"Heh?"
Aci dan kawanannya merasa bingung. Mereka memang tidak tahu apa-apa. Ledakan? Mereka bahkan tidak membawa satu pun barang yang mudah terbakar atau meledak di kapal ini. Barang paling berbahaya hanyalah pedang dan senjata milik Bibi serta panah Flo yang tidak bisa menghasilkan ledakan.
Merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Aci membuat putri duyung itu semakin maju mendekati kapal Aci. Tangannya bahkan sudah memegang erat bagian pinggir kapal Bibi agar mereka tidak kabur. "Jawab dengan benar! Apakah betul kalian yang melakukan peledakan itu?!" Putri duyung itu menatap satu per satu makhluk yang ada di kapal dengan tatapan nyalang.
Aci yang merasa gugup karena jarak antara wajahnya dengan wajah putri duyung itu yang sangat dekat membuatnya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Karena itu, Bibi maju lalu membuat jarak antara Aci dan putri duyung berambut ungu tadi. Ia melebarkan tangannya sehingga si putri duyung agak mundur ke belakang. Sambil menatap serius ke mata putri duyung itu, Bibi kemudian berkata, "pertama, maaf atas perlakuanku tadi. Jarak kalian terlalu dekat dan membuatku risih. Kedua, kami tidak melakukan apa-apa. Kami hanya berlayar menggunakan kapal ini demi mencapai daerah bumi selatan. Ketiga, kami tidak membawa barang yang bisa memicu ledakan."
"Lalu siapa yang melakukannya?" cecar putri duyung itu lagi.
Flo teringat akan suara seperti ledakan yang ia dengar beberapa waktu lalu. Ia pun maju dan membuat pembelaan. "Beberapa saat yang lalu aku mendengar sebuah suara seperti ledakan yang tidak terlalu jelas terdengar. Karena aku ragu apakah itu suara ledakan atau bukan, jadi aku diam saja. Mungkin itu adalah hewan yang sama dengan yang dimaksud oleh Raja Neptunus."
Putri duyung tersebut mengangguk-angguk. Tetapi, ia tidak bisa begitu saja memercayai mereka. Bukti yang mereka berikan belum jelas dan masih sebatas keterangan dari satu orang saja. Putri duyung itu menatap waspada ke Aci dan kelompoknya lalu menoleh ke belakang untuk memanggil teman-temannya mendekat. Setelah mereka berkumpul, Aci melihat kawanan putri duyung itu berdiskusi yang ia tidak tahu tentang apa isi diskusi itu. Tapi, ia menebak kalau mereka sedang membicarakan kelompoknya.
Setelah perdebatan yang alot, akhirnya para putri duyung itu mencapai kesepakatan. Si putri duyung berambut ungu yang sepertinya ketua dari kelompok putri duyung di laut Riddleshore ini kembali berbalik ke arah Aci dan menghela napasnya berat. "Kami memutuskan untuk menghentikanmu sampai sini."
"Tidak bisa seperti itu!" Flo memarahi si putri duyung. "Apa yang kami katakan itu benar! Kami tidak tahu perihal ledakan itu!" lanjut Flo kemudian.
"Tapi bukti kalian masih kurang! Bisa saja kan kalian mengarang cerita?" bantah putri duyung itu yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh teman-temannya.
"Tapi kami tidak pernah mengarang cerita!"
Putri duyung itu berkacak pinggang dan menatap kesal Flo yang dari tadi terus-terusan berbantahan dengannya. "Tidak ada yang tahu kan kejadian sebenarnya. Tetap saja, kalian aka--"
Tiba-tiba air laut bergemuruh sebelum putri duyung itu menyelesaikan kalimatnya. Awan di sekitar laut Riddleshore berkumpul membentuk lingkaran dan berubah warna menjadi gelap. Gelombang besar mulai tercipta di air dan petir mulai menyalak-nyalak ganas di langit.
Tanpa aba-aba, semua putri duyung yang ada di sana langsung melompat masuk ke dalam air. Aci, Flo, dan Bibi kebingungan sekaligus ketakutan. Jika melihat dari buku-buku yang ditulis oleh manusia, putri duyung adalah makhluk fantasi yang hampir tidak pernah dan susah sekali untuk dibuat ketakutan. Namun, jika melihat reaksi yang mereka tunjukkan kali ini membuat Flo berpikir jika apa yang akan datang selanjutnya akan sangat mengerikan.
Benar saja. Awan menjadi semakin gelap. Angin dan gelombang besar mulai membuat kapal buatan Bibi terombang-ambing dan nyaris karam. Tak lama sebuah pusaran mulai terbentuk di tengah laut Riddleshore. Sebuah mahkota raksasa muncul ke permukaan air. Makin lama makhluk itu makin jelas penampakannya. Aci dan kelompoknya tercengang. Itu adalah Raja Neptunus dengan trisula andalannya.
"Siapa yang berani meledakkan lautku?!"
Bibi meneguk ludahnya kasar. Flo merasa bulu kuduknya mulai berdiri. Raja Neptunus mengangkat trisulanya dengan marah. "Siapa yang berani meledakkan lautku?!!" ulangnya dengan nada dan intonasi yang lebih menyeramkan.
Pemimpin kelompok itu maju lalu mulai menjelaskan semuanya kepada Raja Neptunus. "Maafkan hamba, Raja. Bukan kami yang melakukannya. Kami tidak mengetahui perihal ledakan-ledakan itu," jelas Aci setelah membungkuk terlebih dahulu, "kami di sini hanya ingin menyeberang menuju daerah bumi selatan."
Bukannya tenang, Raja Neptunus yang dikenal memiliki temperamen pemarah itu menunjuk kapal Aci menggunakan trisulanya. "Aku tidak percaya! Kraken, waktumu telah tiba!"
Kraken? pikir Bibi. Tupai itu mengingat-ingat tentang nama itu. Ia pernah membaca sebuah buku dongeng dan menemukan nama itu namun ia lupa makhluk apa itu. Bibi kembali menjelajahi memorinya sebelum akhirnya ia tersadar. Matanya terbelalak hebat ketika mengetahui bahwa kraken adalah makhluk menyerupai gurita dengan ukuran raksasa. Makhluk ini bahkan lebih besar dari ogre yang mereka lawan di Gloomy Wood.
"Aci, makhluk yang Raja Neptunus maksud adalah seekor gurita raksasa!"
Aci tidak menyahut dan berusaha untuk tenang. Padahal, jantungnya sudah berdetak tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan waktu normal. Secara tiba-tiba gurita raksasa itu muncul. Seperti ingin menakut-nakuti Aci dan kawanannya, makhluk itu mengeluarkan tentakelnya satu per satu dari bawah air. Tentakel itu luar biasa besar dan juga runcing. Delapan tentakel itu bahkan bisa memotong tubuh manusia hingga potongan-potongan terkecil.
Setelah delapan tentakel itu keluar, kepala makhluk itu pun muncul ke permukaan. Sama seperti tentakelnya yang berukuran besar, kepala makhluk itu juga berukuran sangat besar. Matanya merah menyala dan menatap marah ke arah Aci, Flo, Bibi, dan Yori.
Aci menjadi semakin ketakutan. Keringat dingin mulai bercucuran dari pori-pori kulitnya. Flo menggigiti kukunya karena merasa takut. Untungnya, Bibi tidak terpengaruh dengan keberadaan makhluk itu. Ia pun mulai menawarkan tawaran yang lebih baik. "Raja Neptunus, maafkan kelancangan hamba namun hamba ingin menyarankan satu hal. Bagaimana kalau kita berdiskusi dengan kepala dingin alih-alih memakai kekerasan?"
Bibi membuat kesalahan yang sangat fatal. Raja Neptunus merasa semakin marah dan mulai mengangkat trisulanya tinggi-tinggi ke atas. "Berani-beraninya kalian memberi perintah kepadaku! Laut Riddleshore ini adalah daerah kekuasaanku dan di sini akulah yang membuat peraturan!" Raja Neptunus menatap marah ke arah Aci. Petir mulai mengelilingi dirinya. "Kraken, sekarang aku akan memberikan perintah kepadamu. Serang mereka!"
"Tunggu!"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking For The Star [END✓]
AdventureBumi tahun 30XX, tahun dimana semua manusia telah musnah dan hewan-hewan bertransformasi menyerupai manusia. Di dunia yang baru inilah Aci, seekor anjing ras Shiba inu yang sehari-hari bekerja sebagai penambang tulang di Desa Doggyville tiba-tiba me...