15 - Hurts

1.6K 285 47
                                    

Jungkook lelah harus bersandiwara. Ia merasa berdosa karena harus membohongi seluruh masyarakat Korea—bahkan dunia. Ini adalah kebohongan terbesar selama hidupnya, bahkan ia sudah pasrah jika harus masuk ke neraka yang paling dasar sebab telah melakukan kebohongan besar.

Setelah konferensi pers tadi, Jungkook sama sekali tidak bersuara. Bahkan para hyung-nya pun tidak berani mengusik. Hanya sesekali, Jimin, Taehyung dan Hoseok mengingatkan soal makan. Karena pemuda itu belum menyentuh makanan sama sekali sejak kedatangannya. Sungguh pemandangan yang langka saat melihat Jungkook tanpa mengunyah makanan di ruang ganti.

Sampai akhirnya waktu fansign dimulai. Jungkook sedikit memanjangkan leher guna mencari keberadaan gadisnya. Karena ia ingat, gadisnya sudah memiliki tiket untuk acara kali ini.

Benar saja, memang mudah sekali menemukannya. Vivi berada di barisan paling belakang dengan wajah yang tidak bisa dikatakan cerah, murung sekali. Dan Jungkook jelas tahu apa penyebabnya. Ia berharap bisa memperbaiki kesalahan yang terbilang cukup besar kali ini.

Tak terasa sudah giliran Vivi, ia melangkah kecil menuju tempat dimana ketujuh malaikat itu duduk. Tentu saja sekarang sebuah senyum sudah berhasil menghiasi wajahnya. Beruntung sekali karena pangeran tak berkudanya yang menyambut pertama kali.

"Selamat sore, cantik. Apa kabarmu?"

Tentu saja Vivi bahagia mendapat sapaan yang sangat manis, "Seperti yang kau lihat. Aku selalu dalam keadaan baik," jawabnya.

"Aku kira kau tidak baik-baik saja." goda Hoseok.

"Oppa, berhenti lah. Kau tahu aku bimbang sekali tadi. Aku tidak ingin datang, tapi ingin sekali bertemu denganmu." bibir Vivi mencebik hingga berhasil menarik senyum pria dihadapannya semakin lebar.

"Kalau begitu, bagaimana jika kau berkencan denganku saja? Lupakan si gigi kelinci itu, hm?" Hoseok menggerakan alisnya naik turun, membuat wajahnya semakin lucu.

"Baiklah! Ayo kita berkencan!" Jawab Vivi dengan antusias.

Tapi kini pemuda dengan senyum secerah matahari itu malah bergidik ngeri, "Ey, bisa-bisa hanya tinggal namaku yang tersisa di dunia ini. Bocah besar itu bisa berubah menjadi psikopat mengerikan nantinya."

Alhasil Vivi terkekeh akibat tingkah menggemaskan Hoseok. Ugh, andai saja ia ditakdirkan bersama pangeran tak berkudanya itu, mungkin kisahnya tidak akan memilukan seperti ini. Tapi, ya, apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur. Toh, kita juga tidak bisa mengontrol kepada siapa kita akan jatuh.

"Silahkan geser," perintah salah satu staf hingga mendapat lirikan tajam dari Vivi. Menganggu saja, padahal ia masih ingin berlama-lama dengan si ceria itu.

"Sampai bertemu lagi, dan jangan terlalu dipikirkan. Adikku tahu bagaimana menyelesaikan masalah dengan baik. Fighting!" Tentu saja semangat yang diberikan Hoseok memberikan pengaruh positif bagi Vivi. Seketika itu juga ia jadi optimis, ia harus berani menghadapi Jungkook.

Gadis itu tersenyum sembari bergeser, "Terima kasih banyak, oppa."

Setelah itu Vivi sampai pada visual utama, Kim Seokjin. Mereka hanya berbincang seadanya, pun sang idola sama sekali tidak menyinggung tentang masalah yang sedang menerpa, meski tahu gadis yang ada di hadapannya sedang menempuh jalan terjal dengan tornado yang terus mengejar.

Kemudian beralih pada si dingin yang manis, Suga. Pemuda itu sama, tidak mau menyinggung apapun tentang hubungan sulit yang sedang dijalani Vivi dan sang maknae. Biarlah, pikirnya. Sudah sama-sama dewasa pasti menemukan jalan keluar yang terbaik. Ia hanya berharap semoga tidak ada yang tersakiti dalam kisah ini.

Love, JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang