Ingatan Masa Itu

2 0 0
                                    


**Sebelumnya, author mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, karena cerita ini berlarut-larut terhenti dikarenakan kesibukan author yang sangat padat. Kemungkinan kedepannya, chapter akan diupdate dua bulan sekali, jadi selamat mengikuti ceritanya dan semoga terhibur. Salam hangat, Author! :)**


**Disarankan untuk membaca kembali chapter-chapter sebelumnya ya, agar alur cerita bisa tertangkap dengan jelas**



Seorang wanita paruh baya memanggilku. "Ada apa a?"

"Tidak ada apa-apa, Bu!" jawabku dari kamar.


Ya, aku sedikit terkejut dengan seseorang yang sedang bicara denganku ini via pesan Facebook. Aku tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Apa yang sedang bicara denganku ini Dena? Yang benar saja! Percaya tidak percaya, dengan rasa penasaran aku langsung membuka profil akunnya. Kulihat foto profilnya, dan beberapa foto lainnya yang ia simpan di akunnya. Senyum itu, mata itu, dan gaya rambut itu, tidak salah lagi itu persis seperti Dena. Terserah kalian mau menganggapku stalker atau apapun.


"Dena?" ketikku di kolom chating pesan.

"Iya hehehe." balasnya diakhiri dengan emoji senyum.

"Haaah, dasar. Hobi banget kamu ngerjain orang." kesalku membalas pesannya.

"Hehe maaf maaf. Kamu apa kabar, Din?" tanyanya lagi

"Sudah aku jawab diatas!" jawabku masih sedikit kesal.

"Weiss. Santai dong, mas. Damai. Damai. Hehehe" balasnya

"Iyaiya." balasku.


Jujur saja. Aku merasa kesal-kesal senang. Kesal karena aku merasa dikerjai olehnya. Senang akhirnya aku bisa berkomunikasi dengannya lagi setelah sekian lama dan aku seperti setengah hidup antara melupakannya atau selalu mengenangnya.


"Gimana kabarmu, Den?" ketikku bertanya.

"Kabarku baik, Din. Hehe" balasnya.

"Syukurlah." balasku. Setelah itu, aku tidak tahu lagi ingin bicara apa.

"Kamu sekarang sekolah dimana, Din?" tanyanya.

"Aku sekolah di kota, Den. Di SMA 2." jawabku. "Kalau kamu?" tanyaku balik.

"Ah, sekolah kita sejalan yah, hehe." balasnya.

Sejalan? Memangnya dia sekolah dimana?

"SMK 2 kah?" tanyaku sembari sembarang menebak.

"Eh, kok tau? Kamu kepo profilku ya? Iih, tukang nguntit!" balasnya langsung ngegas.

"Santai dong, Bu. Aku kan cuma nebak. Lagipula ada sekolah apa lagi di jalan itu selain sekolahku dan sekolahmu?"

"Ada! Sekolah BPK." jawabnya.

"Itu swasta woy. Lagipula nggak mungkin juga kan kamu masuk situ? Kecuali kamu pindah keyakinan."

"Haha nggak lah, Din." balasnya sebelum suasana ruang chat hening sesaat.

"Dena. Aku kira setelah lulus SMP, kamu balik lagi ke Bandung." ketikku.

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang