Part 12

28 3 0
                                    

Menertawakan orang lain adalah hal yang paling menyenangkan bukan?

<~>

Ryan mengusap pelan pundak Zio yang langsung ditepis secara kasar oleh Zio.

"Ih jijik anjir. Lo homo ya," tuduh Zio.

"Tuh Nik, semenjak Zio kenal sama lo omongannya jadi pedas kaya cabe," ucap Ryan, menyenggol pelan bahu Vianika membuat Vianika kembali menatap ke arah Ryan.

"Apaan sih, kok lo jadi nyalahin gue kak kan gue nggak salah apa-apa, ngajarin Zio ngomong yang kaya begituan juga nggak pernah," bela Vianika.

"Zi lo belajar dari mana bahasa kaya begituan, dari Nika kan?" Tanya Ryan memastikan.

"Heh."

"Dari cewe yang suka bikin darah orang naik kalau ngomong sama dia," ucap Zio dengan wajah yang tak berdosa.

Tanpa diduga dengan lancangnya tangan Vianika menjitak dengan keras kepala Zio hingga, Zio meringis kesakitan.

"Kenapa dijitak sih kenapa nggak dicium aja," omel Zio yang mendapatkan lirikan dari semua penghuni kantin tidak terkecuali Vianika.

"Ditonjok mau?" tawar Vianika.

"Buset dah Zio sejak kapan lo hebat ngegombal cewe," Ryan menepuk-nepuk pelan pundak Zio.

"Itu bukan ngegombal bodoh," seru Zio yang langsung menoyor kepala Ryan.

"gue pintar kali, satu tambah satu sama dengan dua tuh kan pintar gue," Ryan tersenyum angkuh.

Tanpa diberi aba-aba, dengan serempak Zio dan Vianika menjitak keras kepala Ryan membuat rasa sakitnya menjadi dua kali lipat dari yang tadi.

"Anak tk juga tau," ucap Vianika.

"Orang pikun juga tau kalau satu tambah satu sama dengan dua," timpal Zio.

"Mama tolonglah anak mu ini dia disiksa dan dibully sama sahabat dan adik kelasnya sendiri," ucap Ryan sambil menadahkan kedua tangannya untuk berdoa.

Suasana ditempat mereka yang tadinya sempat hening seketika menjadi ramai saat Vianika dan Zio tertawa kencang membuat para penghuni kantin itu melirik kearah mereka lagi.

"Kocak lo kak," ucap Vianika yang masih saja tertawa.

****

Saat bel istirahat yang kedua berbunyi tanpa membuang waktu lagi Vianika cepat bergegas menuju ke perpustakaan, mencari buku untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh bu Diana (guru bahasa indonesia).

Vianika berjalan menelusuri setiap lemari perpustakaan dari tadi matanya tak lepas dari judul - judul buku, tapi sampai sekarang buku yang ia cari tak kunjung juga dapat.

"kamus Indonesia," lirih Vianika.

Langkah kaki Vianika terpaksa berhenti saat seseorang menyentuh pundaknya. Vianika melirik ke arah belakang.

"Cari ini," ucap seseorang yang menyodorkan sebuah buku tebal yang berjudul  "kamus Indonesia."

Mata Vianika yang tadinya melihat si empu tapi sekarang matanya melihat ke tangan seseorang itu. Wajah yang tadinya masam berubah jadi senyumannya mengembangkan.

"Ini dia,"  ucap Vianika.

"Ambil," suruh pria itu.

"Nggak papa?" Tanya Vianika ragu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang