Marchiega sedang mengutak-atik benda pipih berwarna silver itu. Ia sedang mengabari Kevin untuk segera datang ke taman kompleks dekat rumahnya.
Angel L.M
Kak, lo udah otw belum?Calon doi'nya Tita
Udah kok. Bentar lagi nyampe, nih.
Lo dibagian mananya?Angel L.M
Di lapangan basket.Calon doi'nya Tita
Gue udh nyampe nih.Read
Marchiega mengalihkan pandangannya dari benda pipih itu. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut taman, hingga ia menemukan sosok Kevin yang sedang berjalan ke arah lapangan basket.
Marchiega melambaikan tangannya ke arah Kevin, saat pandangan lelaki itu tak sengaja mengarah kepadanya.
Saat Kevin melihatnya, ia segera berlari menghampiri Marchiega, sambil menampilkan senyum terbaiknya.
"Sorry telat. Lo udah lama nunggunya?" tanya Kevin saat ia sudah berdiri dihadapan Marchiega.
"Nggak kok. Santai aja kalo sama gue mah. Asal, nanti pas janjian sama Tita, harus on time, bahkan kalo bisa in time, biar dia nggak ilfeel sama lo, Kak." jawab Marchiega panjang lebar. Ia segera berdiri dari duduknya, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana training yang ia kenakan.
"Sekarang, kita cari tempat yang nggak terlalu bising aja, deh. Biar bisa ngobrol serius." pinta Marchiega.
Kevin nampak berfikir sejenak, kemudian ia pun menjawab, "Gimana kalo kita ngobrolnya sambil sarapan, aja?"
Marchiega menganggukkan kepalanya, "Tapi, lo aja yang makan."
"Kenapa? Lo udah sarapan emang?" tanya Kevin. Ia heran, kalo Marchiega sudah sarapan, lantas jam berapa cewek ini bangun?
"Kalo lo takut karna nggak punya uang, tenang aja, gue traktir, kok. Gue nggak sejahat itu, biarin cewek kelaperan, sedangkan gue enak-enakan makan." kata Kevin lagi.
"Enggak. Bukan gitu, Kak. Gue cuman nggak biasa aja sama makanan luar." ujar Marchiega sambil menampilkan senyumnya.
Kevin menganggukkan kepalanya, ia mengerti sekarang. Ternyata, Marchiega ini adalah tipe cewek pemilih. Dia nggak suka mengonsumsi makanan luar, yang menurutnya tidak sehat.
Itu adalah pemikiran Kevin. Ia pikir, Marchiega adalah cewek lebay, yang takut sama kualitas makanan luar rumah, yang belum tentu bersih dan enak.
"Jadi, lo nggak mau makan makanan kotor, gitu? Karna ini bukan makanan dari rumah lo?" Kevin mulai ilfeel dengan cewek dihadapannya ini.
Marchiega menggeleng cepat, "Enggak!! Bukan gitu, Kak. Gue cuman nggak biasa aja sama makanan yang orang lain buatin. Udah kebiasaan sama makanan buatan Mami. Lebih hemat duit, dijamin enak dan sehat lagi." kata Marchiega membanggakan masakan Maminya,
"Gue suka alergi soalnya sama beberapa jenis makanan. Pernah sekali, gue makan di cafe sama temen-temen sekolah, eh pas pulangnya, gue muntah-muntah. Masuk rumah sakit deh. Ternyata, gue nggak cocok sama makanan di cafe itu. Makanya, gue lebih milih makanan ala rumah. Secara, gue nggak mungkin sakit kalo makan itu. Mami 'kan udah tau apa aja yang boleh dan nggak boleh gue makan." jelas Marchiega panjang lebar.
Bukannya ia cerewet atau apa, hanya saja, ia tidak mau dibilang gadis pemilihlah, terlalu lebaylah, cewek sok bersihlah, inilah itulah, tapi ia hanya ingin menjelaskan alasan mengapa ia tidak suka makanan luar rumah.
Kevin mengganggukkan kepalanya, rupanya ia salah paham kepada gadis ini, "Sorry, ya. Gue jadi mikir yang enggak-enggak ke elo."
"Nggak papa, santai aja, Kak. Mending, sekarang kita olahraga dulu, sambil ngobrol sekalian."
"Lo kayaknya semangat banget deh buat olahraga, setahu gue, lo nggak suka olahraga."
"Gue emang nggak--eh?" Marchiega kaget, dari mana cowok ini tahu kalo dia nggak suka olahraga?
"Lo tau dari, Kak, kalo gue nggak suka olahraga?" Marchiega menatap penuh selidik ke arah Kevin.
Kevin gelagapan sendiri saat Marchiega melontarkan pertanyaan itu. Mampus. Kenapa dia bisa keceplosan kayak gini, sih?
Cari akal. Cari akal, Vin. Lo harus bisa jawab pertanyaan itu. Entar, dia malah curiga lagi, kata Kevin membatin.
"Kak Kevin?" Marchiega menggoyangkan lengan kanan Kevin, guna menyadarkan lelaki itu dari lamunannya.
"Eh? Ah iya. Gue...itu...gue...uhm...nebak aja. Iya nebak. Gue cuman nebak aja, kok." jawab Kevin gugup.
"Lo bisa telepati?" tanya Marchiega kepo. Pasalnya, ia agak ragu sama ilmu yang satu itu.
Menurutnya, nggak ada orang yang bisa membaca masa depan ataupun masa lalu. Itu hanya akal-akalan mereka saja. Sok-sok-an membuat sensasi, biar terkenal.
Tapi, semenjak dia menyadari bahwa ternyata ia memiliki ilmu itu, ia jadi agak percaya. Maminya bilang, ilmu itu turunan dari Eyang buyutnya.
Dan yang Marchiega herankan, kenapa bisa ilmu itu nurun ke dia? Padahal, maminya aja nggak punya ilmu itu. Dan, kenapa harus ke dia, sih? Kenapa nggak ke abangnya aja? Jelas-jelas Gyan lahir duluan, kenapa itu ilmu nggak nyangkut di abangnya aja?
Dan yang terakhir, kenapa ilmu telepati itu nggak bisa dia gunakan ke semua orang? Kenapa ilmu itu nggak bisa digunakan setiap saat? Hanya saat tertentu, ilmu itu muncul dengan sendirinya.
💟💟💟💟💟
Halooo readerss setiaku!
Siapa yg masih setia nungguin kelanjutan dari cerita ini?
Nih, udah aku up.
Baca kuy!Jgn lupa 🌟 dan 🗨

KAMU SEDANG MEMBACA
PDKT ala Kevin
FanfictionAngel Laurencia Marchiega Katanya sih, dia itu mak comblang. Setiap orang yang minta bantuan buat dicomblangin, pasti dimintain imbalan. Tapi, imbalannya belakangan, kalo dia berhasil nyomblangin, baru deh dapet. Ibarat kata, ada uang ada barang. Ta...