08 Them

128 10 0
                                    

Yoon-gi terlihat masih terbalut selimut tebal sampai ke lehernya ketika aku mengintip ke arah tempat tidurnya dari balik sekat lemari putih Kak Jin. Semalam ia sedikit mengigau, suaranya sampai terdengar ke kamarku. Aku juga sempat mendengar sedikit bunyi gaduh dari kamarnya tengah malam tadi. Mungkin ia terbangun untuk minum obat, namun tidak bisa tidur lagi setelah itu karena aku terus-terusan dapat mendengar ia sedikit mengeluh, menyalakan penghangat ruangan dengan temperatur lumayan tinggi, bisa kudengar dari suara mesinnya. Dan juga suara-suara gaduh lain. Kasihan, sepertinya ia benar-benar tidak bisa tidur karena tubuhnya yang sedang demam.

Senin pagi itu masih pukul enam. Kak Jin juga masih tidur di tempat tidurnya. Aku berjalan pelan menuju tempat tidur Yoon-gi, dan takut-takut menyentuh dahinya dengan punggung tanganku. Ya ampun... Tubuhnya panas sekali!! Bibir Yoon-gi juga sedikit bergetar, ia bergerak beberapa kali menendang selimut pelan. Ah... aku benar-benar tidak bisa melihatnya seperti ini. Aku pun langsung mengambil satu ember kecil berisi air hangat, lalu mulai mengompres dahinya perlahan.

Yoon-gi sempat mengernyit sedikit ketika lap hangat menyentuh dahinya. Ia kembali mengigau yang aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Aku masih duduk di pinggir tempat tidurnya, dan tanganku masih berada di atas lap di dahinya. Terlihat buih keringat mengucur di wajah Yoon-gi. Jelas sekali obat penurun panas yang kubeli semalam tidak bekerja sama sekali untuk menurunkan demamnya.

"Yoongi-ya, kau merasakan apa?" tanyaku lembut di telinga kanannya.

Yoon-gi tidak menjawab. Matanya masih terpejam, namun kakinya sesekali masih menendangi selimut.

Pukul setengah tujuhnya aku kembali ke kamar Yoon-gi membawa semangkuk bubur ayam. Kak Jin terbangun dan langsung memanggil namaku. Kubilang saja kalau aku baru saja membuatkan Yoon-gi bubur ayam. Kak Jin sudah 100% terbangun dan langsung bersiap untuk mengantar Yoon-gi ke rumah sakitnya karena aku memintanya.

"Kenapa hampir 40 derajat?" tanyaku ketika Kak Jin baru saja mengambil termometer dari mulut Yoon-gi yang memutih pucat.

"Apa dia bekerja terlalu keras akhir-akhir ini?" Kak Jin balik bertanya.

Aku mengangkat bahu, "Yang kutahu, dia memang sering mengunci diri di studio. Itu yang dikhawatirkan oleh Bang PD-nim dan juga Namjoon, tapi Yoon-gi tidak mau mendengarkan kami...," jelasku.

"Ya sudah, tolong kau suapi Yoon-gi untuk sarapan. Aku akan membuatkan sarapan untuk yang lain, dan aku akan mengantar Yoon-gi ke rumah sakit setelah mereka semua sarapan." kata Kak Jin. Aku mengangguk, lalu Kak Jin berjalan keluar kamar.

Aku kembali menoleh pada Yoon-gi. Aku memegang bahunya dan mengguncangnya pelan, pelan sekali, "Yoongi-ya, ayo sarapan." kataku.

Yoon-gi membuka matanya perlahan dan langsung menoleh ke arahku. Matanya sedikit berair, dan wajahnya pucat pasi dengan beberapa butir peluh di dahinya.

"Selamat pagi. Apa yang kau rasakan saat ini?" tanyaku.

"Sakit." jawabnya singkat.

"Ayo sarapan. Kutebak, pasti semalam kau belum makan, kan?"

Yoon-gi memejamkan matanya lagi.

"Yaaaah... Ayo banguuun...," aku membantu menopang punggungnya agar ia bisa duduk di tempat tidur. Punggungnya panas sekali, Ya Tuhan...

"Suhu tubuhmu tidak normal. Nanti kau harus ke rumah sakit bersama Jin Oppa." kataku sambil mengambil mangkuk bubur buatanku di meja.

"Tidak. Aku harus berangkat bekerja." kata Yoon-gi lirih.

REMINISCENCE (Suga & Jin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang