(9)

39 17 5
                                    

Tak butuh lama bagi Aci untuk menyiapkan perlengkapan-perlengkapan miliknya. Selain karena dibantu oleh Flo, pengalaman menjadi penambang tulang menempa Aci untuk menjadi cepat dan lincah.

"Kau siap, Aci?" tanya Flo sambil menyandang tasnya yang penuh akan barang-barang.

Aci mengangguk lalu mengacungkan jempol kirinya. Aci sebenarnya merasa sedih karena harus meninggalkan rumah dan desanya. Tapi, Aci akan melakukan apa pun karena rasa cintanya akan desanya dan Flo. Aci tidak ingin Flo disakiti oleh Tuan Dabula dan pengawal-pengawalnya hanya karena masalah liontin ini.

Aci dan Flo berjalan menuju pintu belakang. Mereka akan keluar melalui pintu belakang rumah Aci yang langsung mengarah ke hutan desa. Merupakan hal yang bodoh jika menggunakan pintu depan karena mereka akan dengan mudah ketahuan.

Aci memutar kenop pintu secara perlahan lalu keluar dari rumah diikuti oleh Flo. Dengan sangat hati-hati lagi, Aci menutup pintu belakang rumahnya tanpa menimbulkan suara yang berarti.

Krek!

Flo menginjak sebuah ranting kayu. "Sialan!" bisiknya kesal. Tentu saja semua pandangan langsung tertuju ke arah sumber suara. Secara harafiah, Aci dan Flo sudah tertangkap basah.

Para pengawal Tuan Dabula langsung menghampiri Aci dan Flo. Tidak tinggal diam, Aci berteriak, "lari!!"

Mendengar teriakan Aci, Flo ikut lari mengejar Aci dan begitu juga para pengawal Tuan Dabula. Untungnya, lari Aci dan Flo sangat cepat sampai hampir tidak terkejar oleh pengawal Tuan Dabula.

"Kita akan kemana setelah ini?" tanya Flo tiba-tiba saat mereka sedang berlari.

Aci yang tidak tahu harus menjawab apa, akhirnya menjawab asal-asalan. "Kita..., menuju daerah bumi selatan," jawab Aci.

"Iya, Aci. Aku tahu itu. Masalahnya, apakah kau tahu cara melihat peta menuju daerah bumi selatan?"

"Tidak," jawab Aci polos, "pokoknya, kita menuju selatan saja."

Namun, karena tidak hati-hati, nasib buruk menimpa mereka berdua. Flo tersandung akar pohon dan menyebabkan dirinya terjatuh. Kakinya terkilir dan mustahil baginya untuk tetap berlari.

Flo menatap wajah Aci lalu berganti melihat kakinya yang terkilir. Ia mengurut-ngurut kakinya namun ia malah semakin merasa sakit.

"Tinggalkan aku sendiri, Aci. Aku bisa menghadapi mereka. Pergilah sendiri ke daerah bumi selatan!" seru Flo.

Aci yang tidak bisa meninggalkan Flo bersikeras untuk memapah Flo. "Tidak, aku akan memapahmu bahkan menggendongmu hingga daerah bumi selatan!" teriak Aci sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Flo berdiri.

Flo tidak menjawab. Ia terharu karena Aci tidak meninggalkan dirinya. Anjing itu kembali bangkit dari jatuhnya dengan kesusahan. Akhirnya, ia pun dipapah oleh Aci. Karena kondisi kaki Flo yang terkilir, kecepatan mereka menurun drastis. Jarak antara rombongan pengawal Tuan Dabula dengan Aci kini semakin kecil. Kabur saja percuma. Mereka pasti akan tertangkap dengan mudah jika melihat kondisi Flo saat ini.

Mereka harus bersembunyi. Ya, mereka harus menemukan tempat bersembunyi dan menunggu sampai kondisi sudah cukup aman.

Sambil memapah Flo, Aci melihat ke berbagai sudut hutan untuk mencari tempat persembunyian yang cocok bagi mereka. Sebenarnya, ada beberapa pilihan tempat untuk mereka bersembunyi namun tidak ada yang aman. Ke atas pohon? Terlalu berbahaya bagi mereka berdua. Lagipula, Flo dan Aci sama-sama tidak bisa memanjat. Ke balik sebuah batu besar di sebelah kiri sana? Mereka akan dengan sangat mudah ditemukan. Bergerak sedikit saja, batu itu akan terguling.

Aci terus mencari ke berbagai sudut hutan namun tak kunjung menemukan tempat yang cocok. Derap langkah kaki para pengawal Tuan Dabula makin terdengar jelas. Aci yang kebingungan dan putus asa akhirnya pasrah dan merelakan dirinya dan Flo dibawa oleh para bawahan Tuan Dabula.

Namun, ketika harapan mereka sudah hilang, Aci tanpa sengaja melirik ke salah satu tempat yang tertutup oleh dedaunan. Ternyata, tempat tersebut adalah sebuah gua.

"Kita akan bersembunyi di situ."

Tbc

Looking For The Star [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang