6

869 144 9
                                    

Aku terbangun cukup pagi dan ku lihat yang lainnya masih tertidur pulas. Lebih baik aku pulang sekarang, perasaan cukup kurang menyenangkan kali ini. Resah. Saat membuka pintu keluar aku mendengar pergerakan seseorang, aku berbalik dan menatapnya. Dia selalu sama, terlihat datar padaku.

"Aku pulang" pamit ku dan dia mengikuti ku. Aku diam saja dan membiarkan dia mengikut, aku pikir dia sedang ingin mengantar ku.

05.00 AM.

Keadaan langit masih gelap. Dia yang tadi berjalan di belakangku sekarang telah disampingku. Aku berharap dia akan menceritakan kisahnya untukku, sehingga tugas ku akan cepat berakhir. Aku sudah muak terus berperan disetiap bertemu dengan orang-orang berbeda.

"Terima kasih mau mengantarku, Jung" ucapku. Dia masih diam. Keadaan kami hening di kebutaan pagi.

"Siapa kau sebenarnya?"

Sentuhan suaranya menggetarkan telinga ku. Terdengar begitu dalam dan gelap.

Aku menatapnya dan dia balas menatapku lurus sekali, seakan menyiratkan kecurigaan dan keinginan lebih. Aku mencoba memutus pandangan itu, berusaha mengedipkan mataku lebih sering lagi. Tapi pandangannya seakan mengunci pergerakanku. Aku... Terlena. Sesuatu di hatiku berdetak terasa mendebarkan dan sakit, tapi candu.

'Apa ini!'

Dia perlahan semakin mendekat membuat jantungku berdetak lebih cepat. Dia menahan kedua jemariku dibawah, wajahnya mulai sangat terlihat jelas. Nafasnya menghangatkan wajahku, sungguh aku tidak bisa melakukan apapun.

Dia terlihat ragu, tapi dia menginginkannya. Dia mencium bibirku lembut, masih dengan menatapku lamat. Keadaan terasa menghangat dan menggila sementara. Dia melepas pautan di bibir kami dan masih menatapku.

Sungguh!, aku.. Aku bingung, aku bingung harus apa. Hatiku sudah terlanjur, berhenti dengan perasaan merah jambu.

Dia menarik tanganku dan melepas ikatan matanya dariku. Dia terus membawa tanganku, dan aku mengikutinya. Dan dia mengantarku sampai ke rumah. Lalu pergi begitu saja, menimbulkan tanya besar dibenakku.

'Apa yang sedang ia perbuat?'

Aku terus menatap punggungnya yang mulai menjauh tanpa pernah berbalik melihatku. Pikiranku melayang dibimbing angin entah kemana, aku bahkan melupakan resah ku.

Setelah melihat Jungkook telah hilang, aku berbalik dan memasuki rumahku. Tidak seperti biasanya, rumah terlihat 2 kali lebih sepi dari biasanya. Keresahanku kembali.

Aku memasuki rumah, ruang tamu adalah tempat pertama yang ku injak. Tubuhku beku seketika ketika melihat Ayahku terduduk tegas di sofa singel dengan pak Nim berdiri disebelahnya.

'Inilah mengapa aku resah sejak tadi malam. Aku akan bertemu kematian yang hidup di dunia. Ayahku..'

Matanya yang tegas langsung menatapku begitu tajam dan menusuk, aku tercekat ludah ku sendiri. Nafasku bahkan sulit keluar dengan benar.

"Hebat. Sudah ingin menjadi jalang anak mudah?"

Ucap Mr. Kim. Ayah Yewon.

Aku sudah pernah bilang kan jika aku benci di bentak dan ayahku bahkan tidak pernah membentak ku, tapi efek dari suaranya 100 kali lebih menyakitkan dan menakutkan dari sekali bentakan siapapun. Dan jika membayangkan dia membentak ku, ku rasa saat itu juga aku bisa mati.

Lidah ku keluh, tapi ayahku akan lebih marah lagi jika aku berbicara terbata dan tidak jelas. Aku menahan detak jantung dan ketakutan ku, menarik nafas dan mulai berbicara sebaik mungkin.

"Mmmaafkan aku"

Hanya itu yang mampu terucap.

Mr. Kim menghela nafas, tapi aku tau jika dia akan marah lebih parah lagi. Tapi tidak tau kapan akan dia keluarkan.

Aimless Game | Epilog - SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang