Meet with mak comblang

50 2 0
                                    

     Hari ini adalah weekend, namun Marchiega dan beberapa anak-anak ekskul Band SMA Elang Jaya 1 malah sedang berkumpul disebuah studio rekaman untuk melakukan sesi rekaman lagu--ini adalah lagu perpisahan untuk kelas XII tahun ini--yang diciptakan oleh pembimbing ekskul musik--Mr. Fredy.

"Marchiega, ingat atur nafas pas mau dapet nada tinggi. Agnes, kamu harus bisa kuasai alto, jangan sampai lari dari nada yang seharusnya. Dan kamu Ghalu, perkuat tenornya dibagian reef, karena suara Marchiega dan Agnes akan sangat terdengar, jadi suara kamu nggak boleh tenggelam. Ngerti semuanya?" instruksi yang diberikan oleh Mr. Fredy diterima baik oleh setiap murid.

"Ok guys, kita tos dulu sebelum mulai," Mr. Fredy meletakkan tangannya di tengah-tengah lingkaran yang telah mereka buat, kemudian secara berurutan, Gezha, Tiara, Novryanto, Marchiega, Ghalu dan Agnes--anak kelas XII--meletakkan tangan mereka diatas tangan Mr. Fredy.

"SMA Elang Jaya 1!!" teriak Mr. Fredy.

"Go! Go! Go!" teriak para murid serempak sambil mengangkat tangan mereka ke udara.

"Okay, guys. Rekaman pertama akan dimulai dari musiknya. Jadi, buat para vokalis, kalian bisa latihan dulu sambil nunggu giliran. C'mon guyss!!" Mr. Fredy bertepuk tangan guna menyemangati siswa-siswinya.

     Akhirnya, pemain musik--Gezha, Novryanto, dan Tiara--masuk ke dalam ruang rekaman. Ghalu masih diluar, ia masuk belakangan. Cowok ini sebenarnya ragu meninggalkan Marchiega hanya berdia dengan Agnes.

"Aduh, sumpah gue deg-degan banget, nih. Kalo, entar alto gue salah, gimana dong?" panik Agnes. Dewi Santi Agnesya Panjaitan. Dia adalah siswi kelas XII IPS 1 yang ikut andil dalam rekaman ini--guna mewakili teman seangkatannya.

"Kak Agnes tenang aja, yakin sama kemampuan Kakak. Suara Kak Agnes bagus, kok." Marchiega menyemangati Kakak kelasnya itu yang terlihat begitu panik. Terbukti. Dari tadi ia hanya mondar-mandir di depan ruang rekaman tanpa memperhatikan adik-adik kelasnya yang tengah menyetel ulang alat musik masing-masing.

"Lo mah enak tinggal ngomong doang. Kan lo udah biasa kek gini. Lo juga 'kan cuman jadi sopran, ya gampanglah." cetus Agnes agak sewot.

     Nah kan, instingnya memang benar. Kakak kelasnya ini memang sombong dan egois. Dan Ghalu pernah denger kalo si Agnes-Agnesan ini benci banget sama Marchiega, tahu deh kenapa.

"Kak Agnes nggak usah sok ngerendahin Marchiega gitu dong. Kakak pikir jadi sopran itu gampang apa? Nggak!! Dia harus bisa bertahan dan lebih dominan dari tenor, bass dan alto. Karna sopran adalah patokan. Jadi, Kakak nggak usah sok drama gitu. Kayak dapet bagian yang paling susah aja!" itu suara Ghalu. Dia itu pendiam, namun jika sudah bicara, behhh, jangan ditanya. Pedesnya bukan main!! Nggak kenal dia teman sebaya, kakak kelas, guru, bahkan orang tua, pasti dia pojokin mati-matian.

     Agnes yang mendengar omelan Ghalu, menjadi diam seketika. Bahkan, ia sudah berhenti mondar-mandir. Ia jadi takut melihat adik kelasnya ini. Ternyata, benar apa kata orang, Ghalu memang dingin, tapi kalo udah ngomong, ngalahin pedesnya cabe seratus kilo.

"Ghalu, santai aja dong. Kasihan Kak Agnes, dia 'kan baru pertama kali rekaman." Marchiega mengelus lengan Ghalu, bermaksud menenangkan temannya ini.

"Emang cuman dia doang yang baru rekaman? Ini juga kali pertama kita rekaman, tapi kita nyantai aja tuh." Ghalu kembali meluapkan apa yang terlintas dipikirannya, "Sok drama!" gumamnya pelan, namun masih terdengar oleh Agnes dan Marchiega.

     Marchiega menggelengkan kepalanya. Ia sudah tahu betul bagaimana sifat temannya yang saru ini, "Maafin Ghalu ya, Kak. Dia nggak bermaksud bikin Kak Agnes sakit hati, kok. Cuman, pembawaannya emang kayak gitu." ucap Marchiega yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Agnes.

PDKT ala KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang