Langkah pertama

19 1 0
                                    

       Sore ini, Marchiega sudah terlihat rapi dengan skinny jeans putih dan baju sabrina berwarna merah marun.

     Hari ini, ia akan bertemu dengan Tita--dengan niat mencomblangkannya-- setelah itu segera bergegas ke Aras Cafe untuk merayakan keberhasilan rekaman lagu band sekolahnya.

     Saat ia sedang memoleskan lip tint pada bibirnya, lagu Beautiful dari Wanna One terdengar memenuhi kamarnya. Pertanda bahwa, ada orang yang sedang menelponnya.

     Segera saja ia menyelesaikan aktivitasnya dan mengangkat telponnya,

'Yayacu💃 is calling'

Tumben nih anak nelpon, biasanya juga nge-chat doang.

"Halo, Angel-nya acuu! How are you, babe?" suara melengking milik Tiara langsung terdengar begitu Marchiega meletakan handphone pada telinganya.

"Halo juga, Yaya. Kalo nelpon tuh nggak usah pake teriak bisa kali, Ya. Kasian kuping gue dengernya," Marchiega mengambil sebuah tas kecil dari sebuah lemari yang khusus untuk menyimpan koleksi tasnya.

"Eheheheee. Sorry, Babe, gue lagi seneng banget nih soalnya,"

"Emang lo seneng kenapa? Tumben pake acara nelpon gue segala,"

"Ada deh. Ntar kapan-kapan gue cerita. Oh iya, lo udah kontakan sama Kevin belum?"

"Udah kok. Malah kita udah ketemu dan nyusun rencana. Kenapa emangnya?"

"Nggak papa, gue cuman nanya aja, abisnya itu orang udah kagak pernah ngabarin gue lagi. Pan gue kira dia kagak jadi make jasa lo,"

     Marchiega geleng-geleng kepala mendengarnya, "Apaan banget dah bahasa lo, gue berasa nawarin 'jasa yang lain' buat client,"

"Hahahaha...enggak gitulah. Oh iya, by the way, lo udah dimana, nih?"

     Marchiega segera mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari kamar, "Udah  mau jalan, kok. Lo sendiri? Datang, 'kan?"

     Diseberang sana, Tiara terlihat mengangguk, padahal Marchiega tak dapat melihatnya.

"Tapi kayaknya gue agak telat, deh."

"Yang penting lo harus datang,"

"Siap bos! Lagian, mana mungkin sih gue ngelewatin traktiran? Mana dari guru lagi, pan enak morotinnya, soalnya dia udah kerja, gajinya gede, dan untungnya dia belum nikah, jadi kagak punya tanggungan, dah. Ini mah rejeki anak sholeh! Harus diporotin, tuh!"

     Ucapan Tiara yang menggebu-gebu membuat Marchiega geleng-geleng kepala.

"Lo pikirannya kok bisa ampe situ, sih? Jauh banget,"

"Itu udah bakat gue kali,"

"Ya udah, telponnya udahan dulu ya. Gue mau otw, nih. Mau mulai plan A buat Kak Kevin,"

"Buset!! Gercep juga lo, baru ketemu udah main plan-plan aja."

"Harus dong, Ya. Biar cepet jadian merekanya, dan novel gue bertambah," Marchiega turun ke lantai satu.

"Lo kalo urusan novel, cepet banget dah geraknya,"

"Jelaslah, hobi gue 'kan baca novel." Marchiega berjalan menuju ke ruang makan untuk berpamitan kepada Maminya.

"Ya udah deh. Gue ada urusan, nih. Entar ngobrolnya disambung dicafe aja, ya?"

"Okay, bye, Yaya!"

PDKT ala KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang