Bertemu Kembali

89 13 3
                                    


(bukankah masa lalu sebaiknya kita simpan saja tanpa perlu diingat lagi? atau ingatlah masa lalu untuk menjalani masa depan?)

Lima hari setelah keluarnya dari kedai eskrim, Haura hari-harinya hanyalah memperbanyak kegiatan yang bermanfaat untuk menambah amalan-amalan baik di bulan suci ini. Seringkali Haura mengikuti kajian-kajian di masjid kampus, ataupun di masjid dekat dengan tempat tinggalnya. Dia tidak sendirian, dia bersama Elif, si cantik dari Turki itu. Seperti pada sore hari ini, mereka sedang mengaji bersama memperbanyak bacaan dan hafalan Al-Qur'an setelah mereka beriktikaf cukup lama dari tadi pagi. Keadaan kota masih tetap sama seperti biasa, orang-orang masih disibukan dengan kegiatan mereka masing-masing. Orang muslim yang menjalankan ibadah puasapun tetap menjalani dengan semestinya. Suhu udara sudah mulai turun, dari yang Haura lihat di pantauan suhu di handphonennya tercatat turun 3°, itu sudah lumayan. Debu-debu masih saja terus bertebaran kesana-kemari diombang-ambing terbawa oleh desiran angin.

Di dalam masjid itu, di shaf perempuan Huara, Elif dan juga wanita-wanita lainnya mengaji bersama dibimbing oleh Ustadzah Fatimah seorang isteri dari imam masjid dan juga dosen di kampus Haura. Beliau merupakan seorang muslim keturunan Arab-Palestina. Perangainya sangat baik dan juga tegas seperti orang Arab kebanyakan. Tubuhnya tidak terlalu gemuk namun tinggi semampai dan juga alisnya yang hitam tebal khas orang Arab-Palestina. Beliau masih cukup muda, baru dikaruniai tiga anak dan yang terbesar baru berumur 15 tahun, seorang hafidz cilik yang acap kali membacakan Al-Qur'an saat ada event keislaman diadakan. Suaranya sangat-sangatlah merdu, Haura saja sangat terpesona bahkan dia berharap suatu saat nanti ia akan mendapat keturunan yang sangat hebat seperti Akram.

Kegiatan mengaji itu dilakukan sampai adzan maghrib dan mereka berbuka puasa bersama lalu dilanjutkan dengan sholat tarawih. Selesai dengan kegiatan itu, Huara dan Elif berjalan bersama untuk pulang. Suasana di masjidpun terlihat cukup ramai, banyak orang-orang yang juga keluar dari masjid hendak pulang. Haura dan Elif berjalan bersisian, semilir angin malam mengibarkan krudung panjang Haura. Mereka berbincang-bincang mengenai banyak hal. Di jalan rayapun sangat ramai, banyak kendaraan yang berlalu lalang, mungkin orang-orang yang baru pulang kerja. Haura melihat ke sekeliling jalan, ia melihat seorang perempuan duduk di kursi trotoar jalanan. Haura berbisik kepada Elif untuk mendekatiwanita tersebut.

"Assalamualaikum," sapa Haura kepada wanita itu. Wanita itu yang tadinya sedang menunduk langsung mengangkat kepala memandang Haura dan Elif yang berdiri di sebelahnya.

"Waalaikumusslam," jawab wanita itu sambil memandang heran kepada Haura dan Elif. "Ada apa ya? Saya rasa Saya tidak punya urusan dengan anda."

Huara tersenyum, sedangkan Elif merasa keheranan dan wanita tersebut juga memandang Haura dengan tatapan aneh. "Alhamdulillah, anda mau membalas salam Saya. Saya tahu, anda anak pemilik Lumire Corp. Nama anda Tiara kan?" sedangkan yang ditanya masih keheranan.

"Iya Saya Tiara, anda siapa dan bagaimana bisa tahu Saya?"

"Saya Haura, Saya dulunya juga bekerja di perusahaan Lumire Corp dan Alhamdulillah saat ini Saya dibiayai oleh perusahaan untuk melanjutkan pendidikan Saya di sini, Insya Allah tahun depan selesai." Jelas Haura.

"Oh, studen dari Indonesia yang dibiayai oleh perusahaan. Lalu kenapa anda menyapa Saya, apa ada urusan dengan Saya? Mau minta tolong Saya buat bilang ke Papa kalau uang beasiswa anda kurang?" Tiara masih engga meladeni Haura, mungkin ia merasa pertemuan dan percakapannya dengan Haura tidak berguna.

"Oh tidak. Tentu saja tidak. Saya tadi melihat anda dari kejauhan dan terlihat sedang sedih, mungkin Saya bias membantu ada ataupun menghibur anda jika anda mau." Saat ini posisipun masih sama. Tiara duduk di kursi, Haura dan Elif masih saja berdiri dan Elif masih setia mendengarkan percakapan mereka tanpa tau apa yang sedang mereka bicarakan karena mereka berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

"Apa sih gak jelas banget. Kita gak kenal dan Saya tidak mau cerita kepada anda, dan anda jangan sok tau kalau Saya lagi sedih atau tidak!" tanpa kata-kata lagi, Tiara langsung saja pergi meninggalkan Haura dan Elif. Haura dan Elif merasa keheranan sebab Tiara pergi begitu saja dengan muka kesalnya.

"Are you oke, Haura?" Tanya Elif kepada Haura, ia merasa pembicaraan mereka tidak baik-baik saja.

"I'm oke, no problem," Haura tersenyum kepada Elif.

"Mari pulang Haura, ini sudah malam," ajak Elif. Haura mengangguk dan mereka berjalan bersama kembali melanjutkan perjalanan.

Beberapa hari setelah kejadian itu, di pagi hari Haura hendak berbelanja di supermarket sebab kebutuhannya sudah banyak yang habis. Haura memilih berjalan kaki saja sebab jarak yang tidak terlalu jauh. Hari ini dia memakai gamis navy dan juga kerudung merah maroon, wajahnya terlihat ceria dan bersinar seperti cerahnya sinar matahari pagi ini. Haura berangkat sendirian tidak bersama Elif sebab ia mendapat kabar bahwa Elif akan pulang ke negaranya. Haura sebetulnya sedih, sedih karena ditinggal teman baiknya itu dan juga sedih lebaran ini tidak bias pulang ke negaranya untuk berkumpul dengan keluarga dan sanak saudaranya. Haura masih saja berjalan, di trotoar banyak orang-orang yang sedang berlalu lalang. Haura melewati penjual Koran, penjual Koran tersebut menawarkan korannya kepada Haura. Halaman yang ditunjukan adalah gambar masjid Islamic Center di Wasington DC, Masjid terbesar di Amerika symbol persatuan muslim di Amerika. Haura tertarik untuk membacanya, kemudia Huara membeli Koran itu dan menyimpannya di tas belanjanya ia akan membaca koran itu nanti di rumah setelah selesai berbelanja.

Saampai di supermarket, Haura mengambil segala keperluan yang ia beutuhkan dan tak lupa pula beberapa sayuran untuk persediaan beberapa hari ke depan. Haura asyik memilih dan mengambil sayuran yang ia inginkan sampai tak sadar di sebelahnya juga sudah banyak orang yang mengantri untuk memilih sayuran juga. Setelah semua keperluannya terambil, Haura membawanya untuk dibayar di kasir. Ternyata kantong belanjaan Haura penuh, dan bahkan ia mendapat kantong tambahan dari sang kasir. Haura mengucapkan terimakasih dan berjalan ke luar supermarket. Tanpa memandang arah jalan, Haura merasa ia menabrak seseorang dan saat ia melihat orang yang ia tabrak, kaca mata hitamnyalah yang pertama kali ia pandang dan mendominasi. Haura masih belum sadar dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"You," orang itu memegang lengan kiri Haura, dan barulah Haura sadar dengan apa yang terjadi. Haura menghempaskan lengannya untuk melepaskan diri dari orang itu. Haura langsung saja berlari cepat dan menaiki taksi yang kebetulan sedang berhenti.

"Jalan Pak, cepat!"

"Hei you, Haura!"orang itu memanggil Haura dan berusaha mengejar taksi yang ditumpanginya, namuntaksi itu lebih cepat lajunya.

Di dalam taksi, Haura masih saja merasa khawatir, nafasnya tidak teratur dan badannya bergetar ketakutan. Haura benar-benar tidak menyangka bias berjumpa lagi dengan Kent apalagi dia tadi memegang lengan Haura. Banyak sekali bayangan-bayangan menakutkan yang kembali terlintas dalam benak Haura. Supir taksi yang mengetahui keadaan Haura meminta Haura untuk tenang. Mungkin dia sudah sering mendapat penumpang seperti Haura yang dikejar-kejar seseorang dan mengalami ketakutan. Haura mencoba menenangkan diri, ia kembali mengatur nafasnya dan berkali-kali mengucap istighfar. Hingga tak sampai 15 menit Haura sudah sampai di depan gedung flat sederhananya. Ia mengucapkan terimakasih kepada supir taksi setelah membayar dan ia cepat-cepat naik ke kamarnya ia takut kalau Kent akan membuntuti Haura sampai ke tempat tinggalnya.

Haura langsung menyusun belanjaannya sesuai tempatny masing-masing. Jam masih menunjukan pukul 9 paagi, setelah menyusun barang-barang Haura mengambil air wudhu dan menunaikan sholat sunah dhuha agar dirinya lebih bai dan lebih tenang. 11 rekaat Haura habiskan dengan perasaan gelisah, ia masih saja kepikiran dengan kejadian tadi. Haura berdoa kepada Allah untuk mengampuni segala dosa-dosa yang pernah ia buat, tak pernah berhenti ia meminta untuk hal itu. Selesai mengadukan keluh kesahnya kepada Sang Pencipta Alam, Haura duduk di kasurnya dan ia teringat akan koran yang ia beli di jalan tadi.

Haura membuka koran itu, awalnya ia memang akan membaca berita bagian Islamic Center yang berada di Wasington DC, namun ada berita lain yang membuat Haura kaget. "KENT DE TRACY, MILIARDER AMERIKA SEDANG MELANGSUNGKAN PEMBANGUNAN RESORT DI BALI, INDONESIA"

[ZSS 3] Cinta di Langit Amerika (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang