Part 17

3 0 0
                                    


"Egghh"

"Eh non sudah sadar". Ucap b Asih ketika melihat Alisha sadar.

"Bi aku dimana". Tanya Alisha yang baru sadar.

"Non ada di rumah sakit dan sudah empat hari gak sadarkan diri".

"Apa bi aku gak sadar selama 4 hari terus giman sama sekolah aku. Pasti aku ketingalan banyak pelajarn nih. Adu aku mau pulang sekarang aja deh bi". Alisha orangnya memang sangat disiplin.

Meski dalam keadaan sakit Alisha tepat menomorsatukan yang namanya pendidikan. Karena baginya menuntut ilmu itu sangat penting dan saking seriusnya. Dia melakukan berbagai kegiatan, seperti privat di bimbel, les piano, belajar mengaji di pondok pesantren dekat rumah samapai kursus menjahit dan memasak. Tidak lupa ia juga mengikuti pelatihan karate, alasanya untuk menjaga dirinya sendiri.

Semua ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya. Agar ia tidak merasa kesepian karena ditinggal sendirian oleh orang tuanya.

"Aduh bi gimana aku gak latihan lagi minggu depan kan ada pertandingan karate tingkat provinsi dan aku mesti harus latihan". Panik Alisha.

"Aduh non ini kan lagi sakit kenapa non harus ikut pertandingan sih". Cegah bi Asih.

"Tapi bi itu penting banget buat aku, bibi lupa ya aku kan atlet bi".

"Iya bibi ingat tapi non apa gak sebaiknya non berhenti aja. Bibi udah tahu kok mengenai penyakit non. Dan papa non juga sudah tahu semuanya dan sekarang beliau di Indonesia".

"Apa jadi bibi kasih tahu semaunya". Marah Alisha.

"Iy a non bibi kasih tahu". Ucap bibi Asih menunduk takut.

"Kenapa sih bibi harus kasih tahu aku kan gak mau dianggap remeh sama mereka. Toh apa peduli mereka, mau aku sakit atau bahkan meninggal pun mereka pun gak peduli". Karena kesal Alisha menjawabnya asal.

"Hush non gak boleh gitu bagaimanapun juga mereka tetap orang tua non. Mereka sayang sama non mereka peduli. Jadi non jangan kaya gitu lagi bibi sedih lihatnya". Sedih bila Asih melihat Alisha yang putus asa.

"Tapi bi penyakit aku ini sangat parah gak bisa sembuh, jadi buat apa aku hidup. Kalo cuma ditinggalin gitu aja kaya gak punya keluarga". Teriak Alisha menggebu-menggebu.

"Kamu gak sendirian sayang papa ada di sini nemenin kamu nak".

Suara itu, suara yang terakhir kali didengar Alisha 7 tahun yang lalu. Dia sangat merindukannya, tapi rasa kecewanya lebih besar. Dia belum bisa menerima dengan apa yang keluarganya lakukan. Bertahun-tahun dia mengaharapkan keluarganya kembali tapi apa penantiannya sia-sia.

Saat orang tuanya meninggalkannya sendirian Alisha berusaha untuk bangkit kembali. Dengan cara menyibukkan dirinya sendiri dia berusaha melupakan masalahnya tapi sekarang orang itu kembali dalam kehidupannya. Disaat Alisha sudah merelakan semuanya tapi mereka malah kembali lagi.

"Untuk apa anda ada di sini". Tanya Alisha dingin.

Alvino kaget dengan sikap yang Alisha tunjukkan padanya. Tak ia sangka putrinya yang sangat cerua kini berubah menjadi seorang yang sangat dingin dan tak tersentuh. Tapi ia juga bangga memiliki putri seperti Alisha. Meskipun orang tuanya tidak mendampinginya di selalu berusaha untuk menjadi seseorang yang berprestasi.

Alisha sebesar itukah rasa kecewamu pada papa. Maafkan papa nan karena telah mengabaikanmu selama ini. Ini semua salah papa, papa lalai menjaga kamu hingga kamu hati sakit seperti ini. Batin Alvino.

"Maafkan papa nak papa tahu papa salah tapi papa mohon beri papa kesempatan untuk menebus semuanya". Papa membujuk Alisha.

"Kesempatan, kemana saja anda selama ini 7 tahun lamanya saya menunggu. Tapi apa hanya rasa sakit yang saya dapatkan bukannya kasih sayang. Asal anda tahu saya tidak butuh harta anda yang saya butuhkan hanya kasih sayang. Apa itu memberatkan anda tuan Alvino Wibowo". Karena kecewa Alisha memanggil papanya dengan sebutan tuan.

           Gadis BerkerudungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang