9

833 129 21
                                    


"Aku tidak mengerti lagi denganmu, sebenarnya kau ini ada apa dengan mereka? Kenapa lebih membela mereka dari pada ayahmu?"

"Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?"

"..."

"Kita sudah 20 tahun bersama. Dan kau masih menyembunyikan sesuatu dari ku?"

"Yewon! Jawab aku"

Aku masih tetap diam, walau Sinb memberiku pandangan tajam.

"Kita sudah lama bersama, dan selama itu aku tidak mengerti dirimu. Payah sekali aku ini" Sinb berucap sambil terlihat pasrah.

"Lalu, apa kau tau tentang ku?"

Aku menatap Sinb lurus, tentu aku tau Sinb seperti apa.

"Kau adalah salah satu anak yang beruntung dan memiliki kehidupan yang ingin ku miliki" jawabku.

"Dan kau ingin memulainya dengan menyingkirkan pak Nim?" ucap Sinb cepat, aku mengernyit heran. Kenapa Sinb bisa tau?. Sinb sangat tau jika aku membenci pak Nim, tapi sekalipun aku tidak pernah berbicara tentang pak Nim kepadanya.

"Lupakan. Kau mendekati mereka karena kau ingin jadi seperti mereka?"

Sinb diam saat aku menatapnya memicing.

"Yewon! Jika kau ingin kehidupan normal, maka menikahlah. Orangtuamu akan melepas mu saat itu tiba"

Mataku mengendur dan menatap bawah. Sinb benar, jika aku ingin hidup normal aku juga harus memulai membuat kehidupan yang baru.

"Aku masih belum yakin jika cara itu bisa merubah semuanya" balasku.

"Mau ku kenalkan dengan seseorang?" tawar Sinb. Entah hanya perasaan atau apa, rasa curiga menghampiriku saat melihat Sinb.

"Tidak perlu"

Entah kenapa saat ini aku tidak nyaman dengan Sinb, jadi aku putuskan untuk pulang kerumah. Memang sore tadi habis dari rumah Namjoon aku ingin menemui Sinb dan mau meminta maaf padanya soal insiden pesta waktu itu, dan Namjoon memaksa untuk mengantarku. Walau aku sudah menolak dan ingin jalan kaki saja, dia bersihkuku untuk mengantar. Yasudah.

Sekarang sudah pukul delapan, aku lebih baik pulang. Aku bangkit dari duduk ku, mulai berjalan sambil pamitan.

"Aku pulang, Mama ku di rumah"

Sinb hanya diam. Yasudahlah. Mungkin dia masih marah padaku.

••
"Kau membuat ku malu, apalagi saat istri gubernur cacat itu menyapa ku bangga. Akukan sudah bilang! Pilih saja yang wajahnya buruk tapi yang paling kaya! Bukan orang seperti penjahat itu"

Baru saja ingin masuk kekamar, aku sudah diberikan lagu pengantar tidur yang paling buruk. Jika aku tidak bisa berkutik didepan ayahku, lain lagi jika didepan ibuku. Aku akan menjawab apapun yang ibu katakan, satu-satunya yang membuatku diam pada ibu adalah ketika aku malas.

"Aku berteman dengannya" balasku kelewat santai.

"Ternyata rumor itu benar! Kau berteman dengan para berandalan! Pantas saja para pria disana tidak mau mendekati mu walau mereka memperhatikanmu. Kau harus berhenti berteman dengan mereka"

"Pria-pria itu saja yang pengecut, teman-teman ku tidak seberengsek itu"

"Apa kau tidak membaca keburukan mereka hah?!"

"Aku mengetahui lebih jelas dari hanya mendengarkan orang-orang membicarakan mereka. Semua orang hanya melebih-lebihkan saja"

"Oh! Waw, aku sangat terkejut kau bisa membela mereka.apa pukulan ayahmu tidak mempan padamu?"

Aimless Game | Epilog - SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang