#24

25 9 8
                                    

Salju terlihat memenuhi pinggir jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salju terlihat memenuhi pinggir jalan. Kecuali halte bus yang mungkin sudah dibersihkan oleh petugas. Keadaan kota Seoul pada sore itu cukup ramai dengan para pelajar yang ingin pulang sekolah menaiki bus.

Tak banyak para pekerja yang pulang pada sore hari. Bahkan para pekerja paruh waktu baru mulai berangkat pada sore hari. Biasanya para pekerja pulang pada malam hari. Jiseon berjalan pelan di depan toko berjejer rapi. Ia ingin ke halte bus. Menaiki bus dan berjalan beberapa meter untuk sampai ke rumahnya.

Tadinya, ia ingin naik taksi saja karena malas menunggu bus sekitar sepuluh menit. Tetapi ia juga tak mau menghabiskan seluruh sisa uang jajannya hanya karena naik taksi. Jelas saja ia tak mau, mendapatkan nya saja sangat susah. Ia harus selalu berbuat baik, menahan amarahnya, dan rajin belajar di depan kakaknya agar mendapatkan semua itu.

Suatu hari, ia ingin berkerja paruh waktu agar mendapatkan uang jajan yang lebih dan pastinya mungkin membaginya pada Jiseong. Tetapi, Jiseong tak mengizinkannya dan malah menyuruh Jiseon belajar di kamarnya.

Jiseon sebenarnya tak terlalu peduli tentang kakaknya yang selalu seperti itu padanya. Karena ia tahu kakaknya sekarang adalah seseorang yang sangat berhak mengaturnya. Tak ada Appa dan Eomma membuat Jiseong mulai menyadari bahwa ia harus mulai menjaga adiknya.

Sekitar sebelas menit bus datang. Jiseon segera masuk dan menempelkan kartu pembayaran elektronik miliknya. Lantas segera duduk dan asyik memainkan handphone nya. Beberapa kali ia melihat ke jalanan.

Sore hari dan bersalju seperti ini memang pemandangan yang disukainya. Ia menyunggingkan senyuman nya dengan sangat lebar dan bahagia. Pemandangan itu sungguh membuatnya bahagia walaupun hanya sebentar.

Tak sadar Jiseon jatuh tertidur. "Hei, kau. ini sudah ke tempat pemberhentian bus terakhir. Kau tak turun juga ?" Paman yang mengemudi bus itu membangunkan Jiseon yang tertidur lelap sekali.

"ehh..." Jiseon terbangun cukup kaget.

"Jwesonghabnida" Jiseon segera turun dan menunduk pada paman yang mengemudi bus. Tiga detik, bus kembali berjalan dan meninggalkan Jiseon.

"Ahh... Dimana ini ? Benar-benar. Mengapa harus terjadi pada hari ini ? Ahhhh.... Aku ingin tidur" Jiseon berbicara sendiri dan merutuk beberapa kali. Entah merutuk siapa, ia tak peduli.

Ia melihat jadwal bus terakhir di halte yang sangat asing ini. Sekitar empat puluh lima menit lagi bus terakhir datang. Akhirnya Jiseon hanya bisa duduk menunggu di halte bus. Seraya membenarkan posisi dasinya yang agak miring juga agak menurunkan roknya.

Ini benar-benar dingin. Jiseon beberapakali mengusap tangannya agar tak kedinginan. Juga menaruh tangannya pada bibirnya agar tak membeku kedinginan.

Akhirnya bus itu datang. Jiseon segera masuk dan menghangatkan diri di dalam bus. Juga beberapakali menyapa beberapa penumpang. Khususnya para penumpang yang sudah lanjut usia.

Karena memang para lansia sangat ramah. Menurutnya, zaman sudah sangat berubah. Para anak muda yang menjadi penerus cenderung egois dan tak mempedulikan orang lain. Dari pada memikirkan hal itu Jiseon justru asyik memandang pemandangan diluar jendela seperti biasanya.

Seraya beberapa kali mengecek Handphone nya dan ternyata sebuah pesan masuk ke dalam Handphone meninggalkan sebuah notifikasi di aplikasi LINE-nya.

👤 092-XXX-XXX(Jiseong)💬
Heiii, ini sudah jam lima sore. Kenapa kau belum pulang juga. Hari bahkan sudah hampir gelap.

"Ahh jinjja. Aku tahu ini sudah pukul lima. Lagipula siapa juga yang ingin pulang terlambat. Ahhhh... Aku ingin cepat pulang dan merebahkan di atas kasurku" batin Jiseon ekspresi wajahnya agak kesal seraya beberapa kali menghela nafas panjang.

👤 082-XXX-XXX(Jiseon)💬
Arraseo, ada suatu masalah yang membuat ku terlambat. Tapi Oppa, entah mengapa firasat ku buruk.

Tak berapa lama Jiseong membalasnya.

👤 092-XXX-XXX(Jiseong)💬
Jangan bicara yang aneh aneh. Cepat pulang atau ku kunci dan kau harus tidur diluar malam ini.

👤 082-XXX-XXX(Jiseon)💬
Ara... Ara... !! Kau kejam sekali. Aku ragu kalau kau itu Oppaku.

👤 092-XXX-XXX(Jiseong)💬
Terserah, Oppa tak peduli. Ingat!!! Cepatlah pulang

👤 082-XXX-XXX(Jiseon)💬
Neeeee

Karena kesal Jiseon membanting handphone nya di kursi sebelahnya. "Ahhh... Jinjja. Kalau saja dia bukan Oppaku. Aishhhh... Jinjja" Jiseon terus menerus merutuk Jiseong didalam hatinya seraya memukul mukul kursi bus di depannya. Membuat beberapa suara sehingga orang lain yang ada di dalam bus melihatnya heran.

Merasa diperhatikan akhirnya ia hanya bisa meminta maaf. "Ahhh... Jwesonghabnida" orang lain hanya mengangguk tanda tak masalah. Karena cukup malu, Jiseon menutup mukanya menggunakan rambutnya dan kembali melihat ke jalan.

Jiseon merapihkan rambutnya ketika tahu akan sampai di halte bus dekat rumahnya. Lantas ia memencet tombol yang ada di bus. Karena ia akan turun. Setelah bus berhenti ia segera turun dan segera berjalan ke arah rumah nya.

Sepi, keadaan jalan kecil di dekat rumah Jiseon sangat sepi. Hanya ada suara kucing jalanan dan anjing milik seorang Ahjumma penjual Tteobeokki. Entah mengapa, firasat nya tak enak. Ia merasa untuk segera berlari dari jalan ini dan segera berlari ke tempat yang lebih ramai.

Tetapi, jalan tercepat untuk ke rumahnya hanya jalan ini satu satunya. Mungkin kalau memutar arah akan lebih lama sepuluh menit. Jiseong pasti akan sangat marah jika ia baru sampai ke rumahnya sepuluh menit lagi. Akhirnya dengan langkah ragu-ragu Jiseon berjalan seraya terus melihat sekitar, was-was.

Tunggu dulu, mengapa Jiseon merasa ada seseorang yang mengikutinya. Benar, tak salah lagi ada orang yang mengikutinya. Suara langkah kaki terdengar pelan di telinga Jiseon. Tetapi, tetap saja terdengar walaupun tak terlalu jelas.

"Sssi... SIAPA KAU ?" Jiseon berteriak dengan nada mengancam. Tiga detik, orang yang mengikutinya tak kunjung keluar dari tempat persembunyiannya.

"Baiklah Jiseon hal pertama yang harus kau lakukan adalah memastikan. Siapa orang yang mengikuti ku. Mengapa orang itu seperti tahu bahwa aku sedang lelah ? Kau harus berani Jiseon. Hal su isseo !!" Batin Jiseon berusaha untuk mengumpulkan nyalinya secepat mungkin. Orang yang mengikuti Jiseon tak kunjung keluar. Hingga, akhirnya Jiseon mendekat ke arah suara langkah kaki tadi terdengar. Tetapi...

"Yakkk... Lepaskan !! Lepaskan aku. Kumohon lepaskan aku !! Kk.. kau... aku tahu dirimu kau yang membuat ayahku masuk penjara bukan ?" Ujar Jiseon tiba-tiba dengan suara meremehkan.

Tangannya tak bisa bergerak sama sekali. Terlihat orang yang berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah. Membuat siapa saja yang melihatnya tak bisa mengenalnya. Jiseon mencoba melepaskan tangannya namun tak bisa.

Orang yang menahan tangan Jiseon itu terdiam setelah Jiseon menyebutkan kata-kata itu. Lantas, ia menahan tangan Jiseon sangat keras membuat Jiseon berteriak kesakitan.

Bersambung...

⭕⭕⭕

Because You My First Boy (With Seventeen And Wanna One)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang