Haneul PoV
Siang ini benar-benar terasa sangat panas. Walaupun seperti itu, aku berusaha untuk terus tersenyum bagaimana pun aku akan bertemu seseorang orang yang sangat istimewa bagiku. Kau tahu aku ingin pergi kemana ? Sebenarnya aku ingin bertemu dengan Halmeoni ku. Ya, Halmeoni.
Dahulu saat Appa dan Eomma ku pergi untuk mengurus sesuatu yang sangat penting. Eomma menitipkan ku pada Halmeoni selama dua tahun. Halmeoni adalah seorang perempuan berusia 59 tahun. Dia adalah seorang pengurus sebuah panti asuhan. Di panti asuhan itulah aku dan Halmeoni ku tinggal walaupun hanya dua tahun.
Di sana semua kenangan indahku terkumpul hingga membuat otak ku tak pernah melupakannya. Saat aku sedang asyik melamun tiba tiba seorang laki-laki memanggil ku dengan sangat keras dan bersemangat.
"Heiiiii... Kim Haneul" teriak dia lagi. Kau ingin tahu siapa dia ? Dia adalah sahabat ku, Joshua. Aku tersenyum sangat lebar karena Joshua menyambutku.
"Joshua..." Aku berlari ke arahnya lantas dia malah menepuk punggung ku. Joshua, dia adalah sahabatku mungkin sudah ku anggap sebagai saudaraku karena pertemanan kami sejak kecil. Saat di dekatnya aku sangat nyaman dan bisa menunjukkan sikap asliku tanpa ragu-ragu.
"Haneul, apa kabarmu ? Akhirnya kau ke panti juga. Padahal kau baru ke panti seminggu yang lalu tetapi anehnya aku sudah merindukanmu" Ujar Joshua matanya berbinar-binar.
"Hahaha... Aku baik baik saja. Dan entah mengapa aku selalu ingin datang ke panti" Jawab ku. Joshua menarik tangan ku menuju ke dalam panti.
"Bagaimana kabar Halmeoni dia baik-baik saja kan ?" Tanya ku. "Kau bisa lihat sendiri kan. Lihatlah bahkan menurutku Halmeoni terlalu sehat" Joshua menunjuk ke arah Halmeoni yang sedang bermain dengan anak panti lainnya.
"Halmeoni" aku pun menghampirinya dan memeluknya erat. Sungguh aku rindu pelukannya.
"Haneul, Halmeoni merindukanmu. Bagaimana sekolah mu selama seminggu terakhir ?" Tanya Halmeoni lantas aku melihat anak-anak panti yang lain melihatku dengan sangat senang.
"Baik-baik saja bahkan terlalu baik" aku melepaskan pelukan lantas memberi kantong plastik yang berisi banyak makanan.
"Terimakasih, kau silahkan duduk. Halmeoni ingin membuat kan sesuatu untuk semua anak panti dan kalian berdua" Sedetik kemudian ia sudah berjalan menuju dapur seraya membawa kantong plastik yang ku beri.
"Haneul, seperti nya bersekolah di sekolah mu itu sangat seru ya. Seandainya saja aku bisa bersekolah di sana aku pasti akan mendapatkan banyak teman" Ujar Joshua mencoba mencari pembicaraan.
"Hahaha... Memang. Tetapi tak seseru yang ada di pikiran mu kok. Ouh iya... Kau tahu kau sangat populer di sekolah ku. Mereka bilang kau tampan dan mereka bilang suaramu sangat merdu" lantas aku duduk di sofa teras panti. Joshua juga ikut duduk di samping ku.
"Benarkah ? Kalau begitu apa menurutmu aku tampan ?" Tanya Joshua asal membuatku benar-benar terkejut dan tak tahu harus menjawab apa.
"Hmm... Ya kau laki-laki tertampan yang pernah ku temui termasuk juga hatimu" balas ku. Sedetik kemudian aku menyesali perkataan ku karena menurutku terlalu berlebihan. Tetapi, memang itu yang ada di dalam pikiran ku tentang Joshua. Joshua terdiam dia tak menanggapinya. Syukurlah jika begitu semoga dia tak terlalu memikirkannya.
"Haneul, bagaimana jika kapan kapan kau mengajak salah satu temanmu kesini" Joshua entah apa yang dipikirkannya dia mengatakan seperti itu.
"Hmm... Boleh saja. Aku sih tak masalah. Kau kerumah ku lagi dong ! Appa dan Eomma terus menanyakan kabarmu" jawabku ketika tiba-tiba teringat ketika kedua orang tuaku terus menanyakan kabar Joshua.
"Aku pasti akan kesana" Joshua menjawab singkat lantas dia berdiri dan bermain kejar-kejaran dengan anak-anak panti lainnya. Ini seperti saat waktu itu. Saat aku dan Joshua yang saat itu berusia sembilan tahun dan bermain kejar-kejaran.
⭕⭕⭕
"Terimakasih atas hari ini, Joshua. Aku akan usahakan kembali lagi Minggu depan. Annyeong..." Haneul melambaikan tangannya seraya tersenyum sangat manis. Joshua tersenyum tak kalah manis. Dia berharap dia bisa bertemu dengan Haneul Minggu depan. Semoga saja.
⭕⭕⭕
Sore itu Jiseon terlihat malas melangkahkan kakinya menuju tempat lesnya karena pelajaran matematika yang membuatnya pusing. Baru melihat angkanya saja sudah memusingkan, mungkin itulah yang dia pikirkan ketika mengikuti les matematika.
Maka dari itu dia ingin tak les saja. Tetapi Jiseong mengancamnya memotong uang jajannya jika tak les matematika. Itulah kelemahan terbesarnya, uang jajan.
"Yoon Jiseong sialan, ahhh.... Benar-benar sangat menyebalkan. Dia benar-benar memanfaatkan ku dengan mengancam memotong uang jajan. Awas saja dia. Tak akan ku beri ampun" batin Jiseon, matanya berapi api. seperti nya dia sangat kesal. Namun suara panggilan seorang laki-laki membuatnya berhenti mengoceh tentang Jiseong.
"Heiiiii... Permisi.... kau...." Teriak laki-laki itu sepertinya Jiseon mengenalnya. "Kkkkau... Dino-ssi ?" Jiseon terdiam dia bingung bagaimana ia bisa bertemu dengan Dino di sini.
"Ahhh... Kau Yoon Jiseon. Ini kau menjatuhkan bukumu di bus" Lantas Dino menyerahkan buku itu padanya. "Ahhh... Kamsahamnida"
"Ngomong ngomong bagaimana bisa kita bertemu disini ? Dan kau Jiseon-ssi ingin kemana ?" Tanya Dino.
"Panggil aku Jiseon saja. Aku ingin ke tempat les. Kalau kau ?" Ujar Jiseon seraya memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Aku juga ingin ke tempat les. Tetapi aku les di dekat pusat perbelanjaan" "ahhh... Begitu aku juga les disana" Jiseon menunjuk ke arah bangunan di samping pusat perbelanjaan.
"Kau ingin masuk bersama. Pasti kita satu ruangan" ajak Dino lantas hanya dibalas anggukan oleh Jiseon.
⭕⭕⭕
"Takdir ? Apa itu takdir ? Yang kutahu takdir lah yang membuatku bersama denganmu hingga sekarang" ~ Kim Haneul
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You My First Boy (With Seventeen And Wanna One)
FanfictionBerawal dari sebuah permasalahan kehidupannya Yoon Jiseon berusaha untuk bangkit. Namun seorang laki-laki berhasil selalu mengusik hatinya. bukan tanpa alasan, Jiseon berusaha untuk menepis semua pikiran nya tentang orang itu. Namun apa boleh buat d...