Bulu mata lentik itu nampak bergerak-gerak. Kelopak matanya perlahan terbuka. Gadis itu meringis menegakan punggungnya.
Deg
Kedua netra hazel yang meredup itu terbeliak kaget akan penampakan wajah tampan yang membuatnya bergidik. Memori yang belum terbuang selama 24 jam itu menyadarkannya.
Dengan tangan mencengkeram selimut tebal, tungkai jenjangnya menuruni ranjang.
Akh!
Rasa yang teramat nyeri dirasakan pada bagian alat vitalnya. Bahkan telapak kakinya belum menyentuh ubin lantai.
"Jangan menyentuhku!" cegah Nara saat pria di sampingnya ingin menyentuhnya.
Pria tampan itu mengabaikan permintaan Nara. Tangan kuat yang dihujani pukulan itu pun tetap kokoh membawa tubuh telanjang Nara untuk berbaring.
"Istirahatlah. Aku tahu apa yang kau rasakan," ucapnya dingin.
"Aku ada dimana? Kemana kau membawaku lagi, bajingan?!"
"Diamlah. Atau kau memang ingin mengulang aktivitas semalam?" desisnya kejam.
Nyali Nara menciut, ia segera menjauh memeluk tubuhnya bersandar pada kepala ranjang. Ia kembali terisak saat menyadari tubuhnya masih polos tanpa helai pakaian. Tangisnya pecah tanpa bisa di cegah. Bahu mulus itu bergetar mengeluarkan isakan.
"Tak ada gunanya kau menangis." pria itu mengambil sesuatu di dekat air mineral. "Minumlah!"
Pandangan Nara memerah menatap tangan pria yang menyodorkan sebuah strip obat.
"Kau boleh mengabaikannya jika memang ingin benih kami bercampur di rahimmu. Tapi aku tidak akan peduli!" bisiknya intimidasi.
"Ka-kalian ..." Nara menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Tak berani melanjutkan perihal buruk tentang dugaannya.
Zac memang sengaja tidak menggunakan pelindung mengingat milik Nara masih suci. Rasanya terlalu bodoh jika miliknya terbungkus karet sialan dalam lubang sempit gadis polos itu.
Dan bisa saja kedua sahabatnya mengikutinya, mengingat cukup lama mereka di dalam ruangan. Rahang tegas Zac mengetat merasa tak rela jika kejadian itu terulang lagi.
Sebelah alis tebal pria itu terangkat meremehkan, "Ternyata kau cukup tangguh melayani kami bertiga."
Prang!
Vas bunga di nakas Nara lemparkan ke arah pria angkuh di depannya. Tapi pria itu telah membaca tindakannya hingga mampu menghindar.
Tubuh Nara kembali terjerembab ke kasur karena pria itu menyerang tubuh kecil hingga berada di bawah tubuh kokohnya.
Selimut tebal yang merosot ke perut mempertontonkan kedua payudara yang penuh dengan bercak merah. Pria itu menatap penuh minat hasil karyanya semalam.
Deg
kepala Nara menyamping saat pandangan keduanya bertautan. Bibir angkuhnya menyeringai iblis kemudian mendekati ceruk leher manis yang semalam menjadi sandarannya saat meraih klimaks.
Hidung mancung pria itu mengendus-endus aroma manis yang tak kunjung hilang dari tubuhnya.
"Zachary Giordan, lepaskan aku," cicit Nara.
Zac menggeram mendengar saat namanya disebut erotis.
Sepertinya Zac memang sudah gila. Kenapa malah membawa gadis ini ke kediamannya. Bukankah kesepakatannya mereka akan meninggalkan tubuh tak berdaya itu di hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Love)session ✔
Romance[ Cerita anpaedah duasatu plus-plus ] Hidup damai Annara Shanessa tak bertahan lama. Pertemuan tak sengaja dengan pria bajingan itu menyusup perih dalam rentetan daftar riwayat hidupnya. Bayarannya terlalu mahal, jika tubuhnya yang suci harus menjad...