19 Backstreet

59 5 0
                                    

Januari 2017

Tahun 2017 sudah tiba! Tidak terasa sudah hampir satu tahun aku berada di Seoul. Bulan Januari aku teringat akan peringatan kematian sepupuku, kakak Jimin, yaitu Park Jinki yang memiliki usia yang sama denganku. Aku memang tidak sedekat itu dengannya, karena sejak kecil ia tinggal di Busan, tidak seperti Jimin yang sempat ikut keluargaku tinggal di New York.


Jiminie

Noona! Maukah kau menemaniku untuk mengunjungi makam Jinki hyung?

Me

Ah, baru saja aku ingin menghubungimu. Kebetulan aku sedang libur, mari kita ke sana

Jiminie

Baiklah. Aku nanti akan menjemputmu Noona


Di atas nisan sudah tertulis nama Park Jinki. Sepupuku yang meninggal karena ketidak adilan, walau aku tidak tahu betul kejadian yang sebenarnya. Namun itu telah membuat hatiku sakit. Aku dan Jimin berdoa bersama untuk kebahagiaan Jinki di sana. Setelah berdoa dan menaruh bunga untuk Jinki, aku melihat Jimin yang sedang duduk di bangku luar dekat pohon.

"Jiminie, what's wrong?" tanyaku sambil memegang bahunya.

"Tidak apa. Aku hanya rindu dengan hyungku saja. Aku masih terngiang situasi itu. Betapa marahnya aku, dan....," Jimin menghentikan ucapannya. Kedua tangannya terkepal.

"Jiminie, geumanhae. Kau boleh membenci, namun jangan sampai kebencian itu membuatmu berubah menjadi seorang yang kasar juga."

"Aku dulu tidak punya semangat hidup, Noona. Aku merasa aku tak punya siapa-siapa lagi selain hyung-ku di sini. Tidak sampai akhirnya aku bertemu dengan malaikat penolongku." ungkap Jimin.

"Hm? Siapa?"

"Seorang dokter yang menolongku. Dan sampai sekarang aku diberikan tempat tinggal olehnya. Aku saat ini tinggal di rumahnya."

"Oh ya? Kau belum pernah menceritakan ini padaku." kataku.

"Aku memang tidak mau mengungkit masalah itu lagi, Noona. Tapi kau harus kenal dengan dia. Dia sangat baik. Dia sudah seperti pengganti Jinki Hyung bagiku. Dia adalah orang yang sangat baik hati, pintar memasak, dan suka melucu. Kalau kau bertemu dengannya, kau pasti akan menyukainya." cerita Jimin.

Aku tertawa kecil, "Hahaha... Memang aku semudah itu suka dengan seseorang?"

Lagipula mana ada orang sebaik Lelaki itu di dunia ini, pasti dia ada maksud tertentu. Entahlah, aku memang tak mudah percaya dengan orang baru.

"Eh, lalu bagaimana dengan Taehyung?" tanya Jimin.

"Kenapa tiba-tiba dia? Tolong jangan bicarakan tentang dia. Dan jangan sekali-sekali kau cerita dengan siapa pun tentang aku dan Taehyung." kataku.

"Lagipula aku akan bercerita pada siapa? Semua orang di rumahku tidak ada yang kenal padamu kan, hahaha...,"

"Sudahlah ayo kita pulaaaang~" kataku sambil menjepit leher Jimin dengan lenganku.

"Ayo, Noonaaaa~ Tapi kau harus mampir dulu ke rumah kami, yaaaa... Sebentar saja." kata Jimin.

"Baiklah. Tapi hanya sebentar ya." balasku.


Akhirnya aku dan Jimin sampai juga di sebuah rumah yang lumayan besar. Jimin bilang itu rumah malaikat penolongnya. Ya, memang rumahnya sangat besar, pantas saja Jimin juga diajak untuk tinggal di sini. Aku mengikuti Jimin masuk ke rumahnya, lalu muncullah seorang laki-laki yang sepertinya usianya di bawah Jimin karena anak lelaki itu terlihat sedang bermain game konsol dengan seru.

REMINISCENCE (Suga & Jin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang