Setelah baru saja mengalami mimpi yang menurut Aci mungkin sangat penting, Aci segera buru-buru pergi ke Gunung Myow untuk menemui Flo.
Aci tidak berharap Flo yang akan mendatanginya seperti kemarin karena hari ini Aci telat bangun dan pernah suatu hari jika dirinya telat bangun, Aci menyuruh Flo untuk langsung pergi ke Gunung Myow agar tidak ikut terlambat seperti dirinya.
Setelah berpakaian dan menyiapkan segala keperluan menambang, Aci meninggalkan rumahnya dan bergegas pergi ke Gunung Myow.
Saat sampai di daerah tenda-tenda penambang, Aci langsung menghampiri tenda penambang kuning milik Flo. Benar saja. Di sana, dia melihat Flo sedang menyiapkan peralatan-peralatan menambang miliknya.
Melihat Aci yang bermandikan keringat dan kedatangannya yang agak terlambat, Flo merasa cemas lalu bertanya, "Aci, apa yang terjadi kepadamu?"
Aci mengelap keringat yang bercucuran dari pelipisnya. Tak lama, ia pun menjawab, "semalam aku mendapat mimpi aneh."
Flo mengerutkan kening dan menekuk alisnya. "Mimpi aneh? Kau bermimpi tentang hantu lagi?"
Aci menepuk jidatnya melihat tingkah Flo seperti tadi. Flo memang tidak pernah serius jika Aci sedang mengalami kesusahan. Baginya, kesulitan Aci seperti ini adalah pemandangan seru baginya.
"Tolong Flo, kali ini saja. Bisa tidak kau menjadi serius barang beberapa menit?" mohon Aci.
Flo menimang-nimang permintaan Aci sambil tersenyum jahil. Sejurus kemudian, dia pun menganggukan kepalanya.
Aci menghembuskan napasnya kasar lalu bercerita, "tadi malam, aku bermimpi Kakek Cero mendatangiku. Saat itu dia--"
"Tunggu!" sela Flo, "Kakek Cero? Kakekmu yang sudah lama meninggal itu?"
Aci mengangguk lalu melanjutkan, "ya. Kakek Cero mendatangiku yang saat itu sedang berada di bawah sebatang pohon apel dengan padang rumput hijau di sekelilingku. Aku belum pernah melihat tempat itu namun aku merasa bahwa aku tahu tempat apa itu."
"Lalu?"
"Saat itu, dia memegang liontin milikku dan mengatakan bahwa liontin ini sangat berharga dan dapat membawa kita ke daerah bumi selatan, tempat dimana bintang jatuh berada. Selain itu, Kakek Cero mengatakan bahwa Tuan Dabula, si singa tua tanpa surai itu sedang mengincar liontin ini."
Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Aci, mata Flo langsung membulat sempurna. Ia kemudian menjentikkan kedua jarinya seperti mengetahui sebuah jawaban penting.
"Sekarang aku tahu mengapa kaki tangannya selalu mengancamku. Liontin itu milik kita berdua, Aci."
Aci tersenyum melihat Flo akhirnya menyadari garis besar masalah yang dihadapinya. Flo yang memang seekor anjing yang pintar akhirnya menunjukkan kemampuannya kali ini.
Karena merasa tidak tahu apa yang harus mereka lakukan lagi setelah ini, Flo kembali bertanya, "lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Aci tampak mengurut dagunya lalu berkata, "temui aku besok pagi. Kita akan meminta Paman Kla untuk membuatkan peta berdasarkan hologram dari kalung ini."
Namun, Flo menyanggah, "Aci, aku ingat nenekku pernah berkata kepadaku bahwa tidak ada orang yang bisa menerjemahkan peta di hologram tersebut. Hanya orang terpilih saja yang akan diberikan petunjuk jalan oleh liontin itu."
"Jadi maksudmu?"
"Ya, hanya kau yang tahu jalan menuju ke daerah tersebut."
---
Aci beristirahat di sofanya malam ini. Secangkir cokelat panas dan buku-buku novel mendampingi saat istirahat Aci malam ini. Saat sedang asyik bersantai, tiba-tiba terdengar gedoran pintu yang sangat keras.
Aci merasa agak ketakutan karena kuatnya gedoran pintu itu dari luar. Namun, ia akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut. Ternyata, yang Aci lihat setelah ia membuka pintu depan adalah Flo yang sedang terengah-engah.
"Aci, kita harus pergi sekarang!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking For The Star [END✓]
AdventureBumi tahun 30XX, tahun dimana semua manusia telah musnah dan hewan-hewan bertransformasi menyerupai manusia. Di dunia yang baru inilah Aci, seekor anjing ras Shiba inu yang sehari-hari bekerja sebagai penambang tulang di Desa Doggyville tiba-tiba me...