09 - Deep Inside

1.6K 273 29
                                    

Jungkook masih terus berfikir bagaimana cara membuat semuanya menjadi mudah. Tak menampik, ia merindukan Vivi. Ia memikirkan bagaimana cara agar bisa bertemu dengan gadisnya namun terus gagal. Ia mencintai dirinya, jadi tidak ingin terus-terusan menyiksa diri sendiri akan ini.

Perasaan bukanlah hal yang bisa dimainkan. Tapi dalam dunianya, perasaan seperti bola kaki yang bisa dengan mudahnya ditendang kesana kemari.

Persetujuan sudah dilakukan, ia sudah berjanji untuk tidak menemui Vivi setidaknya sampai rumor sialannya dengan trainee itu meredam. Tapi ternyata tidak semudah itu. Rumor sialan itu justru terus terangkat meski pihak agensi sudah menampiknya. Jungkook frustrasi.

Ditambah lagi, ia harus menjalani serangkaian pengambilan gambar untuk salah satu majalah entertainment bersama Kiya. Oh, kesialan macam apa lagi yang diperoleh. Belum juga rumor mereda, sudah ada kejadian yang benar-benar harus menunjukan kebersamaan mereka. Dan Jungkook berfikir bahwa hal itu disengaja.

"Jangan dekat-dekat denganku atau rumor sialan tentang kita akan semakin mencuat." Jungkook memperingati, malas sekali harus berhadapan dengan gadis yang ia anggap sebagai sumber kesialannya.

Lebih parahnya lagi, ia harus menuju lokasi pengambilan gambar bersama Kiya menggunakan satu mobil yang sama.

"Maaf, sunbae." ucap Kiya lirih.

Ia sama sekali tak punya nyali untuk menatap Jungkook. Ia juga tidak menyangka kalau akan mendapatkan rumor seperti itu, bahkan dengan salah seorang seniornya. Karena kenyataannya, gadis itu diam-diam sudah memiliki kekasih.

"Aku harap ini menjadi kerjasama kita yang pertama dan yang terakhir." ucap Jungkook sarkas. Ia tidak peduli lagi dengan perasaan gadis itu, karena ia hanya memikirkan satu orang—Vivi.

Sampai di tempat pemotretan, Jungkook segera bersiap agar semuanya berjalan dengan cepat. Ia ingin kembali dengan segera, ingin melakukan panggilan video dengan gadisnya.

Dan kesialan nomor sekian, sesi pemotretan mengharuskan Jungkook untuk selalu berdekatan dengan Kiya, bahkan hingga bahu mereka bersinggungan. Pemuda itu benar-benar memiliki firasat yang tidak baik untuk hal ini.

Lebih parahnya lagi, Jungkook teringat bahwa hari ini adalah hari kepindahan Brian ke Seoul. Sial! Harusnya ia berada disana untuk memberi pria itu peringatan.

"Jungkook fokus." instruksi juru kamera.

Jungkook menghela nafas berat, ia sudah geram. Padahal studio itu menggunakan pendingin ruangan, tapi entah kenapa Jungkook merasa panas. Hatinya, tubuhnya, segalanya. Ia hanya ingin cepat selesai.

"Kiya, coba sandarkan kepalamu pada bahu Jungkook." titah sang juru kamera yang membuat keduanya tersentak.

Perintah gila macam apa itu? Kiya mematung, Jungkook memprotes tak terima. Hanya pemotretan biasa kenapa sampai harus menyandarkan kepala seperti itu? Pasti akan membuat orang-orang yang haus akan berita dan uang  itu kembali berulah.

Bukannya solusi, justru perdebatan pajang yang didapat. Dan lagi-lagi Jungkook harus mengalah. Mau tak mau ia harus melakukan hal itu agar kegiatan ini cepat terselesaikan.

Setelah melewati beberapa sesi yang menyebalkan dan membuat risi, Jungkook akhirnya berhasil menyelesaikan pekerjaan. Pemuda itu bernafas lega. Ia bergegas meninggalkan lokasi terkutuk itu seorang diri. Tentu saja ia sudah menyuruh sang manajer untuk membawakan mobilnya. Ia kelelahan, segalanya membuatnya lelah.

Sepanjang jalan menuju dorm, ingatannya terus memutar kilas balik kejadian hari ini. Pasti ada sesuatu yang telah direncanakan pihak agensi untuknya, dan ia merasa kalau itu merupakan hal buruk yang akan berdampak pada hubungannya dengan Vivi.

Love, JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang