10 • Civil War

879 128 32
                                    

.

.
.

Kekuatan yang paling besar dan tak terkalahkan, Adalah kekuatan yang berasal dari KELUARGA. Karena mereka rela dan penuh kasih, untuk melawan siapapun demi orang yang paling berharga.

.
.
.

••

°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°
°

'Perubahan bisa menjadi penting dan tidak berguna sekaligus. Tergantung cara kau membawa mereka ke arah mana'

'Bagaimana jika aku terbawa hati?'

'Maka kelanjutannya akan lain'

Aku mengerjapkan mataku perlahan, tapi yang ku lihat hanya temaram. Aku tidak tau ini di mana dan seperti apa, gelap. Sebuah cahaya dari luar masuk setelah seseorang membuka pintu. Dia membelakangi cahaya hingga tidak dapat aku lihat, dan karena seberkas cahaya sedikit aku melihat sekitar. Aku berada disebuah kamar lumayan besar. Tapi aku masih tidak mengenal orang yang berdiri kokoh di ambang pintu.

Perlahan dia melangkah masuk memutari tempat tidur yang aku tempati dan membuka jendela di samping tempat tidur. Barulah cahaya mengenyeruak paksa masuk ke mata, hingga silau yang cukup menyakitkan. Setelah mataku cukup biasa menerima cahaya barulah aku melihat tempat ini begitu jelas. Dan pria itu.

Pria berwajah campuran Kanada dan Hongkong, memiliki rahang tegas dan garis wajah tegap. Berkulit cukup kuning dan pandangan mata tajam.

Tidak salah lagi, dia pria yang pernah aku temui bersama seorang wanita. Aku terus menatapnya lamat, semua pergerakan dan ekspresinya. Banyak sekali pertanyaan dibenak ku, yang membuat ku mengira-ngira kemungkinan yang terjadi.

"Sudah selesai bermimpi. Yewon?"

Suara bariton penuh penekanan melambai lembut memasuki pendengaranku. Siapa sangka aku bisa merasa nyaman didekatnya, bahkan sama sekali tidak mengenalnya. Tapi insting dalam diriku berbicara, Jika pria ini tidak akan melukai ku. Tapi siapa yang bilang jika insting selalu benar?

Dia melangkah menduduki sofa single tepat didepan ranjang yang aku tempati, hingga kami berhadapan dengan berjarak cukup jauh dengan aku yang duduk menyender di tempat tidur.

"Sudah sampai mana keinginanmu tercapai?"

Tanyanya lagi, aku masih mengawasi setiap pergerakannya bahkan gerakan bibirnya sekalipun. Dia terlihat sangat santai namun menunjukan, jika dia juga berhati-hati.

Aimless Game | Epilog - SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang