BrakAlisha menabrak meja makan hingga ia terjatuh, pandangannya remang-remang. Dan kepalanya sangat sakit seperti ditusuk ribuan jarum. Bibi yang melihat majikannya terjatuh langsung pergi untuk menghampirinya. Lalu Alis dibantu bibi untuk berdiri.
Arghh kenapa kepala gue sakit banget sih aduh ini beneran sakit. Lama-lama gue gak tahan, siapapun tolong gue gak tahan. Batin Alis kesakitan.
"Non Alis gak papa kan, ada yang sakit non kalo ada kita ke dokter ya". Bibi sangat panik.
"Gak papa bi ini nanti juga bakalan sembuh sendiri kok". Alis selalu menganggap penyakitnya itu sepele.
"Tapi non
Brukkk
Belum sempat bibi melanjutkan kata-katanya Alis sudah pingsan lebih dulu. Melihat majikannya tidak kunjung bangun ia sangatlah panik dan langsung meminta pertolongan.
"Dok bagaiman keadaan majikan saya". Tanya bibi.
Karena Alis tidak kunjung bangun bibi yang panik langsung membawa Alis ke rumah sakit. Dan disinilah mereka di ruangan serba putih dan berbau khas obat-obatan. Dimana lagi kalo bukan rumah sakit, dan Alis sedang pingsan dan terbaring di atas brangkar.
Sang dokter terlihat bimbang untuk mengatakan keadaan Alis saat ini. Ya dokter itu adalah dokter Daniel dokter yang biasanya menangani Alis. Dia adalah dokter kepercayaan keluarga Alis, jadi siapa saja yang sakit maka dokter itulah yang memeriksanya.
"Kenapa dokter diam saja apa ada yang membahayakan mengenai penyakit non Alis". Tanya bibi lagi.
"Begini Alis sebenarnya mengidap penyakit leukimia atau kanker darah stadium 2. Dan kondisinya saat ini sangatlah lemah dia perlu dirawat di rumah sakit". Jelas sangat dokter setelah lama berpikir.
"Apa dokter non Alis". Bibi tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang dokter.
"Alis sudah lama mengidap penyakit ini sekitar sudah 3 tahun".
"Selama itu dok dia mengidap penyakit itu".
Dokter hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan bibi.
Tangisan bibi tidak bisa dibendung lagi, dia sangat menyayangkan akan nasib Alis. Betapa menderitanya dia selama ini, harus mengidap penyakit mematikan seperti itu tanpa satu orang pun tahu apalagi orang taunya tidak mendampinginya.
Segera bibi bangkit dari duduknya lalu menyeka air mata yang membasahi pipi nya. Ia ambil ponselnya yang ada di tas selempang annya lalu mencari nomer yang ingin ia tuju. Setelah menemukan nomornya ia langsung menelponnya.
Tooottt tooottt
Beberapa menit kemudian panggilan tersebut pun dijawab.
"Hallo bibi kenapa bibi menelpon saya apa ada yang penting. Kalo tidak saya matikan karena saya masih punya pekerjaan".
"Jangan tuan, saya cuma mau bilang tuan dan nyonya hari pulang".
"Memang kanapa bibi menyuruh saya harus pulang apa ada masalah. Kalo ada masalah sama Alisha bibi saja yang menyelesaikannya saya sangat sibuk".
"Tuan anda sangat keterlaluan, sudah cukup anda menelantarkan putri anda. Sebaiknya anda pulang sekarang sebelum terlambat kalo tidak anda pasti menyesal untuk selamanya. Dan satu lagi nona sakit keras dia mengidap penyakit leukimia stasiun 2. Dan keadaannya sangatlah lemah, mungkin bisa saja dia juga akan menyerah dengan hidupnya".
"Bibi jangan bercanda saya tidak suka dengan candaan bibi".
"Kalo memang anda tidak percaya juga tidak apa-apa. Tapi jangan salahkan saya kalo anda sewaktu-waktu akan menemukan nona terbujur kaki di rumah sakit".
Titit
Bibi langsung memutuskan panggilannya secara sepihak. Ia sangat emosi karena tuannya tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Mana mungkin ia akan berbohong mengenai keadaan Alis saat ini. Apalagi keadaan Alis untuk saat ini dia sangatlah lemah dan mungkin saja dia akan drop.
Semoga mereka cepat pulang, bertahanlah Alis bibi yakin kamu pasti sembuh. Bertahan sayang bibi akan terus di sini jagain kamu nak. Batin bibi menatap Alis dengan tatapan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Berkerudung
Teen FictionBudidayakan vote lebih dulu sebelum membaca ya semuanya, sekali-kali bikin aku seneng gituh dengan ngasih vote. Biar lebih semangat lanjutin ceritanya Annisa yang akhirnya jatuh cinta pada seorang Adrian yang keras kepala.Berbagai rintangan mereka h...