Part 10

11 3 0
                                    

Sahabat itu seperti rindu dia, tidak bisa dikatakan hanya dengan berderat quotes tapi bisa dirasakan dengan seiring berjalannya waktu, semakin lama mengenal maka semakin dalam juga rasanya.


<~>


Yaudah iya.

Gitu dong dari tadi.

Hm.

Entar gue sama Aurel jemput lo jadi sekarang lo cepat siap-siap.


Vianika Pov.

Vianika tak menjawab ucapan Sherina ia langsung memutuskan telpon itu. Tanpa membuang waktu lagi Vianika langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Sepuluh menit berlalu akhirnya Vianika keluar dari kamar mandinya. Bagi Vianika mandi itu nggak perlu lama-lama kalau bisa dua menit ia sudah selasai mandi, ngapain juga lama-lama didalam kamar mandi emangnya lo mau konser didalam kamar mandi?

Vianika memakai baju suiternya yang berwarna biru laut dan celana jins panjang yang berwarna hitam dan dengan rambut piring panjang yang sedikit bergelombang membuat Vianika kelihatan lebih cantik. Simple tapi tetap kelihatan cantik.

Vianika langsung mengambil tas lempangnya yang kecil, cukup untuk menaruh handphone dan dompetnya. Vianika keluar dari kamarnya menuruni anak tangga rumahnya.

Vianika sedari tadi bolak-balik keluar masuk rumah membuat dia pusing sendiri. Ia duduk sebentar disofa lalu bangkit lagi untuk mencari sesuatu yang dari tadi tak kunjung ketemu.

Vianika berdiri ditengah rumahnya sambil memijat-mijat pelipisnya, untuk menghilangkan rasa pusing yang melanda kepalanya.

"Cari apa?" Tanya seorang wanita berparuh baya yang tiba-tiba datang membuat Vianika sedikit terkejut.

"Bun, bun Nika kira tadi bunda hantu," ucap Vianika yang mengelus-elus dadanya.

"Cari apa? Cari sepatu?" tebak Maya bunda Vianika.

Vianika membuka lebar matanya menatap kearah bundanya yang sedang menatap kearahnya juga tanpa ekspresi.

"Kok bunda tau, bunda peramal? Atau bunda keturunan anak peramal? Atau bunda_"

"Sepatu kamu bunda pindahkan tempatnya dari ruang keluarga ke dapur," potong Maya.

"Ngapain bunda taruh sapatu Nika didapur sih, bunda mau bakar sepatu Nika ya," selidik Nika yang menyipitkan kedua matanya.

Maya hanya tersenyum seperti orang tak berdosa. "Ia rencananya sih mau bunda bakar," canda Maya yang mendapatkan omelan dari Vianika.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang