Hari itu aku bertemu dengannya seorang pria dengan mata zambrut pudar dengan pandangan yang dalam juga kesedihan yang terlihat jelas pada pendaran matanya yang elok, rambut hitam gagaknya terlihat menawan ketika secercah cahaya mengenainya, kulit pucatnya lalu senyumnya yang memabukkan menipumu dan akan membawamu hanyut dalam sihirnya.
🍀🍀🍀
Mengambil bongkahan batu secara acak kamu kini memukul-mukulkannya pada rantai yang membelenggu kakimu. Rantai itu ternyata tidak mudah untuk dirusak namun kamu terus melanjutkan memukul-mukulkannya emosimu terbawa bersamaan suara kesal yang kamu keluarkan.
Terdengar suara tertawa kecil dengan nada mengejek dari seorang pria yang berjalan perlahan kearahmu, ke tempat kamu mencoba merusak rantai kaki yang menyebalkan itu. Matamu kamu arahkan padanya yang terus memperhatikanmu, kamu melihat senyumannya itu senyuman mengejek yang dia tujukan padamu.
"Nona jika kau terus memukulkan batu itu hingga hancurpun, rantai itu tidak akan rusak." Kini dia semakin dekat dengan mu.
"Setidaknya aku mencoba untuk melepas ini, apa kau tak mau membantuku?!" Kamu mengatakannya dengan nada kesal.
Pria itu mendekatimu dia mengulurkan tangannya pada rantai dikakimu, mulutnya mulai bergerak seakan dia sedang membacakan sebuah kalimat atau mantra lalu tangannya dia mainkan disekitaran rantai itu. Tak lama terlihat ada seperti asap sihir yang keluar dari rantai lalu rantai itu berubah gelap dan hancur menjadi kepingan yang berserakan di sekitaran kaki mu.
"Hanya butuh beberapa detik untuk mengancurkan benda menjengkelkan ini dan sedari tadi kau hanya menonton aksi bodohku memukul mukulkan batu?!!" Kamu menatap mata zambrutnya menerka apa yang ada di pikiran pria dihadapanmu.
"Aku sama sekali tidak mendengar ucapan terimakasih? Apakah kau pernah diajari tatakrama oleh orang tuamu?" Dia bertanya kemudian pergi ke dekat pohon besar lalu duduk bersender dan kembali menatapmu.
"Jangan berani kau berbicara tentang orang tuaku atau aku bisa saja membunuhmu saat ini juga."
Dia tertawa kecil itu sama seperti tawa mengejek yang dia ajukan padamu sebelumnya. Dia menggerakkan kedua tangannya sekarang dia terlihat seperti orang pasrah namun dengan wajah menjengkelkan.
"Tikam aku" kini dia menjuk kearah dada kirinya dan menekan nekannya dengan jari telunjuk beberapa kali. "Tikam tepat disini aku yakin kau bahkan tak dapat mennyentuh sehelai rambut dariku."
"Apa kau pikir aku selemah itu? Aku bisa saja-"
Pria itu menghilang dia masih berada tepat dihadapanmu beberapa detik lalu, kamu ingat betul dia yang memandangmu dengan wajah penuh arogan itu. Kamu mengeluarkan dua belati kecil dari poket mu dan memasang posisi siaga.
Sesosok banyangan hitam melesat cepat dibelakangmu yang membuat kamu berbalik dan mengarahkan kedepan belati yang kaugenggam erat pada dua tangan mu. Kamu tahu bahwa banyangan itu pastilah dirinya, namun saat kamu berbalik dan melihat tidak ada siapun yang berada dibelakangmu. Kembali merasakan keberadaannya di belakangmu, kamu memutar badanmu dan menghunuskan belatimu beberapa kali ke udara.
"Kau sangat handal membuat orang jadi kesal!" Masih dengan posisi siaga kamu bersiap untuk menusuk pria menjengkelkan itu kapanpun dia muncul.
Kembali terdengar suara tawanya.
Dia memunculkan dirinya dihadapanmu, dengan cepat ia melesatkan tangannya pada tangan kirimu yang memegang belati. Belati itu melayang kebelakang dan terjatuh kelantai. Pandanganmu teralihkan pada belati yang jatuh sedangkan dia kembali menyerang mu dengan tangannya. Sontak kamu melompat ke belakang untuk mebuat jarak dengannya.