Munafik, itulah sifat terpendam gue, gue munafik pada perasaan gue sendiri, didepan berpura-pura tidak peduli tapi dibelakang selalu ingin tau hal apa saja yang sedang lo lakuin.
<~>
Seperti biasa disaat pagi hari Vianika selalu, melakukan kegiatannya yaitu, bersekolah. Sejujurnya Vianika sangat tidak ingin sekolah tapi karena ini sudah menjadi rutunitasnya mau tidak mau ya harus mau.
"Kapan ya liburan semester, gue rindu sama liburan semester, malas gue sekolah terus," ucap Vianika yang sudah bangun dari alam mimpinya.
"Kalau malas sekolah, nikah aja," ucap seorang wanita berparuh baya.
Vianika membulatkan matanya lebar menatap kearah Bundanya.
"Iya iya," sahut Vianika. Vianika melenggamg pergi hendak ke kamar mandi tapi langkahnya terhenti.
"Bun."
Maya sontak menoleh saat ia merasa dirinya dipanggil.
"Apa?" Tanya Maya.
"Kevin udah dateng Bun. "
Maya menghentikan sejenak aktifitasnya yang sedang menyapu kamar Vianika.
"Hah, serius yang benar aja kamu," ucap Maya setengah tidak percaya.
"Astaga serius bun kemaren Nika ketemu sama Kevin disekolah," ucap Vianika yang langsung duduk dipingir ranjang dan ikuti oleh Maya.
Maya menempelkan telapak tangannya dijidat anaknya membuat Vianika menaikan sebelah alisnya.
"Nggak panas, oh atau jangan - jangan kamu gila Nika," tebak Maya yang, mendapat pelotatan dari Vianika.
"Seenak jidat bunda aja kalau ngomong," kesel Vianika.
"Astaga mimpi apa bunda semalam anak bunda bisa-bisa stress kaya gini," Maya menggeleng-geleng kepalanya sambil menatap kearah Vianika.
"Apaan sih bunda, Nika serius kemaren Nika ketemu sama Kevin dan Nika juga meluk Kevin terus Kevin juga nyium pelipis Nika" jelas Vianika.
Maya diam sejenak, ia sedang mencerna ucapan anaknya.
"Mungkin karena kamu terlalu rindu sama Kevin makannya kamu sampai halu gitu. Bunda takut deh Nik kalau kamu halu terus tentang Kevin bisa-bisa kamu gila entar, bunda nggak mau itu terjadi."
"Bunda apaan sih bunda tuh yang halu, bunda tuh yang gila," decak Vianika.
Maya hanya cengengesan tidak jelas.
"Bun apa jangan-jangan... "ucap Vianika menggantungkan ucapannya.
"Jangan-jangan apa?" Tanya Maya yang duduk semakin dekat dengan Vianika.
"Kepo," sahut Vianika.
"Ye," Maya mendorong kepala anaknya itu. (berasa balik ke jaman muda lagi)
Vianika mengusap pelan kepalanya.
"Eh tapi bentar deh Nik," ucap Maya.
"Apa bun?" Tanya Vianika.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen FictionVianika terus berlari saat seorang pria yang bertubuh jangkung terus mengejarnya, ia tidak mempedulikan betapa derasnya air hujan saat ini yang ia pikirkan adalah menghindari pria itu. Vianika akhirnya memutuskan berhenti dan pria yang mengejarnya...