Nara terbangun memperhatikan sekitar ruangan. Keningnya mengernyit mamandangi dinding yang hanya terpoles warna putih polos membuat kerutan di dahinya semakin dalam.
"Nona berbaring saja." seorang wanita berusia kisaran 40 tahun menyodorkan air minum.
"Minumlah, setelahnya aku akan menyuapi makan, Nona."
Setelah menghabiskan air minum yang menyegarkan tenggorokannya, Nara bersuara.
"Kau siapa? Aku dimana?" tanyanya bingung.
Sshh...
Pergelangan tangan yang terbungkus perban masih terasa nyeri. Di tambah jarum infus yang masih tertancap membuat gerakan Nara tak bebas.
"Biar kubantu melepasnya. Kondisi Nona sudah cukup baik." maid yang sepertinya berpengalaman dalam medis itu begitu telaten melepas jarum infus. Setelahnya wanita itu menyodorkan sendok yang berisi makanan.
"Makanlah!"
Nara menggeleng, "Aku mau pulang, Shane pasti sudah menunguku."
Baru saja kakinya menyentuh lantai, sebuah suara deheman menghentikan niatnya untuk berdiri.
"Silakan. Jika kau memang siap hal buruk menjemput bocah berusia 12 tahun itu."
Deg
Air muka Nara kembali memucat. Situasi tegang dalam ruangan teralihkan saat senior maid yang masih berada di dalam undur diri.
"Iblis terkutuk!"
Zac merengkuh tubuh lemah yang siap menerjangnya.
"Pengecut! Akh, hemphh ..." pekik Nara saat bibirnya menerima serangan brutal yang sangat bergairah.
"Lepaskan aku, keparat!"
Sudut bibir Zac terangkat remeh, "Turuti perintahku, maka bocah tampan itu akan aman."
"Kau benar-benar tidak punya hati melibatkan anak di bawah umur untuk pelampiasan kekejamanmu," maki Nara melepas pelukan Zac.
"Keputusan ada di tanganmu." Zac menyilang angkuh kedua tangannya.
"Cukup melayaniku dengan tubuhmu, semua akan terkendali dengan aman."
Lutut Nara meluruh ke lantai. Punggungnya bergetar mengeluarkan isakan.
Zac berdecak kesal mengangkat paksa tubuh kecil Nara ke pembaringan.
Suara lambung terdengar jelas, Zac segera mengambil piring yang terisi makanan sehat lantas menyuapinya.
"Perutmu kosong, habiskan makanan ini!" titahnya menyodorkan makanan di depan mulut Nara yang masih bungkam.
"Oh, sepertinya kau menganggap yang tadi hanya ancaman. Baiklah." Zac mengeluarkan ponsel dari saku celana kemudian mendial nomor hingga suara di seberang seluler terdengar.
"Tugasmu kali ini sangat ringan," ucap Zac melirik Nara yang memalingkan wajahnya. "Bocah yang masih duduk di Junior Hi-----"
"Hentikan! Kau sangat kejam, Zachary Giordan," desis Nara penuh kebencian.
Kedua alis Zac terangkat mengejek, "Untuk itu kau jangan membuat masalah dengan Iblis kejam ini, paham?!"
Nara meneguk ludahnya cukup sulit. Manik abu yang berkilat itu sangat menyeramkan. Simpanan amarahnya sangatlah besar. Mati-matian Zac meredam agar tidak meledak dan melampiaskan pada gadis yang masih belum pulih pasca pemerkosaan dan percobaan bunuh diri.
Jika bukan Danny yang berpesan perihal kondisi gadis ini, mungkin Zac sudah kembali menindih dan melesakkan kejantanannya pada lubang sempit Nara.
Damn! Membayangkan saja sudah membuatnya mengeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Love)session ✔
Romance[ Cerita anpaedah duasatu plus-plus ] Hidup damai Annara Shanessa tak bertahan lama. Pertemuan tak sengaja dengan pria bajingan itu menyusup perih dalam rentetan daftar riwayat hidupnya. Bayarannya terlalu mahal, jika tubuhnya yang suci harus menjad...