22 - Weak

2.2K 302 89
                                    

Lebih baik kalian dengarkan cover Jungkook Only Then dan Ending Scene untuk chapter ini. Maaf untuk update yang sangat lama. Semoga dapat mengobati rindu yang menyiksa.

♡♡♡

A few months later.

Di dunia ini hanya ada dua kemungkinan; hidup dan mati, atau meninggalkan dan ditinggalkan. Atau kemungkinan-kemungkinan lain yang tak kalah menyakitkan. Tapi yang paling menyakitkan saat ini jatuh pada pilihan meninggalkan. Apalagi jika hal itu dilakukan setengah hati, ingin pergi namun tetap tinggal diwaktu yang bersamaan. Ingin melepas, tapi tidak rela jika miliknya dimiliki oleh orang lain. Egois. Sangat.

Jeon Jungkook dan Vinnyl. Keduanya sama-sama mempertahankan ego terbesarnya tanpa memikirkan apa efek dari semua itu. Keduanya sama-sama merasakan sakit yang amat sangat namun tidak ada satupun yang mengalah. Keputusan untuk menghancurkan apa yang sudah susah payah dibangun, benar-benar dilakukan. Benar kata orang, menghancurkan itu memang urusan paling mudah, apalagi jika menghancurkan hati. Tidak terlihat, tapi terasa jelas sakitnya.

Vivi benar-benar fokus pada tugas akhirnya, sedangkan waktu Jungkook benar-benar dikikis oleh jadwal yang terlampau padat. Bahkan pemuda itu harus mencuri waktu tidur disela kegiatan agar waktu istirahatnya terpenuhi. Tapi hal itu tidak membuat Jungkook untuk melupakan gadis yang masih mengisi hatinya sampai saat ini. Berkali-kali ia menyalahkan diri karena melepaskan begitu saja padahal mereka sudah melewati banyak waktu sulit. Ia menyalahkan dirinya yang terlalu egois dan mudah terpancing emosi saat itu. Berkali-kali mencoba menghubungi tapi nihil, gadisnya sudah menutup semua akses untuk berkomunikasi. Vivi memblokir semua akun Jungkook yang berhubungan dengannya. Gadis itu benar-benar mencoba pergi. Tapi tidak untuk pemuda Jeon itu, ia bahkan membuat sebuah akun palsu untuk mengikuti gadisnya di sosial media agar tidak ketahuan. Agar ia tahu aktivitas gadisnya. Jungkook rindu.

Ucapannya untuk mencoba membuat pacar sandiwaranya itu bahagia, jelas tidak dilakukan meskipun hubungan mereka sudah jauh membaik. Jungkook sudah mau bertegur sapa jika tidak sengaja bertemu di agensi. Berita tentang hubungan mereka juga sudah lama mereda. Penggemar yang tadinya pergi pun perlahan mulai kembali. Mereka juga tidak bisa meninggalkan Jungkook yang penuh talenta itu begitu saja.

Kegiatan Bangtan di luar negeri saat ini luar biasa padat. Bahkan ketujuh pria tampan berbakat itu sudah tinggal di Amerika selama satu bulan tanpa ada jeda untuk kembali ke Seoul. Belum lagi kegiatan di benua Eropa yang juga sudah masuk ke dalam daftar setelah mereka meninggalkan negeri Paman Sam itu.

"Hyung, rindu Seoul tidak?" tanya Jungkook pada salah satu hyung-nya sesaat selesai melakukan siaran langsung.

"Rindu sekali, aku ingin pulang kerumah lalu bermain bersama Mickey." siapa lagi kalau bukan Hoseok, rekan curahan hati seorang Jeon Jungkook.

"Aku juga, aku merindukan seseorang. Rindu sekali sampai ingin mati rasanya." ucap yang termuda sembari menunduk dalam.

"Kau masih belum bisa menghubunginya?" tanya Hoseok kembali, ia ingat sekali betapa kacaunya sang adik saat memutuskan untuk mengakhiri segalanya.

"Belum, tapi aku memiliki akun palsu agar bisa mengikutinya di instagram. Dia sudah melakukan sidang akhir untuk kuliahnya, dia sudah lulus, hyung. Aku ikut bahagia, tapi menyakitkan sekali karena aku tidak ada disana. Harusnya aku bisa menemani noona di masa sulit, dan menyambut kelulusannya dengan suka cita." jelas Jungkook dengan suara yang semakin lirih, bahkan netranya sudah mengembun. Siap untuk menumpahkan air mata kapan saja.

"Aku lemah sekali ya, hyung? Aku cengeng sekali soal wanita. Aku juga bodoh." si Jeon itu tertawa sumbang, menertawakan dirinya sendiri yang terlalu bodoh.

Love, JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang