Awal Musim Panas V

151 18 1
                                    

"Kenapa Mam?" Tanya Kent saat sudah sampai di antara Mamah dan adiknya.

"Itu tadi ada yang menabrak, tapi its oke Mamah juga salah tadi tidak memperhatikan jalan dengan baik" Kent hanya tersenyum simpul kemudian berjalan ke arah kasir.

***

Haura kembali ke kedai eskrim, di sana ia sudah dinanti-nanti oleh teman-temannya. Ternyata benar, di kedai sangatlah ramai bahkan setiap bar ada yang mengantri tiga sampai lima orang. Benar-benar hari yang panas.

Haura cepat-cepat membagikan cup dan sendok kepada teman-temannya, dan setelahnya ia kembali ke belakang meja kerjanya.

Baru saja datang, antrian di depan Haura mengular cukup panjang. Haura dengan cekatan meracik eskrim sesuai pesanan pelanggan.

Ah berbagi kebahagiaan kepada orang memang indah.

"Semoga hari-harimu menyenangkan" Haura selalu tersenyum saat melayani para pelanggan. Senyum adalah ibadah, dengan senyum juga membuat awet muda. Dan setiap pelayan harus dituntut ramah kepada pembeli.

Antrian di meja lain cukup berkurang, begitu juga dengan meja Haura. Setelah bepergian dan langsung melayani pelanggan, badan Haura merasa cukup pegal. Tapi ini bukan waktunya istirahat, masih ada waktu satu jam lagi untuk mengistirahatkan badannya itu.

Haura duduk, memandang ke arah eskrim yang ada di kotak. Tak terasa, ternyata persediaan eskrim cokelat hampir habis. Memang banyak sekali yang memyukai rasa cokelat, begitupun dengan Haura. Ia percaya, rasa cokelat mampu membuat rasa bahagia.

Haura pergi ke arah penyimpanan eskrim sambil membawa kotak eskrim rasa cokelat. Di sana, ia mengisi eskrim itu dengan cukup banyak.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Ostin saat ia melihat ada 3 orang di depan pintu masuk kedai.

"Kami mau eskrim" jawab salah satunya.

"Eskrim rasa apa? Silahkan menunggu di temapat duduk di sebelah sana" tunjuk Ostin ramah. Entahlah, tidak biasanya ia seperti itu. Mungkin di lihat dari penampilan, orang-orang itu terlihat sangat berkelas. Pasti orang kaya.

"Tidak. Aku mau Kakak yang waktu itu yang mengambilkan eskrim untukku" seru bocah laki-laki yang tingginya belum genap 150cm.

"Sorry, maksudnya Kakak yang mana?" Tanya Elizha bingung. Kini ia juga ikut gabung dengan Ostin karena menyangka Ostin tak pandai melayani pembeli.

"Kakak yang memakai penutup kepala sangat lebar, dan dia murah senyum"

"Nah itu" tunjuk Karel.

Haura yang baru datang dengan kotak eskrim di tangannya sangat terkejut. Ia bingung, kenapa banyak orang yang berkumpul di sana? Kenapa mereka memperhatikannya? Dan kenapa bocah kecil itu bersama orang yang tadi ia tabrak?!.

"Oh, his name is Haura" kata Elizha lagi. Kemudian, setelah pamit Elizha dan Ostin kembali ke mejanya masing-masing.

"Hello Kak, how are you? I want to escream again"

"Hai boy, aku baik alhamdulillah" Haura tersenyum. Ia berfikir, apa hubungan bocah ini dengan lelaki di seberang sana yang sedang duduk bersama perempuan yang ia tabrak tadi? Apa jangan-jangan, dia lah Kakak yang selalu sibuk bekerja yang pernah di ceritakan bocah ini?

"Kak, aku minta eskrim 3 rasa cokelat. Tolong di bawa ke sana ya aku menunggu" Karel pergi meninggalkan Haura dan bergabung dengan Mamah dan Kakaknya.

Kini perasaan Haura benar-benar sedang beradu. Sanggupkah ia mengantarkan eskrim ke meja itu? Jika iya, maka dia akan bertemu lagi dengan orang itu. Dia benar-benar belum lupa kejadian masa lalu yang sangat menyakitkan baginya.

Haura harus kuat, ia tak boleh kalah. Jika ia kalah, ia yakin pasti orang itu akan tersenyum bahagia. Itu tidak akan pernah terjadi. Haura harus bangkit.

Dengan hati-hati, ia mengantar 3 cup eskrim. Sampai di meja itu, ia hanya melihat ke arah Karel dan Mamahnya saja.

"Silahkan di nikmati, semoga suka" setelah itu, Haura langsung berlalu. Ia tak mau berlama-lama di sana.

Haura kembali mengatur kerja jantungya. Ini adalah pertemuan yang ke sekian kalinya. Haura sangat bingung, kenapa saat dulu ia ingin bertemu, Allah tak mempertemukan mereka. Dan saat ini, saat ia sudah muali menata diri kembali, orang itu malah datang dan kembali mengingatkan dia kepada kenangan kelam di masa lalu.

Allahu akbar, semua adalah kehendak Allah. Dan sebagai manusia, kita hanya perlu menjalankan dengan ikhlas dan sabar.

Assobru minal iman.

Haura duduk di belakang mejanya. Kini ia tak menghadap depan, melainkan ke belakang. Ia pura-pura sibuk dengan hal apa saja yang dapat dikerjakan. Ia ingin keadaan ini cepat berlalu, agar jantungnya kembali normal.

"Hei, kau yang berbaju coklat. Aku ingin membayar eskrim tadi" Haura terkesiap mendengar suara bariton itu, reflek ia berbalik badan dan lagi tanpa sengaja ia menatap mata tajam itu. Sedetik kemudian, Hura langsung menundukan kepala dan berdiri canggung.

"Berapa?" Tanyanya dengan nada yang kentara angkuh.

"25 dollar" jawab Haura lirih.

"Ini" sambil meletakan uang di meja. "Oh ya, kamu orang yang tadi menabrakku di supermarket kan? Ku beritahu, seharusnya kau berhati-hati dalam melangkah. Dan ah ya, aku tidak suka dengan penutup kepala yang panjang itu. Seperti teroris" kata Kent sambil memandang tajam kepada Haura. Walaupun Haura tidak nelihat langsung, tapi dari perkataan Kent tadi, ia tahu bahwa lelaki itu memandanginya. Apalagi saat ia menyinggung soal penutup kepala yang panjang. Dan apa tadi? Seperti teroris? Astaghfirulloh.... apakah orang itu termasuk anggota anti muslim di Amerika ini?.

Haura bergidig ngeri. Saat sudah merasa aman, dia baru mendongakan kepalanya. Ia bertahmid dan beristighfar lagi.

Ia sudah pernah dikatai teroris, tapi kenapa yang tadi terasa sangat menusuk?

***

"Lagi-lagi mata hitam itu, di mana aku pernah melihatnya selain hari ini?" Sampai di rumah, Kent langsung merebahkan tubuhnya di kasur besar berwarna hitam miliknya. Ia sangat memikirkan kejadian tadi. Tentang mara hitam yang menurutnya pernah ia lihat sebelum hari ini.

"Akkhh...." erang Kent. Ia benar-benar frustasi dan membuat kepalanya sangat sakit. Memang akan seperti ini jika dipaksakan untuk mengingat sesuatu yang samar-samar.

"Tapi aku sangat penasaran. Apa aku tanyakan langsung kepada dia? Tapi itu tidak mungkin! Aku benci dengan teroris seperti dia" kembali, Kent mengerang kesakitan.

Terlalu rumit untuk difikirkan oleh Kent dan terlalu sakit bila terpikir oleh Haura. Sungguh masa lalu yang menyesakkan, mengakibatkan kehancuran, dan membuat dosa yang mungkin tak bisa dilupakan.

***

Zakiya ZS

[ZSS 3] Cinta di Langit Amerika (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang