Like the flower that blooms in the spring, out of thousands of other flowers, only one that can make me glance at . You're so beautiful. The first time I saw you, that's what I saw beauty...
.
.
.Loki hendak menuju perpustakaan tempat dia menghabiskan waktunya. Tapi dia harus melewati tempat pelatihan untuk sampai di perpustakaan istana, tentu saja Thor ada disana di tempat pelatihan melakukan kegiatannya.
Kalau saja perpustakaan tidak harus melewati tempat pelatihan pasti akan lebih mudah. Yah jika tidak melewati tempat pelatihan otomatis Loki tidak akan bertemu dengan saudaranya Thor juga teman-temannya Thor. Bagaimana dengan teman Loki? Apa itu teman? Loki tidak memerlukan yang namanya teman--atau Loki tidak layak memiliki teman? Well, Loki memang tak memiliki teman karena tidak ada yang mau berteman dengannya.
Loki melirik saudaranya, seperti biasa dia melakukan semacam pertarungan melawan temannya. Itu tidak bisa disebut duel karena Thor sendirian dan dia melawan lima temannya dalam pertandingan.
Kotor.
Loki melihat ke wajah, pakaian, dan jubah milik Thor, penuh dengan tanah, kotor sekali. Dasar jorok.
"Loki! Hei brodher, wanna join us?" Thor bergulat dengan kelima temannya, memukul dan dan menangkis lalu tertawa di sela-selanya.
"No, Thor." Dasar barbar.
"Prince Loki!" Panggil seorang wanita.
"Yes i'm?"
"Oh ayolah, hanya satu pertandingan? Apa kau terlalu takut, Prince---ces?"
Wanita itu tertawa kecil, namun teman-teman Thor yang lainnya tertawa lepas bahkan saudaranya sendiri Thor ikut tertawa.
Loki menatap wanita itu sinis. Lady Sif. Dia cukup merasa terhina sekarang, kalau saja hanya ada dia seorang disini mungkin dia akan menghabisi nyawa Sif ditempat. Tidak boleh, dia pangerang. Pangeran harus bermatabat setidaknya itu yang ada dipikirannya.
Loki melompati pagar pembatas dengan sempurna, cukup untuk membuat semua orang menatap padanya.
"Uuuh waanna figh me huh?"
"No, not you but Thor."
Thor, kalau saja dia tidak memanggil Loki tadi tentu saja sekarang Loki sedang bersantai membaca buku diperpustakaan. Ini semua salahnya, ya salah Thor, kalau dia tidak menyapa Loki pasti Sif juga tidak akan menghinanya. Kalau saja Thor tidak menyapa pasti--dia tidak akan berada di pertandingan satu lawan satu bersama saudaranya. Kalau saja, Thor tidak menyapa pasti---pasti, tidak akan ada yang melihatnya--tidak akan ada yang tahu Loki sebenarnya ada. Lalu bagaimana dengan perasaan Loki? Apa dia sedih? Atau sebenarnya dia bahagia?