don't worry, i'm here.

789 79 0
                                    

untuk yang kesekian kalinya, juyeon harus melangkahkan kakinya dengan cepat menyusuri koridor koridor apartemen. saat tiba di depan pintu bernomor seratus sembilan, dengan cepat tangannya menekan kombinasi pin dan membuka pintu.

"hyunjae!"

juyeon berseru saat melihat hyunjae menangis, mengenggam sesuatu di tangannya. dengan cepat, tangan juyeon meraih benda itu dan melemparnya ke sudut ruangan. tanpa berkata-kata, tubuh yang bergetar karena tangis itu dibawanya ke dalam pelukan erat juyeon.

hyunjae meremat baju bagian belakang juyeon dan menyembunyikan wajahnya di leher lelaki yang lebih tinggi darinya itu. "juyeon, aku..."

"engga usah minta maaf, gabakalan aku maafin. aku marah." bisik juyeon dengan nafas yang tidak beraturan. lelaki manis di dekapannya itu menggeleng cepat dan merengek dengan tangisannya yang semakin kencang. "juyeon jahat!"

yang diserukan jahat hanya mengangguk pelan. "iya aku jahat. tapi, hyunjae lebih jahat. jahat karena udah engga butuh aku lagi." ucap juyeon, sontak membuat hyunjae melepaskan pelukannya. tangannya terangkat untuk memukul pelan bahu juyeon, wajahnya memerah dan basah karena air mata.

"bener, kan?" tanya juyeon seraya memincingkan matanya. "aku udah bilang berkali-kali sama kamu. kalau kamu punya masalah, kalau kamu ngerasa stress, cerita sama aku. luapin semuanya ke aku. jangan kayak gini!"

hyunjae sedikit tersentak saat juyeon membentaknya, lalu mendorongnya ke sofa. juyeon berjongkok di depan hyunjae, menangkup pipi lelaki itu, menatap sepasang mata dengan binar kesukaannya yang kini basah oleh air mata. detik itu, hyunjae merasa benar-benar jahat karena sepasang mata juyeon yang menatapnya itu berkaca-kaca.

"juyeon....."

"hyunjae, udah ya. berhenti. tolong sayangi diri kamu sendiri kalau kamu ngerasa orang-orang udah ga sayang sama kamu." juyeon menghela nafas panjang, tidak memutus kontak matanya. "seenggaknya, ada diri kamu sendiri yang sayang. dan kamu juga harus buka mata, yang sayang sama kamu banyak. aku sayang banget sama kamu, hyunjae. tapi, aku benci kalau kamu kayak gini."

tangan juyeon menggenggam erat tangan hyunjae. dilihatnya lengan lelaki itu yang dipenuhi oleh beberapa bekas sayatan. juyeon meringis, lalu mengecupi bekas sayatan itu, tidak mempedulikan bibirnya yang merasakan rasa anyir dari darah.

tanpa berkata apapun lagi, juyeon bangkit untuk mengambil perban dan alkohol untuk mengobati luka bekas sayatan itu. hyunjae hanya diam, mengamati juyeon yang sibuk menangani lukanya.

selesai mengobati luka di lengan hyunjae, juyeon berdiri lagi untuk mengambil benda yang tadi dilemparnya ke sudut ruangan.

silet.

juyeon menghela nafasnya dan menaruh silet itu di dalam sakunya, lalu dia kembali berjongkok di hadapan hyunjae untuk menggenggam erat kedua tangan lelakinya.

"hari ini ada apa lagi?"

"ayah ibu berantem, kayak biasanya. ayah selingkuh, ibu nampar ayah, terus ayah juga ngebales. mereka mau pisah. aku niatnya mau ngelerai, tapi ibu ngatain aku jalang dan ayah ngatain aku anak gatau diuntung." tangis hyunjae pecah, lagi.

juyeon menangkup wajah kesayangannya, menghapus air mata yang mengalir menyusuri pipi itu dengan lembut. setelahnya, dua kecupan mendarat di kedua pipi hyunjae. "dengar ya, kamu sangat-sangat berharga. gaada yang berhak ngomong kayak gitu walaupun itu orangtua kamu. you're a precious person. tolong, kalau kamu ngerasa stress, cerita sama aku. luapin emosimu ke aku. peluk aku, pukul aku. teriak dan nangis sekencang-kencangnya. apapun itu yang bisa bikin kamu tenang. tapi, tolong jangan lukain diri kamu sendiri. aku benci."

suara juyeon tercekat, hyunjae mengenggam erat tangan lelaki tampan itu. dirinya kehabisan kata-kata bahkan saat juyeon melanjutkan perkataannya.

"cukup sekali aku kehilangan orang yang aku sayangin. cukup sekali aku kehilangan adekku. aku gamau kehilangan kamu karena alasan yang sama. cukup adekku yang paling bodoh di dunia karena dia meninggal akibat self harm dan cutting. aku gamau kamu gitu juga, aku gamau kehilangan kamu. aku takut."

juyeon memeluk erat tubuh hyunjae setelah menyelesaikan ucapannya. ah, ya Tuhan, hyunjae merasa sangat jahat dan egois sekarang.

"juyeon, maafin aku." cicit hyunjae seraya mengelus punggung juyeon yang sedikit bergetar karena menahan tangis.

juyeon mengangguk, "it's okay. don't worry, i'm here. always, whenever you need me. please, i beg you. don't do something stupid again. i really really love you so much, my angel."

hyunjae menyembunyikan wajahnya di dada juyeon. "thankyou for being here. i really really love you so much too, my prince."


















































°°°
chapter ini kenapa deep sekali yorobun. aku nangis waktu ngetiknya, bye. jadi monmaap kalau ada typo, mataku berair.

aloha ㅡnct p101 skz tbz✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang