ikut buka bersama," Pak Aris memberitahu dengan wajah berbinar sepertinya beliau memang bahagia menyambut acara buka bersama nanti malam.

"Masya Allah, beneran Pak? Apa Bu Dewi sama Pak Satya ikut juga?"

"Tentu Mbak, apalagi acara ini yang mengadakan para istri staff kantor dan ketuanya kan Bu Dewi pasti beliau hadir."

***

Waktu semakin sore, Haura mengobrol banyak bersama Pak Aris, Pak Heru, dan Bu Witri yang datang menyusul. Bu Witri juga bukan staff kantor beliau adalah isteri seorang pengusaha di kota itu yang kebetulan sangat akrab dengan staff kantor KBRI.

Keadaan kantor semakin rame saja saat orang-orang hadir bergantian, dan pusat acara di pindahkan ke aula kantor. Banyak sekali wajah-wajah ramah khas tanah air yang Haura lihat. Sebab mereka semua adalah saudara se bumi pertiwi, saudara se muslim dan Insya Allah saudara se surga.

Haura bertemu dengan Bu Dewi dan Pak Satya, merekalah pasangan suami isteri yang dulu pernah menampung Haura selama beberapa hari saat Haura baru saja sampai di negeri Paman Sam ini. Haura tak akan pernah lupa dengan jasa-jasa orang baik yang pernah menolongnya.

Mereka semua saling bercerita, bercanda, dan tentunya berbagi kasih sayang. Haura di sini merasa sangat aman dan merasa sangat bahagia. Ia tak merasa terancam dari siapapun dan tentunya ia bisa tertawa lepas di sini.

"Mbak Haura, kalau gak salah sekarang lagi libur kan kuliahnya terus sekarang kegiatannya apa?" Tanya Bu Dewi.

"Iya Bu, kemarin Saya kerja di kedai eskrim tapi sekarang udah berhenti mau fokus ibadahnya di bulan Ramadhan," jawab Haura sambil tersenyum ramah.

"Masya Allah, muliah sekali Mbak," Bu Dewi ikut tersenyum bangga.

"Terus di bulan Ramadhan ini rencananya mu ngapain aja?"

"Rencana mau ikut kajian ke masjid-masjid Bu, kemarin ada temen yang bilang kalau masjid Harvard Islamic Society Prayer Room bakalan ngadain kajian satu bulan full selama bulan Ramadhan."

"Semoga ya, Ramadhan kita berkah meskipun dalam keadaan musim panas kaya gini kita harus tetep semangat. Insya Allah, kita bakalan jadi hamba yang selalu bersyukur kepada Allah."

"Aamiin Bu, Insya Allah."

"Oh ya, kita juga bakalan ngadain pengajian tiap minggunya kalo Mbak Haura sempet dateng aja ke sini ya, kita bakalan ngundang ustadz dari tanah air langsung."

"Iya Bu, Insya Allah. Doakan biar Saya selalu sehat dan bisa berkumpul bersama Ibu dan yang lainnya," Haura tersenyum. Lagi-lagi ia seperti di kampungnya sendiri saat ini. Apalagi menu buka puasa yang sangat lezat. Sayur kangkung, ikan asin, lalaban, pete, jengkol dan tempe mendoa. Alhamdulillah, Ramadhan berkah di kota orang.

[ZSS 3] Cinta di Langit Amerika (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang