Haura mengikuti langkah Nyonya Emelda yang memasuki rumah besarnya. Haura begitu terkesima melihat bagian dalam rumah megah itu. Interior yang sangat indah, dipadukan dengan guci-guci besar yang bersih mengkilat, juga benda-benda mahal lainnya yang berjejer di sudut ruangan itu. Sofa warna merah menyambut kedatangan Haura. Sofa itu benar-benar mewah, seakan warna merahnya menunjukan betapa hebatnya sang pemilik rumah yang mampu membeli dirinya.Di sisi ruangan, tepatnya di dindinh yang bercat warna keemasan ada banyak foto yang menggelantung dan yang paling mencolok adalah foto keluarga yang terpajang di pigura berwarna silver cerah. Di dalam foto itu, nampak sekali wibawa dari orang-orang pemilik rumah ini. Apalagi sosok laki-laki dewasa yang mengenakan jas hitam dan dasi biru muda. Sangat gagah dan terlihat angkuh.
Haura memutus pandangannya dari foto itu, ia takut luka hatinya kembali terbuka. Tak terasa, langkahnya sudah sampai tepat di pinggir sofa merah nan mewah tadi. Dan Nyonya Emelda kini memandangi Haura.
"Silahkan duduk, biar dibuatkan minum terlebih dahulu" kata Nyonya Emelda ramah.
"Maaf Nyonya, bolehkah saya meminjam kamar sebentar? Saya mau sholat" jawab Haura agak sungkan.
"Sholat?" Nyonya Emelda tidak paham dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Haura.
"Benar, sholat adalah ibadah kami sebagai orang muslim" kata Haura sambil tersenyum ramah.
"Oh, mari Saya antar" walau belum sepenuhnya memgerti, tapi Nyonya Emelda tahu bahwa Haura akan melaksanakan ibadah dan ia mengantarkan Haura ke kamar yang biasa ditempati oleh tamu.
Haura memasuki kamar yang ditunjukan oleh Nyonya Emelda, saat pertama masuk, harum vanilla tercium begitu menenangkan. Haura semakin melangkah ke dalam kamar itu. Kamarnya benar-benar rapi dan bersih. Namun sayang Haura tak memiliki waktu untuk sekedar mengagumi kamr itu. Ia segera lamgkahkan kakinya ks kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan setelahnya ia menggelar sajadah untuk menunaikan sholat maghrib yang hampir berada di ujunh waktu.
Haura bersimpuh di hadapan Sang Khaliq, memohon ampun atas segala dosa-dosa yang telah ia perbuat, memohon perlindungan dari orang-orang jahat yang hendak menyakitinya, meminta kesehatan dan keselamatan, dan terakhir tak lupa ia senantiasa mendoakan almarhum Ayah dan juga Ibu dan adiknya yang berada nun jauh di benua lain sana. Semoga Allah selalu bersamanya.
Selesai bersimpuh dan berwirid, Haura melepas mukenanya dan membetulkan letak kerudungnya. Ia kemudian melangkah ke laur kamar dan menghampiri Nyonya Emelda yang sedang duduk di sofa tadi bersama dengan Karel.
Derap langkah kaki Haura terdengar hingga membuat pasangan anak dan ibu itu menoleh. Haura tersenyum dan mendekat ke arah mereka.
"Sudah nak?" Tanya Nyonya Emelda sambil menatap Haura. Haura tersenyum melihat Nyonya Emelda yang sedang duduk merangkul Karel. Ia jadi teringat akan Ibunya dan juga adiknya Amir.
"Sudah Nyonya, kalau begitu Saya permisi dulu" sahut Haura sopan.
"Kenapa tidak makan malam dulu?"
"Iya Kak, kenapa langsung pulang? Bahkan kita belum berbincang" Karel ikut nimbrung dalam percakapan.
Haura mengulas senyum, ia sangat nyaman jika berbincang dengan Karel karena anak itu sangat mirip dengan adiknya Amir. Namun, hati Haura menginginkan ia untuk cepat pergi dari rumah mewah ini, bukan apa-apa, ia hanya tidak mau bertemu dengan Kakak Karel.
"Maafkan aku Nyonya, Karel, tapi aku benar-benar harus pulang. Besok aku harus kembali bekerja dan aku juga punya pekerjaan yang belum selesai di rumah" jawab Haura dengan sangat menyesal.
"Ya sudah, biar Pak Den yang mengantar" walaupun sedikit kecewa, Nyonya Emelda dan Karel akhirnya mengizinkam Haura pulang dengan diantar supir pribadinya. Haura tidak menolak, karena dia memang butuh itu. Sangat bahaya jika ia naik kendaraan umum di malam hari mengingat ia adalah perempuan muda dan muslim.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ZSS 3] Cinta di Langit Amerika (On Going)
Genel Kurgu⚠Warning 15+ Cerita ke tiga dari Zakiya ZS InsyaAllah update setiap Rabu dan Ahad #penikmataksara Hidup di Kota Massacuttes, di negeri Paman Sam membuat seorang Haura Saida Zahira mengalami fase jatuh cinta selama 4 musim berlalu. Wanita itu terus m...