Chap 11

55.1K 2.1K 32
                                    

Seorang wanita paruh baya berseragam resmi tampak mengambil kunci dari saku rok sepan yang dikenakannya. Wanita yang dipercaya bertanggung jawab penuh atas masalah rumah tangga kini memasuki ruangan sang tawanan.

"Saatnya makan siang, Nona," sapa Merry kemudian menaruh nampan makanan di nakas.

Nara segera menutup buku bacaannya untuk mendekati wanita itu.

"Apa aku boleh keluar? Ehm, maksudku hanya untuk sekedar berjalan-jalan disekitar rumah ini." diam sejenak, "Sebentar saja. Bolehkah?" tanya Nara hati-hati.

Kepala Merry langsung memberi isyarat gelengan yang langsung direspon wajah kecewa Nara.

"Saya hanya diperintah Tuan menjaga, bukan melepaskan Nona!" jawabnya tegas.

Nara menghela napas rendah, "Aku hanya mengatakan ingin keluar dari kamar ini sebentar, bukan melarikan diri."

"Saya mengerti pasti sangat membosankan hanya berada di dalam. Tapi itu semata-mata karena Nona sangat spesial bagi Tuan Zac," ujar Merry.

"Spesial?" Nara mendengus, "Kurasa dia sudah gila. Bisa-bisa aku mati karena merasa bosan tanpa melihat dunia luar!"

"Tuan tidak akan membiarkannya!"

"Kau yakin sekali," cibir Nara.

"Beliau tidak akan sepanik itu saat Nona melakukan percobaan bunuh diri," sahut Merry tak terima.

"Itu karena dia menginginkan tubuhku. Menjadikanku pemuas nafsunya sampai tubuhku rusak kemudian membuangku," lirih Nara menahan kesedihannya.

"Itu tidak akan terjadi!"

Nara menatap tajam manik redup wanita paruh baya itu. Merry berusaha menghindar.

"Jangan lupa dihabiskan. Saya undur diri," pamitnya lantas meraih handle pintu.

"Tunggu!"

"Jika ingin membahas hal tadi lagi, saya tidak akan menjawabnya."

Nara menatap nanar, "Sudah berapa banyak wanita yang diperlakukan sepertiku?"

Merry bergeming sesaat, lantas kedua sudut bibir tipisnya terbuka.

"Tidak ada. Hanya Anda, Nona Annara Shanessa," jawabnya dengan ekspresi dingin lalu membuka pintu dan kembali menguncinya setelah tertutup.

"Aarghh....!!!" kekesalan tak bisa lagi dibendung. Bahkan kepala maid tadi begitu dingin memperlakukannya membuat Nara tak bisa mengontrol umpatan kasarnya.

🌺🌺🌺

Rasa bosan selalu melanda dirinya yang terus menerus berada dalam ruang tak berjendela. Nara seperti burung dalam sangkar emas. Meski segala kebutuhannya terpenuhi jiwanya tetap terasa hampa karena tidak bahagia.

Jauh dari orang-orang terkasih sering membuat Nara terisak dikala kerinduan menyapanya.

Waktu hampir petang. Hanya benda bulat dengan ketiga jarum yang bergerak menempel di atas dinding menjadi penghitung waktunya melewati hari. Tanpa melakukan kegiatan berat tubuhnya tetap terasa letih karena hanya duduk dan tiduran saja.

Kaki jenjangnya melangkah memasuki ruang lembab namun sangat bersih. Nara menyalakan air hangat pada bath tube bersamaan dengan cairan harum yang menenangkan.

Mulai melepas semua penutup tubuhnya kemudian menenggelamkan bagian sensitifnya dengan hanya menyisakan kepala yang bersandar.

Aroma relaksasi dan kehangatan membuat netra hazelnya meredup. Nara memutuskan untuk terpejam sejenak.

(Love)session ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang