16

733 130 27
                                    

"Perang saudara"

"Jika kau ingin merubah kakekmu, kau harus dulu melakukan perang saudara"

Aku tertegun dengan ucapan Yifan, aku tau aku tidak terlalu dekat dengan anggota keluarga lain selain Sinb dan orang tua Sinb. Tapi tetap saja aku tidak mungkin tega untuk berperang antar saudara, bahkan aku tidak berpikir mantap untuk membunuh.

"Jika kau berani memulai kau dapat berhak mengakhirinya. Sekarang tinggal kau saja yang menentukan"

Aku masih diam mendengar ucapan Yifan.

"Aku tidak sekuat itu untuk melawannya" jawabku jujur.

"Kau punya 7 pria dendam itu kan? Aku juga masuk dalam jajaran pendukungmu, apalagi setelah tau jika kakekmu yang memulai peperangan padaku. Aku tidak bisa membiarkannya"

Penjelasan Yifan membuat bahuku sedikit terangkat, menandakan jika rasa takutku hanya sepersekian sikit terurai. Walau aku masih tidak sanggup mengangkat wajahku.

"Jika mau.. Kau bisa mengajak ayahmu juga" ucapan Yifan yang ini membuatku mengangkat kepalaku dan menatapnya entahlah, bimbang kurasa.

"Kenapa? Kau masih takut dengannya?"

Aku hampir saja meneteskan air mataku, karena baru sekarang aku menyadari.. Jika aku begitu menyayangi ayahku. Meski dia yang paling kejam, tapi hanya dia dan ibuku lah yang ku punya. Jika tidak ada mereka jadilah aku seperti ini, berhamburan bak debu di udara.

Yifan mendekat kepadaku bertekuk kaki menghadapku yang duduk di sofa. Dia memegang pipiku dengan jemarinya.

"Tak ada yang perlu kau takutkan, jika kau tidak suka dengan perbuatan ayahmu kau bisa mengatakannya, jika kau menginginkan sesuatu kau bisa mengatakannya. Ayah mu adalah orang yang tidak akan pernah mengerti jika kau tidak mengatakannya.. Jadi, katakan apapun yang kau rasakan padanya"

Aku menatap manik serius Yifan.

"Dia menyukai jika seseorang takut padanya, tapi satu-satunya cara membuatnya mengerti adalah berbicara. Kau terlalu takut hingga tidak bisa berkata"

Perlahan rasa tertekan ku sedikit terangkat, seakan aku sedikit merasa legah. Yifan masih terus menatapku lurus sambil memegang pipiku, dengan aku yang juga menatapnya.

Sekarang aku mungkin tau, tapi masih merasa takut untuk mencoba.ragu

Aku menyadari.. Jika memang aku tidak pernah berani berbicara pada ayah. Hingga aku tenggelam dan meresap jauh kedalam ketakutan, bahkan sejak kecil aku sudah merasakan takut.

Pintu yang tiba-tiba terbuka membuat kami terkejut bahkan Yifan terlihat kikuk saat langsung bangkit. Seorang wanita dengan rambut blonde menatap penuh menyelidik, dengan wajah yang terkesan antagonis itu melangkah mendekat. Yifan tersenyum dibalas senyum jua wanita itu.

"Kau sudah lama berada disini tapi kita belum berkenalan, walau aku sangat malas untuk berkenalan pada gadis penakut"

Suara penuh ketegasan dari mulut seorang wanita, dan baru kali ini aku melihat wanita dengan ketegasan seperti.. Seperti Yifan. Aku ingat, kami bertiga memang pertama kali bertemu saat pesta itu.

"Aku Hyo, istri Yifan"

Kalian tau apa? Aku sangat terkejut. Hampir saja aku menyukai, menyukai suami orang.

Hahaha, apa-apaan ini.

••

"Jadi sekarang bagaimana?" tanya Jin.

"Sebenarnya aku juga tidak yakin, jika tujuan awal kita bisa menyadarkan Mr. Kwan yang sangat gila itu" nada keras dari Taehyung.

"Satu-satunya cara agar kita merasa puas adalah dengan membunuhnya!" lantang Taehyung lagi.

Aimless Game | Epilog - SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang