"Jadi?"
"Jadi..." Syifa membalas balik.
"Jadi.... kita jadian mau nggak?" Tanyaku padanya.
"Eh? Emm...." Syifa tersipu malu ketika hendak menjawabnya.
"Hmm... bukan itu jawaban yang aku mau." Celetukku menggerutu melihat responnya.
"Emm.... Jadi, Din. Iyah. Ayo kita jadian." Jawabnya.
Sungguh alur yang tak terduga. Syifa mungkin bukan cinta pertamaku. Tapi dia adalah kekasih pertamaku. Awalnya aku seperti mengetahuinya dari sikapnya padaku saat di tempat bimbel. Kucoba lemparkan beberapa rayuan padanya dan ia selalu membalasnya. Hingga akhirnya aku dengannya mulai berpacaran.
Andai dia adalah kamu, Den
Kata-kata itu memang selalu terngiang setiap saat aku bersamanya menghabiskan waktu bersama. Tapi aku sudah tidak mempedulikan hal itu lagi. Sekarang syifa adalah perempuan yang aku sayang.
Waktu yang kita habiskan memang tidak banyak karena perbedaan almamater. Kita banyak menghabiskan waktu lewat handphone, lewat pesan singkat yang terus menerus membuat uang jajan kita boros karena harus membeli pulsa sesering biasanya. Kita hanya punya kesempatan tatap muka dan bercengkrama saat istirahat bimbel dan sepulang bimbel, entah itu sekedar jalan-jalan di kota, bermain di wahana bermain, menonton film di bioskop, atau yang lainnya.
Sesekali kita juga saling menghubungi saat salah satunya sedang senggang saat kegiatan belajar mengajar di sekolah masing-masing. Malamnya? Jika tidak ada PR kita asyik berbalas suara di telpon sampai saling tunjuk menutup telponnya terlebih dahulu hingga tak berujung.
Minggu kedua di semester genap kelas delapan masih sama seperti sebelumnya. Aku berbalas pesan semangat dengan Syifa sebelum berangkat sekolah seperti biasanya. Senin yang mendung kala itu, bulan Januari sedang musim hujan. Sialnya bagiku, itu tidak mengganggu upacara yang mengundang kantuk dan malas. Hingga bel istirahat pertama pun berbunyi. Aku seperti mendengar sebuah kabar-kabar burung. Terdengar di telingaku mereka sedang membicarakan ada seorang murid baru di kelas 8D.
"Ada murid baru ya hari ini?"
"Eh? Iya? Di kelas berapa?"
"Tuh di kelas 8D."
"Cewek? Cowok?"
"Cewek. Cantik."
Aku memang penasaran, seperti apa sosok murid baru yang datang ke sekolahku ini. Aku semakin dibuatnya penasaran, namun aku berusaha menutupi perasaanku itu. Aku tetap tenang. Biarkan mereka berbincang dan bergosip sesuka mereka dulu.
"Pindahan dari mana?"
"Katanya sih dari Bandung."
"Bandung? Wih"
"Garansi cantiknya ini mah haha."
Apa ini serius? Rasa penasaranku semakin bertambah. Setidaknya aku akan menemukan satu wajah asing dan seragam asing yang keluar dari pintu kelas itu. Tapi tunggu. Saat upacara pagi tadi aku melihat tidak ada wajah dan seragam asing yang terselip diantara barisan kelas 8D. Padahal barisan kelasku bersebelahan dengan kelas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
RomantikTentangmu, ada pertemuan yang mengesankan Tentangmu, ada perpisahan yang menelan kesedihan Tentangmu, ada kehilangan yang menumbuhkan kerinduan Dan tentangmu, ada kenangan yang mengukir senyuman Pada satu waktu, kita akan kembali pada nostalgia, kem...