"Kamu mau belajar atau sibuk Instagram-an, sih?"
Vania spontan sedikit menutup layar MacBook. Di sela-sela browsing bahan untuk makalahnya, dia sesekali online Instagram lewat emulator iOS yang terpasang pada benda persegi berukuran tipis warna abu-abu itu.
Raka sudah duduk di sebelahnya dengan sedikit memberi jarak. Vania melirik kikuk. Di tangan Raka tengah memegang buku berjudul "Muslim Produktif Zaman Digital" karya Zein Mukhlis. Raka menyandarkan tubuh tegapnya pada badan sofa. Laki-laki itu mengikuti Vania duduk bersila di bawah sofa.
Vania sedikit heran. Biasanya sehabis shalat Isya di masjid, laki-laki itu akan masuk ke kamar dan memilih belajar di sana. Terang saja, Raka yang berada di dekatnya ini justru malah mengganggu konsentrasi belajarnya.
"Kalau main Instagram terus, malah nggak belajar-belajar, kan?" Pandangan Raka tetap menekuri bukunya.
Vania manyun. "Siapa bilang aku main Instagram terus?" Dia kembali menegakkan layar, lalu meng-klik browser untuk memulai googling lagi. "Kalau cuman rehat sebentar, online di IG, kan, nggak apa-apa," kilahnya lagi.
"Yang ada bukan cuma sebentar, tapi malah keasyikan main IG, terus lupa sama makalahnya," timpal Raka tetap tidak mengalihkan pandangannya.
Vania mencebik. "Yang penting makalahnya jadi."Vania memilih tak mengacuhkan laki-laki itu. Lebih baik dia segera menyelesaikan tugas makalah yang baru ditulis tiga halaman. Tadinya, dia hanya ingin mencari suasana lain dengan belajar di ruang tengah. Mumpung Raka ada di kamarnya, jadi dia merasa leluasa berada di ruang ini. Tanpa dinyana ternyata laki-laki itu juga memilih duduk di tempat yang sama dengannya.
"Gimana akhirnya? Sudah dapat guru iqra-nya?" tanya Raka mengalihkan pembicaraan.
Kemarin, ketika ditanya soal itu, Vania masih menggeleng. Dia mengatakan akan meminta bantuan kakak asisten AAI untuk menjadi guru iqra-nya esok harinya.
Kali ini, dia mengangguk pelan. "Udah. Tadi ditemenin sama Sevi. Tapi, dia sempet bikin aku malu," sungutnya sedikit kesal.
Alis Raka terangkat sebelah. "Malu? Memangnya dia kenapa?"
Vania mendengus pelan. Dia mulai bercerita apa yang terjadi pagi tadi pada Raka. Sepanjang bercerita, laki-laki itu hanya diam mendengarkan.
Senyum Raka perlahan merekah ketika Vania mengakhiri ceritanya. Dalam hati kecilnya, dia salut dengan istrinya. Baru belajar iqra saat sudah duduk di bangku kuliah itu bukan hal yang mudah. Tidak sembarang orang mau melakukannya. Namun, Vania tanpa malu mau belajar, bahkan mencari guru iqra sendiri.
"Pas mau keluar, kita ketemu sama akhwat baik hati. Sevi yang minta bantuan sama akhwat itu. Alhamdulillah kakak akhwat itu langsung mau. Malah, dia mau ngajarin aku belajar iqra dari Senin sampai Jumat habis shalat Zuhur," cerita Vania mengalir begitu saja. Sikap Raka yang perlahan menghangat membuat Vania lebih terbuka saat berbicara dengannya.
"Alhamdulillah kalau sudah ketemu gurunya. Nanti belajarnya yang serius. Saya juga tetep akan cek lagi tiap hari Sabtu biar saya tahu progres kamu sampai mana."
Vania sedikit manyun. Dia pikir setelah mendapat guru iqra, Raka tidak akan lagi mengecek sejauh mana perkembangan belajar iqra-nya. Padahal Vania berencana akan menunjukkan pada laki-laki itu saat dia sudah lancar bertilawah.
"Oh, ya, Ka. Guru iqra-ku ternyata satu jurusan sama kamu lho. Satu angkatan juga," beritahu Vania kemudian.
Raka hanya memandang dengan ekspresi biasa. Baginya, tidak masalah siapa yang menjadi guru, yang penting Vania bisa membaca Al-Qur'an dengan baik.
Dia kembali menekuri bukunya.
"Namanya Ukh Mahira ...."
Telunjuk Raka yang akan membuka halaman berikutnya tiba-tiba terhenti begitu nama itu disebut oleh Vania.
"Mungkin kamu cuman tahu aja kali, ya? Kalian, kan, sama-sama aktivis dakwah kampus," ujar Vania tersenyum geli seraya menatap layar MacBook.
Raka masih membeku. Tanpa disadari Vania, air muka Raka sudah berubah karena nama itu.
***
Part ini pendek banget, ya. Ketemu lagi besok. InsyaAllah. 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow Autumn (Sudah Terbit)
RomanceTersedia di Gramedia terdekat. Atau bisa dibeli di shopee : Ibiz Store, Tokopedia : IbizStore atau hubungi admin 08886813286. "Bolehkah ... saya menikahi putri, Om?" Bagaimana Vania tidak terkejut jika laki-laki yang diminta menjaganya selama kuli...