Part Pembuka

13.9K 1.2K 208
                                    

PERNIKAHAN WASIAT 2

Satu.

'Az Kakek mohon ... jagalah dia. Dengan itu janji Kakek sudah terpenuhi.'

'Namanya Emilia. Anaknya baik, dan Kakek ingin kamu menikahinya.'

Mimpi itu lagi?

Mata yang sebelumnya terpejam itu terbuka perlahan. Menatap nyalang langit-langit berwarna putih yang terpampang di atasnya. Tangannya bergerak, mengusap kedua matanya bergantian. Basah. Dirinya menangis lagi. Kepalanya menoleh ke arah samping, untuk memastikan sesuatu.

"Masih belum bangun, hm?" Azhar mendekatkan mulut pada sudut bibir wanita itu. "Selamat pagi," ujarnya diikuti dengan kecupan singkat di sana.

Tidak ada reaksi apa-apa. Masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Wanita itu hampir mirip seperti mayat, dingin dan pucat. Tetapi Azhar tidak akan mengeluh. Ada beberapa kejadian yang mengajarkan Azhar untu selalu bersyukur dengan situasi yang selalu dihadapi.

Seperti saat ini. Meski Emilia belum sekalipun membuka mata sejak melahirkan anak-anak mereka, masih ada sisi baik yang bisa Azhar syukuri. Ia bersyukur, Emilia-nya masih bisa bertahan sampai sekarang. Nadi wanita itu masih berdenyut, dan fungsi jantungnya masih berjalan. Dokter hanya menyatakannya koma, bukan meninggal.

Azhar tidak akan sanggup jika harus kehilangan perempuan itu untuk kedua kalinya. Dulu kehilangan Emilia mungkin hanya kehancuran yang dirasakannya, tetapi jika sekarang mungkin kehancuran akan dilengkapi dengan kegilaan. Tidak hanya dirinya, tetapi dua malaikat kecilnya juga masih membutuhkan kehadiran wanita itu.

Kehilangan Emila yang pertama, ketika Aulia menculiknya sampai Emi dinyatakan meninggal. Itu kehancuran terberat yang menimpanya pada saat itu. Tapi Tuhan masih mau berbaik hati pada Azhar, Ia masih menjaga Emilianya.

Tidak akan adil jika Emilia diambil oleh-Nya begitu saja sedangkan Tuhan tau, Emilia pernah berjuang mati-matian untuk mempertahankan pernikahan mereka. Kini giliran Azhar yang harus berjuang, menyelamatkan Emilia. Menjaga supaya detak jantung wanita itu tetap berada dalam titik stabil. Hukum alam memang harus selalu adil bukan?

Ada konsekuensi dari setiap tindakan. Ada karma dari setiap kejahatan. Ada pahala dari setiap kebaikan dan ada manis dari setiap kesabaran (?) kesabaran yang dijalaninya kini akan berbuah manis juga pastinya. Pun dengan perjuangannya sekarang. Bisa diartikan sebagai balasan untuk kebaikan yang pernah Emi lakukan dulu.

Azhar turun dari ranjang. Membenarkan letak selimut bekas tidur mereka sampai tertata rapi menyelimuti badan Emi seorang. "Kakak pulang dulu sayang. Akan Kakak sampaikan salammu pada anak-anak kita."

Kembali Azhar mencium Emi, kali ini pada keningnya. Cukup lama, sampai air mata itu kembali memenuhi penglihatannya. Tidak ada kata-kata yang bisa Azhar ucapkan sebagai bentuk dari kerinduannya pada wanita ini. Ia menyesal. Ia marah. Ia membenci dirinya yang egois dulu. Azhar akan terima jika nantinya wanita ini membencinya. Satu hal yang tidak akan pernah Azhar izinkan. Wanita ini meninggalkannya.

Kecupan itu mewakili semua perasaannya. Semua tersalur dari sana berharap Emi bisa merasakannya juga.

"Darren akan menjagamu untuk hari ini."

"Ya. Dan gue udah di sini dari subuh."

Azhar berbalik, menoleh ke asal suara. Ada Darren disana. Duduk selonjoran pada sofa putih dekat jendela. Tatapannya fokus pada layar smartphonenya, sedangkan tangan yang bebasnya ia gunakan memasukan keripik singkong ke dalam mulutnya.

"Ck." Azhar berdecak. Pantesan aja kelakuannya nyeleneh. Kebanyakan ngonsumsi yang renyah-renyah sih jadi isi otaknya juga ikutan renyah.

"Apa sih. Cak ck cak ck. Kalau mau pulang-pulang aja sono. Gue gak perlu di sambut, suer Az."

"Bangke." Satu kata yang sangat sempurna untu menyambut kehadiran Kakak ipar kecilnya itu.

"Sesama bangke gak boleh saling ngatain. Mending ngaca sama-sama yok." Darren memamerkan senyum sinisnya.

"Gak harus. Gantengan gue. Dunia tau itu."

"Seketika langit cerah menjadi mendung. Awan putih berubah gelap. Suara petir bersahutan dari arah yang satu dengan arah yang lainnya. Hujan pun turun dengan derasnya. Dunia menangis, menangisi kegantengan Azhar yang tidak ada faedahnya."

"Serah Ren serah." Azhar sudah tidak tertarik untuk menimpali kegilaan Darren. Ia sudah melangkahkan kakinya ke dalam toilet. untuk sekedar membasuh muka dan gosok gigi.

"Az. Ponakan-ponakan gue apa kabar?"

"Baik." Azhar muncul dari pintu toilet dengan wajah yang lebih fresh.

"Bagus deh. Ada perkembangan apa aja? Lo udah ajarin apa aja. Naik motor? Bawa mobil? Gigit-gigit-"

"Gue pulang dulu Ren. Kalau ada apa-apa sama Emi langsung kabari gue aja." Azhar telah selesai berganti pakaian. Yang asalnya mengenakan kaus oblong berganti dengan kemeja bekas pakainya kemarin sore. Terlihat laki-laki baru saja memasangkan kancing kemejanya yang terakhir.

"Sialan. Gue dikacangin." Darren mendengus.

"Receh sih."

"Padahal gue boke kan. Receh aja kagak punya."

"Udah jomblo, boke pula. Tidak ada kemirisan yang lebih memprihatinkan dari itu. Tidak ada. Banyak-banyakin sabar Bang...." Azhar menepuk pundak Darren sebelum mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas meja.

"Sampe rumah nanti kirimin foto si kembar ya. Buat jadiin foto profile di pesbuk."

Azhar menghentikan sejenak langkahnya yang sudah sampai di dekat pintu. Ia menoleh untuk menimpali ucapan Darren. "Ya. Kalau sempet."

***

See you next part...

Jangan pelit komen.. Tolong... 😂😂😂 bintangnya di klik jugaa jangan lupa...

Pernikahan Wasiat 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang