17

1.4K 141 9
                                    

Cerita di masa lalu, tak semuanya kelabu.

Cerita di masa lalu, tak semuanya berkisah tentang pilu.

Mungkin orang baru, dapat membuat terciptanya cerita baru.

--

Akmal membuka pintu mobil yang di dalamnya sudah ada Dafa yang duduk di bangku kemudi.

"Hay Mal, katanya pulang jam setengah tiga, kok sampe jam tiga baru keluar?" tanya Dafa sambil membenarkan spion depan.

"Hm." Akmal hanya menanggapinya dengan gumaman.

"Lo kenapa? Kok mukanya kayak bete gitu? Ada masalah di sekolah?"

"Masalahnya itu ada di diri lo!" perkataan Akmal barusan sontak membuat Dafa mengerutkan keningnya.

Aku? Masalah apa yang ada pada diriku? Pertanyaan itu yang seolah memutari pikiran Dafa.

"Kenapa lo nggak jujur aja ke gua kalau lo sama Aleea pernah sedekat itu?!" akhirnya Akmal menanyakan perihal uneg-unegnya. Dafa langsung terdiam.

"Akmal?" Dafa masih belum percaya.

"Apa?!"

"Hey, lo cemburu?" Dafa tertawa kecil. "Ternyata dugaan gua bener, lo ternyata emang suka sama Aleea?"

Akmal yang tadinya terus meluapkan amarahnya, kini hanya terdiam.

"Bener?" tanya Dafa sekali lagi.

"Apaan sih?! Bukan urusan lo."

Dafa kemudian memegang kedua bahu Akmal, dan menatapnya dengan begitu serius. Akmal pun membalas tatapan itu. Namun, "Eh astaghfirullohaladzim! Kalian tuh ngapain? Istighfar Mal, Daf.." Aan yang sedang lewat bersama Ali tiba-tiba saja mengetuk kaca mobil, menyadarkan mereka dari perilaku yang sedang mereka lakukan kali ini. Hal itu cukup membuat Ali tertawa geli.

"Eh, lu apa-apan sih pegang-pegang gua?!" ujar Akmal yang langsung menepis kedua tangan Dafa dari bahunya. Dafa spontan mengangkat kedua tangannya.

"Kalian itu sama-sama cowo, istighfar.. Nggak baik perbuatan seperti itu. Aku tahu Akmal kalau kamu emang jomblo akut, tapi kan banyak juga perempuan yang ngejar kamu. Jadi, jangan jeruk makan jeruk dong. Naudzubillah.."

"Apaan sih An? Kita nggak ngapa-ngapain juga." bantah Akmal.

Di tengah-tengah keributan antara Akmal dengan Aan, Annisa datang menghampiri Ali yang sedang asik menyaksikan tingkah konyol teman-temannya itu.

"Assalaamu'alaikum Ali.." sapa Annisa begitu cerianya.

"Wa'alaikumussalam."

Melihat kedatangan Annisa, Akmal, Aan dan Dafa hanya meliriknya sebentar sembari ikut menjawab salam di hati mereka masing-masing.

"Al, makasih ya buku fiqihnya. Aku bisa ambil banyak pelajaran dari itu. Apalagi bab tentang fiqih perempuan. Dari situ dijelaskan, ternyata perempuan adalah sebaik-baiknya perhiasan di dunia. Sebagai perempuan, aku jadi menyadari pentingnya menutup aurat." Annisa dengan semangat menjelaskan apa saja yang sudah ia baca di buku itu. Buku yang ia pinjam dari Ali.

"Sama-sama Nis. Alhamdulillah kalau banyak manfaat yang bisa diambil dari buku ini. Sebagai hadiah, dan supaya kamu lebih semangat dalam berhijrah, buku ini aku kasih untuk kamu aja." Li kembali menyerahkan bukunya kepada Annisa.

"Sungguh?" mata Annisa mengerjap, wajahnya begitu cantik. Ali mengucap istighfar pelan saat melihat ekspresi senang yang ditunjukkan oleh Annisa. Ia pun mengangguk meng-iyakan.

Abu-abu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang