Prolog

279 41 5
                                    

Bumi tahun 30XX.

Bumi yang dulunya merupakan tempat tinggal bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk-makhluk lainnya yang saling bergantung satu sama lain.

Tapi sayang, evolusi manusia yang dimulai dari zaman berburu dan meramu, perundagian, revolusi industri, sampai zaman modern menumbuhkan keegoisan dan nafsu yang membuncah di hati masing-masing individu.

Satu per satu manusia mulai menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Raja-raja, para perdana menteri, pasukan keamanan, ibu-ibu rumah tangga, bahkan anak remaja semakin gila akan kekayaan.

Pembunuhan, peperangan, dan kekerasan tak dapat dielakkan lagi. Anak-anak tak luput menjadi korban dari keganasan manusia pada masa itu. Hewan-hewan dan tumbuhan hanya bisa termenung dan kebingungan karena mereka tidak memiliki akal untuk mengerti perihal apa itu kekayaan, hawa nafsu, dan ego.

Hingga...

Pada suatu waktu, seorang ilmuwan tua membuat sebuah formula berbentuk gas dimana formula tersebut akan membuat semua manusia yang ada di bumi musnah, termasuk dirinya.

Raja-raja, para perdana menteri, pasukan keamanan, ibu-ibu rumah tangga, anak remaja, dan semua manusia baik yang masih memiliki hati untuk berbuat kebaikan maupun manusia yang memang sudah tertutup hatinya oleh hawa nafsu.

Ya, mereka semua musnah.

Tapi, bagaimana dengan nasib hewan-hewan tidak berdosa itu?

Tanpa ada yang menyangka, formula tersebut memberikan efek kepada semua hewan. Formula yang telah menyebar melalui angin tersebut membuat semua hewan bertransformasi menyerupai manusia.

Sedikit demi sedikit, dimulai dari cara berjalan hingga tingkah laku mereka semua menjadi menyerupai manusia.

Dan hewan-hewan tersebut, membuat negara-negara yang menjadi wilayah kekuasaan mereka.

Tapi sisi baiknya, mereka belum dikuasai oleh keserakahan.

Ya, belum...

++

Sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela kamar yang agak rapuh itu. Kicauan burung-burung melalui siaran radio menambah hikmat suasana pagi hari di rumah sederhana milik Aci.

Alarm berbunyi dan Aci segera membuka matanya. Sambil mengucek mata, Aci merenggangkan seluruh persendian yang ada di tubuhnya.

Ia menguap lalu mengibaskan ekornya ke kiri dan ke kanan. Aci beranjak naik dari pembaringan tempatnya tertidur malam tadi dan berjalan pelan menuju jendela.

Dibukanya jendela yang berada di kamarnya, dan melihat pemandangan yang... biasa saja. Tidak ada yang berubah bagi Aci. Hanya pemandangan biasa saat pagi hari di Doggyville.

Nyonya Bertha yang membawa sekeranjang penuh buah apel untuk persediaan musim dingin kelak, Tuan Ron yang menyiangi tanaman, dan anak-anak tetangga Aci yang sedang asyik bermain di lapangan seberang rumah Aci.

Oh ya, jangan lupakan Kakek Cruz di rumah sebelah kanan sana yang sedang membaca koran paginya di kursi goyang seperti biasa.

Aci tersenyum. Hanya dengan melihat pemandangan seperti ini sudah bisa membuatnya bahagia. Dunia ini sudah baik baginya. Semua hewan hidup dengan damai dan tentram tanpa ada kekerasan.

Cukup lama Aci menatap ke luar jendela sampai ia tersadar dan langsung mengingat kegiatannya hari ini.

Langsung saja, Aci mengambil pakaian dan perlengkapan tambang miliknya lalu memakainya.

Sehari-hari, Aci memang bekerja sebagai penambang tulang di Gunung Myow. Di sana, setelah menambang tulang, ia bisa mendapatkan bayaran sekaligus dapat membawa pulang beberapa tulang yang ia gali.

Begitulah hidup Aci. Terdengar monoton dan membosankan. Namun, ada hal yang membuat hidup Aci tidak begitu datar.

Ia memiliki keinginan untuk melihat langsung bintang jatuh yang konon katanya berada di daerah bumi selatan.

Setelah ia selesai berpakaian, Aci mengepalkan tangan dan berteriak, "Hari ini akan jauh lebih baik dari hari kemarin. Aku yakin!!"

Dan begitulah, hari Aci pun dimulai.

Tbc

Looking For The Star [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang