"Beritahu aku, mana yang harus aku terima?"-Leea
--
Jika masa lalu harus datang kembali, haruskah aku menerimanya lagi?
Sosok dan kenangannya yang membuat hatiku sakit. Lalu beritahu aku, jika dia datang kembali, mana yang harus aku terima? Sosoknya yang telah memutuskan pergi, atau kenangan bersamanya yang sudah hampir mati?
Keduanya bagiku sama-sama tak dapat dipisahkan. Sosoknya membuatku ingat akan kenangan bersamanya. Dan kenangannya pun yang membuatku membenci sosok sepertinya.
Aku benci dia. Dan, aku juga benci semua tentangnya.
--
Ali meninju lengan atas Akmal yang dibalut oleh perban.
"Aww! Gila kali yah kamu Al?" Akmal menjerit kesakitan. Sedangkan Ali, dia tertawa geli melihat temannya yang sekarang sedang terbaring lemah itu memasang ekspresi geram padanya.
Aleea menatap Ali tak habis pikir. Di saat temannya sedang terbaring kesakitan seperti itu, ia malah dengan sengaja meledek.
"Makanya, kalau naik motor itu hati-hati." Ujar Ali sambil memutar bola matanya malas.
"Itu juga hati-hati kok." Jawab Akmal membela diri.
"Iya hati-hati, tapi ngeyel!." Annisa tiba-tiba saja masuk dan langsung ikut menimbrung.
"Sama siapa Nis ke sini?" tanya Ali sedikit dibuat terkejut dengan kedatangan Annisa yang tiba-tiba.
"Sendiri." Jawab Annisa singkat. Kemudian, ia melanjutkan kembali perkataannya. "Udah aku bilangin kalau roda motornya gembes, tetep aja ngeyel pergi." Nada suara Annisa terdengar sangat menyindir. Akmal hanya mampu diam dan menggaruk tengkuknya yang bahkan tak terasa gatal.
"Itu aku niatnya mau ke bengkel kok, pompa ban."
"Hm." Annisa hanya bergumam.
"Kak, Aleea pulang dulu ya. Udah sore, pasti abi sama ummi udah nungguin di rumah." Pamit Aleea pada ketiga kakak kelasnya.
Akmal menatapnya sedih, seolah tak rela jika Aleea pamit pulang sekarang. Sedangkan Ali, hanya mampu melirik lewat matanya yang sejak tadi sebenarnya mencoba curi-curi pandang menatap Aleea.
"Hati-hati ya Lee." Ujar Annisa sambil tersenyum ke arahnya. Aleea pun membalas senyuman itu. Kakinya melangkah pergi, menggendong tas nya di belakang. Tak lupa juga ia mengucapkan salam.
Dalam hati Aleea berharap jika Ali setidaknya menanyakan perihal kepulangannya, mungkin dengan 'berani tidak pulang sendiri?' atau mungkin 'mau pulang dengan apa?' Tidak tahu kah Ali kalau sebenarnya Aleea dalam hati sedang sangat kebingungan harus pulang dengan apa? Motornya ia tinggal di sekolah karena tadi dia ikut bersama mobil Pak Ahmad. Lagi pula, Annisa saja ditanya saat datang tadi, masa ia dibiarkan begitu saja saat hendak pulang.
"Astaghfirulloh" ujar Aleea lirih berusaha membuang perasaan cemburunya sejauh mungkin.
Kini dirinya sudah ada di halte bus dekat rumah sakit dimana Akmal di rawat inap. Bolak-balik ia mendesah gelisah, menunggu bus atau angkutan umum yang tak kunjung juga datang. Aleea melirik ke arah jam tangannya, "pantas saja nggak ada angkutan, orang sudah jam setengah 6 sore." Keluh Aleea sendiri.
Aleea kemudian merogoh ponsel di saku kanan rok nya. "Mati." Gumamnya semakin gelisah.
Aleea pun berjalan pelan, langkahnya seolah terseret dengan malasnya. Badannya terasa sangat lelah, matanya sudah sangat mengantuk. Tiba-tiba saja ada seseorang memberhentikan mobil di hadapannya, membuka jendela mobil, dan menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu [END]
SpiritualYang abu-abu itu bukan seragam sekolahku! Terus apa yang paling terlihat abu-abu untukmu? Bagiku, dialah yang paling terlihat abu-abu di mataku. Kenapa abu-abu? Sebab dia selalu saja terlihat semu. Tidak memberi ketegasan seperti warna hitam, atau p...